aus, maka kadar aspal yang dikandungnya haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air. Agregat yang dipergunakan lebih halus
dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi sebagai lapis pondasi. Berdasarkan metode pencampurannya, aspal beton dapat dibedakan atas:
a. Aspal beton Amerika, yang bersumber kepada Asphalt Institute. b. Aspal beton durabilitas tinggi, yang bersumber pada BS 594, Inggris, dan
dikembangkan oleh CQCMU, Bina Marga, Indonesia.
2.4. Spesifikasi Aspal Beton
Campuran aspal beton terdiri dari agregat kasar, agregat halus, pasir, filler, aspal. Jika di inginkan untuk meningkatkan kekuatan perlu ditambahkan bahan
additive. Kekuatan aspal beton diperoleh dari interlocking yaitu antara semua bahan mempunyai tugas untuk saling mungunci satu sama lain. Dan gesekan antara agregat
partikel pengisinya dan kohesi antara butir yang diperoleh dari bitumen pengikat. Campuran aspal beton digunakan untuk memenuhi kebutuhan suatu lapisan
permukaan yang kedap air dan yang mampu memberikan ketahanan terhadap keausan akibat beban lalu lintas serta stabilitas yang tinggi. Biasanya campuran ini
digunakan pada jalan yang memiliki beban lalu lintas yang tinggi atau berat, persimpangan, kondisi geometrik jalan dengan kemiringan yang berjenjang
tanjakan, turunan, dan tikungan tajam, pada kondisi lapis permukaan yang mengalami tekanan roda kendaraan yang berlebih. Sedangkan untuk aspal dan
material campuran akan dipakai tergantung dari spesifikasi agregat yang ada.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dalam pembuatan campuran aspal beton diberikan persyaratan terhadap gradasi agregat campuran. Pada penelitian ini digunakan laston AC WC, sehingga
persyaratan gradasi gabungan yang dipakai dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Gradasi Agregat Kombinasi Laston AC
Ukuran Saringan Berat yang lolos
Laston AC ASTM
mm WC
BC Base
1½” 37,5
- -
100 1”
25 -
100 90-100
¾” 199
100 90-100
Mak. 90 ½”
12,5 90-100
Mak. 90 -
38” 9,5
Mak. 90 -
- No. 8
2,36 28-58
23-49 19-45
No. 30 0,600
- -
- No. 200
0,075 4-10
4-8 3-7
ZONA LARANGAN No. 4
4,75 -
- 39,5
No. 8 2,36
39,1 34,6
26,8-30,8 No. 16
1,18 25,6-31,6 22,3-28,3 18,1-24,1
No. 30 0,600
19,1-23,1 16,7-20,7 13,6-17,6 No. 50
0,300 15,5
13,7 11,4
Sumber : RSNI 03-1737-1989
Untuk campuran laston, kombinasi gradasi agregat dianjurkan tidak berimpit dengan kurva fuller. Kurva fuller yang disajikan dalam tabel 2.4 untuk campuran laston yang
digunakan dalam spesifikasi ini diperoleh dari rumus berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
P = 100 .......................................................................................... 2.1
Dimana : P = persentase bahan yang lolos saringan d,
D = ukuran butir terbesar mm d = ukuran saringan yang ditinjau mm
Tabel 2.4 Gradasi Kepadatan Maks. Fuller Ukuran Saringan
Berat yang lolos Laston AC
ASTM mm
WC BC
Base 1½”
37,5 -
- 100
1” 25
- 100
83,3 ¾”
199 100
87,8 73,6
½” 12,5
82,8 73,3
61 38”
9,5 73,3
64,2 53,9
No. 4 4,75
53,6 47,0
39,5 No. 8
2,36 39,1
34,5 28,8
No. 16 1,18
28,6 25,1
21,1 No. 30
0,600 21.1
18,5 15,6
No. 50 0,300
15,5 13,6
11,4 No. 200
0,075 8,3
7,3 6,1
Sumber : Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 2.1 Contoh Gradasi Kombinasi Fuller
2.5. Bahan Campuran Aspal Beton 2.5.1. Agregat