Berat jenis kering permukaan jenuh SSD :
–
............................................................. 2.9
Berat jenis semu apparent specific gravity
–
......................................................... 2.10
Dimana : Bk = berat benda uji kering oven, gram
B = berat piknometer berisi air, gram Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air, gram
c Dari pemeriksaan atterberg PB. 0109 – 76, agregat harus non plastis.
d
Peresapan agregat terhadap air PB. 0202 – 76 maksimum 3. pemeriksaan penyerapan agregat kasar dimaksudkan untuk mengetahui
presentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
Penyerapan
= x 100
.......................................... 2.11 Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven, gram
2.5.2. Bahan Bitumen
Bitumen adalah zat perekat cementitious berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama
mengandung senyawa hidrokarbon seperti aspal, tar, atau pitch. Aspal didefinisikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sebagai material perekat cementitious, berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residu
dari pengilangan minyak bumi. Tar adalah material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semipadat, dengan unsur utama bitumen sebagai hasil kondensat
dalam destilasi destruktif dari batu bara, minyak bumi, atau mineral organik lainnya. Pitch didefinisikan sebagai material perekat cementitious padat, berwarna hitam
atau coklat tua, yang berbentuk cair jika dipanaskan. Pitch diperoleh sebagai residu dari destilasi fraksional tar. Pitch dan tar tidak diperoleh dari di alam, tetapi
merupakan produk kimiawi. Dari ketiga material pengikat di atas, aspal merupakan material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu
seringkali bitumen disebut juga sebagai aspal. Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama
dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4 - 10 berdasarkan
berat campuran, atau 10 - 15 berdasarkan volume campuran. Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Aspal alam Aspal alam adalah aspal yang didapat di suatu tempat di alam,
dan dapat digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan. Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal
di Pulau Buton yang disebut dengan Asbuton. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bahan mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang
dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk mengatasi hal ini, maka asbuton mulai diproduksi dalam berbagai bentuk di pabrik
pengolahan asbuton. 2. Aspal minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic
base crude oil yang banyak mengandung aspal, paraffin base crude oil yang banyak mengandung parafin, atau mixed base crude oil yang
mengandung campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil.
Residu aspal berbentuk padat, tetapi melalui pengolahan hasil residu ini dapat pula berbentuk cair atau emulsi pada suhu ruang. Aspal padat
adalah aspal yang berbentuk padat atau semipadat pada suhu ruang dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama
semen aspal asphalt cement. Aspal cair cutback asphalt yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang
dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Aspal emulsi emulsified asphalt adalah
suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi lebih cair daripada aspal cair. Aspal yang
dipakai ini harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.6 Persyaratan Aspal Keras No. Jenis Pengujian
Metode Persyaratan
1. Penetrasi, 25
o
C; 100gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991
60-79 2.
Titik Lembek,
o
C SNI 06-2434-1991
48-58 3.
Titik Nyala,
o
C SNI 06-2433-1991 Min. 200
4. Daktilitas,25
o
C; cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
5. Berat Jenis
SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
6. Kelarutan dalam trichlor ethylene, berat RSNI M-04-2004
Min. 99 7.
Penurunan berat dengan TFOT, berat SNI 06-2440-1991 Maks. 0,8 8.
Penetrasi setelah penurunan berat, 5 asli SNI 06-2456-1991
Min. 54 9.
Daktilitas setelah penurunan berat, asli SNI 06-2432-1991
Min. 50
10. Uji noda aspal
SNI 03-6885-2002 Negatif
- Standar naptha - Naptha xylene
- Hepthane xylene
Catatan : Apabila uji noda aspal disyaratkan, direksi teknis dapat menentukan salah satu pelarut yang akan digunakan.
Sumber:Revisi SNI 03 – 1737 – 1989
a. Penetrasi Bahan Aspal Pengujian ini dilakukan berdasarkan AASHTO T 48 atau SNI 06-2456-
1991yang dimaksudkan untuk menetapkan nilai kekerasan aspal. Berdasrkan pengujian ini aspal keras dikategorikan dalam beberapa tingkat kekerasan.
Pengujian ini merupakan pengukuran secara impiris terhadap konsistensi aspal. Kekerasan aspal diukur dengan jarum penetrasi standar yang masuk ke
dalam permukaan bitumen pada temperatur 250C, beban 100 gr dan waktu 5 detik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 2.3 Alat Pengujian Penetrasi b. Titik Lembek
Prosedur pengujian berdasarkan SNI 06-2434-1991. Konsistensi bitumen ditunjukkan oleh temperatur dimana aspal berubah bentuk karena
perubahan tegangan. Hasilnya digunakan untuk menentukan temperatur kelelehan dari aspal.
Gambar 2.4 Alat Pengujian Titik lembek c. Daktilitas
Daktilitas ditunjukkan oleh panjangnya benang aspal yang ditarik hingga putus. Pengujian dilakukan berdasarkan SNI 06-2432-1991, dengan alat
yang terdiri atas cetakan, bak air dan alat penarik contoh
.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 2.5 Alat Daktilitas d. Titik Nyala
Penentuan titik nyala dilakukan berdasarkan SNI 06-2433-1991, bertujuan untuk memastikan bahwa aspal cukup aman untuk
pelaksanaan. Titik nyala yang rendah menunjukkan indikasi adanya minyak ringan dalam aspal.
Gambar 2.6 Alat Cleveland Open Cup
2.5.3. Bahan Pengisi atau Filler