Rancangan Penelitian Identifikasi benda uji

52

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini akan dilakukan di laboratorium atau dikategorikan pekerjaan laboratorium, dimana penelitian ini membuat benda uji dengan diameter 10 cm atau 4 inch dan tinggi 7.5 cm atau 3 inch, yang memerlukan material sebanyak ± 1200 gram. Benda uji tersebut menggunakan batu pecah dengan ukuran 0 – 5 mm, 5 – 10 mm, 10 – 15 mm, pasir, aspal dan serat polypropylene menurut presentase berat aspal optimum. Pengujian – pengujian material menggunakan metode uji SNI. Metode uji yang lain yang digunakan adalah AASHTO, British Standart dan ASTM bila di SNI metodenya tidak dijumpai. 3.2. Perencanaan Campuran Aspal Beton 3.2.1. Persentase Aspal Optimum Pada perencanaan ini bertujuan untuk mencari kadar aspal optimum. Pada perencanaan ini prosedur yang dilakukan sesuai dengan perencanaan mix design atau pembuatan dan pengujian benda uji aspal beton. Persentase yang digunakan yaitu 4; 4,5; 5; 5,5; 6 dari jumlah berat agregat. Masing – masing persentase membuat tiga buah benda uji. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2.2. Persentase Serat Optimum

Pada perencanaan ini bertujuan untuk mencari presentase serat Setelah mendapatkan aspal optimum, pada perencanaan ini pertama yang dilakukan menentukan presentase serat optimal. Dengan cara yang sama yang digunakan untuk mencari aspal optimum, dibuat campuran agregat dengan komposisi persentase aspal yang optimum, dan serat polypropylene dengan dimensi 30mm x 5mm x 1mm sebanyak 0, 1, 2, 3, 4, 5 terhadap berat aspal yang digunakan dengan masing – masing persentase serat dibuat tiga buah benda uji. Pada benda uji ini setelah aspal dituangkan dan campuran diaduk sambil diamati suhunya, suhu tersebut harus mencapai 120 o C sedangkan suhu untuk pemadatan minimum adalah 110 o C sesuai dengan peraturan lapisan aspal beton, kemudian pada suhu tersebut serat polypropylene akan dimasukkan dan diaduk sampai merata. Pengambilan batasan suhu tersebut dilakukan mengingat bahwa batas suhu tersebut merupakan titik leleh daripada serat polypropylene itu sendiri 121 o C.

3.3. Pemeriksaan Karakteristik Bahan Campuran.

Pada campuran aspal beton dipengaruhi oleh mutu bahan penyusun campuran. Untuk mengetahui mutu dari bahan perlu diadakan analisa karakteristik bahan. Analisa bahan untuk agregat kasar maupun halus meliputi analisa saringan agregat, berat jenis agregat, keausan agregat dengan mesin Los Angeles, sedangkan untuk analisa bahan aspal meliputi analisa titik lembek aspal, dan titik bakar aspal. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.3.1. Agregat Kasar dan Halus

Pengujian laboratorium untuk agregat kasar yang digunakan dalam campuran adalah:  Gradasi.  Keausan Agregat.  Analisa berat jenis dan penyerapan agregat kasar.  Analisa berat jenis dan penyerapan agregat halus

3.3.2. Pengujian Bahan Bitumen

Pengujian laboratorium terhadap bahan bitumen meliputi:  Uji penetrasi  Daktilitas Uji  Titik Lembek  Titik Nyala dan Titik Bakar

3.4. Uji Campuran Bitumen

Benda uji yang telah didapat diuji stabilitas, kelelehan, keawetannya terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh air. Pengujian benda uji menggunakan metode Marshall untuk stabilitas dan kelelehannya, sedangkan untuk keawetannya menggunakan uji Marshall Rendaman.

3.4.1. Uji Marshall

Prinsip dasar dari metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan flow, serta analisis kepadatan dan pori dari campuaran padat yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. terbentuk. Dalam hal ini benda uji beton aspal padat dibentuk dari gradasi agregat campuran yang telah didapat dari hasil uji gradasi, sesuai spesifikasi campuran. Pengujian Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan flow mengikuti prosedur SNI 06-2489-1991 atau AASHTO T245-90. Dari hasil gambar hubungan antara kadar aspal dan parameter Marshall, maka akan diketahui kadar aspal optimumnya.

3.4.2. Uji Marshall Rendaman

Setelah diketahui kadar aspal optimumnya, kemudian membuat 12 benda uji untuk dilakukan uji Marshall rendaman. 3 benda uji direndam dalam water bath selama 30 menit, sedangkan 6 benda uji selanjutnya direndam dalam water bath selama 24 jam dan 48 jam masing-masing pada suhu 60 o C. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui keawetan dan kerusakan yang diakibatkan oleh air.

3.5. Identifikasi benda uji

Benda uji yang akan dibuat pada penelitian kali ini terdiri dari campuran aspal beton yang tanpa menggunakan serat polypropylene serta campuran aspal beton yang menggunakan serat polypropylene. Sehingga perlu identifikasi benda uji untuk membedakan benda uji. Penyebutan nama benda uji : a. Benda uji untuk mencari kadar aspal optimum diberi identitas BA. Persentase kadar aspal optimum sebesar 4; 4,5; 5; 5,5; 6 . b. Benda uji untuk mencari kadar serat optimum diberi identitas BS. Persentase kada serat optimum sebesar 0, 1 , 2, 3, 4, 5. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Benda uji untuk uji marshall rendaman dan tanpa rendaman 30 menit, 24 jam dan 48 jam diberi identitas BR. Tabel 3.1 Identifikasi Benda Uji Jenis Benda Uji Nama Benda Uji Jumlah Benda Uji Keterangan BA BA 4 3 Benda uji tanpa serat polypropylene BA 4,5 3 BA 5 3 BA 5,5 3 BA 6 3 BS BS 1 3 Benda uji dengan serat polypropylene BS 2 3 BS 3 3 BS 4 3 BS 5 3 BR BR 12 3 Benda uji untuk uji marshall rendaman BR 24 3 BR 48 3 Jumlah 39 Sumber : Perkiraan Jumlah Benda Uji Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.5. Flow Chart