1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Semakin pesatnya perkembangan dunia perekonomian saat ini memicu para pelaku usaha untuk memperluas kegiatan usahanya dan menjadikan
perusahaannya sebagai perusahaan terbaik di bidangnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, para pelaku usaha tentunya membutuhkan tambahan modal. Tambahan
modal tersebut dapat diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kredit kepada bank atapun dengan mendaftarkan diri untuk melakukan penawaran saham
atau obligasi kepada masyarakat, dengan kata lain perusahaan mengajukan diri untuk menjadi perusahaan go public.
Sebelum mengajukan permohonan kredit kepada bank atau mendaftarkan diri sebagai perusahaan go public, tentunya ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh perusahaan. Salah satunya adalah laporan keuangan perusahaan yang telah diperiksa oleh akuntan publik. Kegunaan laporan audit salah satunya
adalah sebagai persyaratan bagi perusahaan yang mendaftarkan diri untuk go public dan untuk memperoleh kredit dari bank ataupun lembaga non bank
Tunggal, 1994 : 2. Oleh karena itu kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaannya oleh
pihak ketiga yaitu akuntan publik. Auditor yang dipercayakan untuk mengaudit laporan keuangan suatu
perusahaan harus memastikan bahwa laporan keuangan tersebut dibuat sesuai
Universitas Sumatera Utara
2
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan bebas dari salah saji yang material.
Auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia IAPI yang terdiri
dari: standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dalam standar umum diatur bagaimana sikap yang seharusnya dimiliki oleh
seorang auditor. Standar ini mengharuskan seorang auditor memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup, memiliki independensi yang harus dipertahankan dan
seorang auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dalam melaksanakan tugasnya.
Sesuai dengan standar umum tersebut, menunjukkan bahwa profesionalisme sangat diperlukan bagi seorang auditor. Karena ini menunjukkan kinerjanya yang
bagus sebagai seorang akuntan publik. Profesionalisme yang dimiliki auditor dapat dinilai menggunakan dimensi
yang dikemukakan oleh Hall 1968, yaitu seorang auditor harus memiliki sikap yang menganggap organisasi profesi sebagai acuan utama, memiliki pelayanan
kepada masyarakat melalui profesinya, memiliki regulasi diri,berdedikasi dan memiliki otonomi. Jika seorang auditor dinilai telah memiliki kelima dimensi
profesionalisme tersebut, maka produk audit yang dihasilkan terjamin kualitasnya. Dan juga akuntan publik yang memiliki profesionalisme yang tinggi, memiliki
penilaian yang berbeda dengan akuntan publik yang kurang menjalankan prinsip – prinsip profesionalisme dalam menetapkan materialitas. Karena auditor yang
Universitas Sumatera Utara
3
memiliki profesionalisme pasti akan membuat keputusan tentang materialitas tanpa campur tangan dari pihak lain.
Seorang auditor selain dituntut untuk memiliki profesionalisme, juga dituntut untuk memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia. Akuntan publik yang dinilai memegang teguh etika profesi memiliki prinsip – prinsip etika yang harus ditaati. Ada 5 lima prinsip etika
profesi auditor, sesuai dengan Kode Etik Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI dan berlaku efektif tanggal 1 Januari
2010, yaitu integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati – hatian profesional, kerahasiaan dan perilaku profesional. Prinsip ini memandu akuntan publik untuk
bertindak secara terhormat dalam memenuhi tanggung jawab profesinya. Dengan demikian auditor akan lebih baik dan berhati - hati dalam menentukan tingkat
materialitas laporan keuangan yang akan diperiksanya. Pengalaman juga harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan
pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan standar umum yang menuntut auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis, selain itu SK Menteri Keuangan No.
43KMK.0171997 tanggal 27 Januari 1997 juga mengatakan bahwa auditor harus memiliki pengalaman kerja sekurang – kurangnya tiga tahun sebagai akuntan
dengan reputiasi baik dibidang audit.. Pengalaman ini dapat diukur dengan lamanya seorang auditor bekerja dan banyaknya jenis perusahaan yang telah
diaudit. Sikap profesionalisme, ketaatan terhadap profesi dan menggunakan
pengalaman yang dimiliki dalam melaksanakan pekerjaan, itu semua tidak akan
Universitas Sumatera Utara
4
terwujud tanpa adanya motivasi. Hanya dengan adanya motivasi maka sesorang akan mempunyai semangat juang untuk meraih tujuan dan memenuhi standar
yang ada. Hal ini berarti auditor yang memiliki motivasi akan bekerja dengan sungguh – sungguh dan memiliki prestasi yang tinggi.
Penelitian ini didasari pada beberapa penelitian terdahulu dan adanya kasus yang pernah terjadi pada 10 Kantor Akuntan Publik yang mengakibatkan
ditutupnya kantor tersebut. Kesepuluh Kantor Akuntan Publik tersebut ditutup karena dianggap melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank – bank yang
dilikuidasi tahun 1998. Kasus tersebut memunculkan pertanyaan apakah kecurangan atau kesalahan dalam laporan keuangan bank – bank tersebut tidak
diketahui oleh akuntan publik, atau akuntan publik pura – pura tidak mengetahui kecurangan ataupun kesalahan tersebut. Intinya jika seorang auditor memiliki
sikap profesionalisme yang tinggi, ditambah dengan sikap yang menjunjung etika profesi dan pengalaman yang tinggi maka hal tersebut dapat dihindari.
Penelitian ini juga merupakan pengembangan dari beberapa penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto 2009 menggunakan variabel tiga variabel independen yaitu profesionalisme, pengetahuan dalam
mendeteksi kekliruan dan etika profesi. Penulis mengambil beberapa variabel independen dari beberapa penelitian terdahulu dan juga menambah variabel baru
yang dianggap memiliki kaitan dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas sesuai dengan future research penelitian terdahulu. Penulis
mengambil variabel independen profesionalisme auditor, etika profesi dan
Universitas Sumatera Utara
5
pengalaman auditor, serta penulis juga menambahkan variabel lain yaitu motivasi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik mengambil judul “ Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Medan”.
1.2. Rumusan Masalah