Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Medan)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, ETIKA PROFESI, MOTIVASI DANPENGALAMAN AUDITOR

TERHADAPPERTIMBANGANTINGKAT MATERIALITAS (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN)

OLEH

PUSPA AYU MARETHA 100503016

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PROFESIONALISME AUDITOR, ETIKA PROFESI, MOTIVASI DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHDAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,

Yang membuat pernyataan,

NIM. 100503016 Puspa Ayu Maretha


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, ETIKA PROFESI, MOTIVASI DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP

PERTIMBANGANTINGKAT MATERIALITAS

(STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan apakah Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Penelitian dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Medan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling dimana terdapat 43 sampel dalam penelitian ini yang merupakan auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Secara parsial Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas, sedangkan Motivasi dan Pengalaman Auditor tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.

Kata Kunci: Pertimbangan Tingkat Materialitas, Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi, Pengalaman Auditor.


(4)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF AUDITORS’ PROFESSIONALISM, PROFESSIONALETHICS, MOTIVATION AND AUDITORS’EXPERIENCE ONMATERIALISTICLEVEL

CONSIDERATION

(A Case Study at Public Accountant Office, Medan)

The objective of the research was to find out whether auditors’ professionalism, professional ethics, motivation and auditors’ experience influenced materialistic level consideration. The research was conducted at the Public Accountant Office, Medan. The samples consisted of 43 auditors who worked at the Public Accountant Office, taken by using simple random sampling technique. The result of the research showed that, simultaneously, auditors’ professionalism, professional ethics, motivation and auditors’ experience influenced materialistic level consideration. Partially, auditors’ professionalism and professional ethics influenced materialistic level consideration, while motivation and auditors’ experience did not have any influence on materialistic level consideration.

Keywords: Materialistic Level Consideration, Auditors’ Professionalism, Professional Ethics, Motivation, Auditors’ Experience


(5)

KATA PENGANTAR

P uji dan syukur penili panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan keruniaNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Medan)”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, ayah saya Dr. Minto Supeno, MS dan ibu saya Dra. Dwitri Saulina Silitonga, Msi yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasehat sera semangat yang tulus hingga saat ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.AC, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Eknomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua

Departemen Akuntansi sekaligus Dosen Penguji 2 saya yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak selaku Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pnguji 1 saya yang telah membantu saya dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini

6. Yang sangat saya cintai adik saya Arya Saka Wicaksono dan Dimas Anugrah Satrio Utomo. Teman – teman angkatan 2010, teristimewa kepada Jakhson Titus Surbakti, S.Kom,Renny Naomi Jessica Silaban dan Irene Endamia Barus, serta semua keluarga dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan yang tlah diberikan selama ini. 7. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada para Pimpinan Kantor

Akuntan Publik di wilayah Medan yang sudah mengizinkan saya untuk membagikan kuesioner dan juga kepada para auditor yang telah berpartisipasi dalam mengisi kuesioner guna kepentingan peneitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Penulis

Nim : 100503016 Puspa Ayu Maretha


(7)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Panelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing ... 9

2.1.1 Pengertian Auditing ... 9

2.1.2 Jenis – jenis Auditor ... 10

2.1.2.1 Kantor Akuntan Publik ... 10

2.1.2.1.1 Pengertian Kantor Akuntan Publik ... 10

2.1.2.1.2 Bidang Jasa Kantor Akuntan Publik ... 10

2.1.2.1.3 Bentuk Kantor Akuntan Publik ... 11

2.1.2.1.4 Hierarki Auditor dalam Kantor Akuntan Publik ... 11

2.1.2.2 Auditor Internal ... 13

2.1.2.3 Auditor Pemerintah ... 13

2.1.2.4 Auditor Pajak ... 13

2.1.3 Tipe – tipe Audit ... 13

2.1.3.1 Audit Laporan Keuangan ... 14

2.1.3.2 Audit Kepatuhan ... 14

2.1.3.3 Audit Operasional ... 14

2.1.4 Standar Auditing ... 14

2.2 Profesionalisme Auditor ... 17

2.2.1 Pengertian Profesionalisme ... 17

2.2.2 Konsep Profesionalisme ... 18

2.2.3 Cara Auditor Mewujudkan Profesionalisme ... 19

2.2.4 Hubungan Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan TingkatMaterialitas ... 19

2.3 Etika Profesi ... 20

2.3.1 Pengertian Etika Profesi ... 20


(8)

2.3.3 Prinsip – prinsip Etika Profesi Auditor ... 22

2.3.4 Hubungan Etika Profesi dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas... 24

2.4 Motivasi... 25

2.4.1. Hubungan Motivasi dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas... 25

2.5 Pengalaman Auditor ... 26

2.5.1 Hubungan Pengalaman Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas ... 27

2.6 Pertimbangan Tingkat Materialitas... 28

2.6.1 Pengertian Materialitas ... 28

2.6.2 Konsep Materialitas ... 29

2.6.3 Tujuan Materialitas ... 30

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31

2.8 Kerangka Konseptual ... 36

2.9 Hipotesis Penelitian... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

3.3 Jenis dan Sumber Data... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.4.1 Penelitian Pustaka... 43

3.4.2 Penelitian Lapangan ... 44

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

3.6 Pengujian Kualitas Data ... 47

3.6.1 Uji Validitas ... 48

3.6.2 Uji Relabilitas ... 48

3.7 Metode Analisis Data ... 49

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 49

3.7.1.1 Uji Normalitas ... 49

3.7.1.1.1 Analisis Grafik ... 49

3.7.1.1.2 Uji Statistik ... 50

3.7.1.2 Uji Multikolinearitas ... 51

3.7.1.3 Uji Heteroskesdastisitas ... 52

3.7.2 Pengujian Hipotesis ... 52

3.7.2.1 Uji Signifikan Parsial (Uji – t) ... 53

3.7.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ... 54

3.7.2.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 54

BAB IV HASIL PENELITISN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55

4.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 57

4.2.1 Hasil Uji Validitas Data ... 57

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Data ... 60


(9)

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik... 63

4.3.1 Uji Normalitas ... 63

4.3.2 Uji Heteroskesdastisitas ... 66

4.3.3 Uji Multikolinearitas ... 68

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis... 69

4.4.1 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji –t) ... 69

4.4.2 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ... 71

4.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 74

5.2Saran ... 75

5.3Keterbatasan Penelitisn ... 75


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkatan dan Tanggung Jawab Auditor ... 11

Tabel 2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.1 Daftar Kantor Akuntan Publik di Medan ... 42

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46

Tabel 4.1 Data Jumlah Sampel Penelitian ... 55

Tabel 4.2 Gender Responden ... 56

Tabel 4.3 Jabatan Responden ... 56

Tabel 4.4 Usia Responden ... 56

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Pertimbangan Tingkat Materialitas ... 57

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Profesionalisme Auditor ... 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Etika Profesi ... 59

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Motivasi ... 59

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Pertimbangan Tingkat Materialitas ... 60

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Profesionalisme Auditor ... 61

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Etika Profesi ... 61

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi ... 61

Tabel 4.13 Hasil Statistik Deskriptif ... 62

Tabel 4.14 Hasil Kolmogorov-Smirnov Test ... 66

Tabel 4.15 Hasil Statistik Heteroskesdastisitas: Glejser Test ... 68

Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

Tabel 4.17 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji – t) ... 70

Tabel 4.18 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ... 72


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 39

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas: Grafik Histogram ... 64

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas: Grafik PP Plot ... 65


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran i Permohonan Izin Membagikan Kuesioner ... 79

Lampiran ii Identitas Responden dan Kriteria Penilaian ... 80

Lampiran iii Kuesioner Pertimbangan Tingkat Materialitas ... 81

Lampiran iv Kuesioner Profesionalisme Auditor ... 82

Lampiran v Kuesioner Etika Profesi ... 83

Lampiran vi Kuesioner Motivasi ... 84

Lampiran vii Kuesioner Pengalaman Auditor ... 85

Lampiran viii Hasil Kuesioner Responden ... 86

Lampiran ix Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 91

Lampiran x Hasil Statistik Deskripitf ... 98

Lampiran xi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda... 99


(13)

ABSTRAK

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, ETIKA PROFESI, MOTIVASI DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP

PERTIMBANGANTINGKAT MATERIALITAS

(STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan apakah Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Penelitian dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Medan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling dimana terdapat 43 sampel dalam penelitian ini yang merupakan auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Secara parsial Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas, sedangkan Motivasi dan Pengalaman Auditor tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.

Kata Kunci: Pertimbangan Tingkat Materialitas, Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi, Pengalaman Auditor.


(14)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF AUDITORS’ PROFESSIONALISM, PROFESSIONALETHICS, MOTIVATION AND AUDITORS’EXPERIENCE ONMATERIALISTICLEVEL

CONSIDERATION

(A Case Study at Public Accountant Office, Medan)

The objective of the research was to find out whether auditors’ professionalism, professional ethics, motivation and auditors’ experience influenced materialistic level consideration. The research was conducted at the Public Accountant Office, Medan. The samples consisted of 43 auditors who worked at the Public Accountant Office, taken by using simple random sampling technique. The result of the research showed that, simultaneously, auditors’ professionalism, professional ethics, motivation and auditors’ experience influenced materialistic level consideration. Partially, auditors’ professionalism and professional ethics influenced materialistic level consideration, while motivation and auditors’ experience did not have any influence on materialistic level consideration.

Keywords: Materialistic Level Consideration, Auditors’ Professionalism, Professional Ethics, Motivation, Auditors’ Experience


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Semakin pesatnya perkembangan dunia perekonomian saat ini memicu para pelaku usaha untuk memperluas kegiatan usahanya dan menjadikan perusahaannya sebagai perusahaan terbaik di bidangnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, para pelaku usaha tentunya membutuhkan tambahan modal. Tambahan modal tersebut dapat diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kredit kepada bank atapun dengan mendaftarkan diri untuk melakukan penawaran saham atau obligasi kepada masyarakat, dengan kata lain perusahaan mengajukan diri untuk menjadi perusahaan go public.

Sebelum mengajukan permohonan kredit kepada bank atau mendaftarkan diri sebagai perusahaan go public, tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Salah satunya adalah laporan keuangan perusahaan yang telah diperiksa oleh akuntan publik. Kegunaan laporan audit salah satunya adalah sebagai persyaratan bagi perusahaan yang mendaftarkan diri untuk go public dan untuk memperoleh kredit dari bank ataupun lembaga non bank (Tunggal, 1994 : 2). Oleh karena itu kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaannya oleh pihak ketiga yaitu akuntan publik.

Auditor yang dipercayakan untuk mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan harus memastikan bahwa laporan keuangan tersebut dibuat sesuai


(16)

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan bebas dari salah saji yang material.

Auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang terdiri dari: standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

Dalam standar umum diatur bagaimana sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang auditor. Standar ini mengharuskan seorang auditor memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup, memiliki independensi yang harus dipertahankan dan seorang auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dalam melaksanakan tugasnya.

Sesuai dengan standar umum tersebut, menunjukkan bahwa profesionalisme sangat diperlukan bagi seorang auditor. Karena ini menunjukkan kinerjanya yang bagus sebagai seorang akuntan publik.

Profesionalisme yang dimiliki auditor dapat dinilai menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Hall (1968), yaitu seorang auditor harus memiliki sikap yang menganggap organisasi profesi sebagai acuan utama, memiliki pelayanan kepada masyarakat melalui profesinya, memiliki regulasi diri,berdedikasi dan memiliki otonomi. Jika seorang auditor dinilai telah memiliki kelima dimensi profesionalisme tersebut, maka produk audit yang dihasilkan terjamin kualitasnya. Dan juga akuntan publik yang memiliki profesionalisme yang tinggi, memiliki penilaian yang berbeda dengan akuntan publik yang kurang menjalankan prinsip – prinsip profesionalisme dalam menetapkan materialitas. Karena auditor yang


(17)

memiliki profesionalisme pasti akan membuat keputusan tentang materialitas tanpa campur tangan dari pihak lain.

Seorang auditor selain dituntut untuk memiliki profesionalisme, juga dituntut untuk memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Akuntan publik yang dinilai memegang teguh etika profesi memiliki prinsip – prinsip etika yang harus ditaati. Ada 5 (lima) prinsip etika profesi auditor, sesuai dengan Kode Etik Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010, yaitu integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati – hatian profesional, kerahasiaan dan perilaku profesional. Prinsip ini memandu akuntan publik untuk bertindak secara terhormat dalam memenuhi tanggung jawab profesinya. Dengan demikian auditor akan lebih baik dan berhati - hati dalam menentukan tingkat materialitas laporan keuangan yang akan diperiksanya.

Pengalaman juga harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan standar umum yang menuntut auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis, selain itu SK Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997 juga mengatakan bahwa auditor harus memiliki pengalaman kerja sekurang – kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputiasi baik dibidang audit.. Pengalaman ini dapat diukur dengan lamanya seorang auditor bekerja dan banyaknya jenis perusahaan yang telah diaudit.

Sikap profesionalisme, ketaatan terhadap profesi dan menggunakan pengalaman yang dimiliki dalam melaksanakan pekerjaan, itu semua tidak akan


(18)

terwujud tanpa adanya motivasi. Hanya dengan adanya motivasi maka sesorang akan mempunyai semangat juang untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Hal ini berarti auditor yang memiliki motivasi akan bekerja dengan sungguh – sungguh dan memiliki prestasi yang tinggi.

Penelitian ini didasari pada beberapa penelitian terdahulu dan adanya kasus yang pernah terjadi pada 10 Kantor Akuntan Publik yang mengakibatkan ditutupnya kantor tersebut. Kesepuluh Kantor Akuntan Publik tersebut ditutup karena dianggap melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank – bank yang dilikuidasi tahun 1998. Kasus tersebut memunculkan pertanyaan apakah kecurangan atau kesalahan dalam laporan keuangan bank – bank tersebut tidak diketahui oleh akuntan publik, atau akuntan publik pura – pura tidak mengetahui kecurangan ataupun kesalahan tersebut. Intinya jika seorang auditor memiliki sikap profesionalisme yang tinggi, ditambah dengan sikap yang menjunjung etika profesi dan pengalaman yang tinggi maka hal tersebut dapat dihindari.

Penelitian ini juga merupakan pengembangan dari beberapa penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) menggunakan variabel tiga variabel independen yaitu profesionalisme, pengetahuan dalam mendeteksi kekliruan dan etika profesi. Penulis mengambil beberapa variabel independen dari beberapa penelitian terdahulu dan juga menambah variabel baru yang dianggap memiliki kaitan dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas sesuai dengan future research penelitian terdahulu. Penulis mengambil variabel independen profesionalisme auditor, etika profesi dan


(19)

pengalaman auditor, serta penulis juga menambahkan variabel lain yaitu motivasi. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik mengambil judul “ Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Medan)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini akan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas?

2. Bagaimanakah pengaruh Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas?

3. Bagaimanakah pengaruh Motivasi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas?

4. Bagaimanakah pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas?

5. Bagaimakah pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor secara simultan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas?


(20)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

2. Pengaruh etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 3. Pengaruh motivasi terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

4. Pengaruh pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

5. Pengaruh profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor secara bersama – sama terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti khususnya mengenai hubungan profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor dengan pertimbangan tingkat meterialitas. Selain itu juga bermanfaat sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam bangku perkuliahan terutama dalam judul yang diteliti.


(21)

b. Bagi Pembaca, penelitian ini sebagai informasi lebih lanjut untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana pengaruh profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

c. Bagi Kantor Akuntan Publik, masukan bagi KAP dan pihak-pihak lain yang berkepentingan agar dapat mengambil kebijakan – kebijakan terkait dengan peningkatan Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor yang mempengaruhi Pertimbangan Tingkat Materialitas Auditor.

d. Bagi Akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk referensi penelitian sejenis yang akan dikembangkan lebih lanjut, berhubungan dengan permasalahan profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Auditing

2.1.1. Pengertian Auditing

Menurut Arens, Elder dan Bealey (2008:4) pengertian auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan orang yang kompeten dan independen.

Sedangkan menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah:

Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta pernyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Jika ditinjau dari sudut pandang akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi 2002:11).


(23)

2.1.2. Jenis – jenis Auditor

Menurut Arens et al (2008:19) dalam ada beberapa jenis auditor yang berpraktek saat ini, yaitu:

2.1.2.1. Kantor Akuntan Publik

2.1.2.1.1. Pengertian Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapat izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah akuntan publik dalam memberikan jasanya. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka. Kantor Akuntan Publik (KAP) seringkali disebut auditor eksternal atau auditor independen untuk membedakannya dengan auditor internal.

2.1.2.1.2.Bidang Jasa Kantor Akuntan Publik

Jasa yang diberikan oleh kantor Akuntan Publik kepada kliennya meliputi:

• Jasa Atestasi

Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan oleh seseorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.


(24)

Contohnya ialah audit umum atas laporan keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan dan jasa audit serta atestasi lainnya.

• Jasa Non – Atestasi

Jasa ini mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi keuangan, manajemen, perpajakan dan konsultasi.

Dalam hal pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan, Kantor Akuntan Publik hanya dapat melakukan pemeriksaan paling lama 6 (enam) tahun berturut – turut.

2.1.2.1.3. Bentuk Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk:

Perseorangan. Kantor Akutan Publik bentuk perseorangan hanya dapat didirikan dan dijalankan oleh seorang akuntan publik yang juga sekaligus bertindak sebagai pemimpin.


(25)

Persekutuan Perdata atau Persekutuan Firma. Kantor Akuntan Publik bentuk Persekutuan Perdata atau Persekutuan Firma hanya dapat didirikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang akuntan publik dan/atau 75% dari seluruh sekutu adalah akuntan publik. Masing-masing sekutu akan disebut “Rekan” dan salah seorang sekutu bertindak sebagai “Pemimpin Rekan”.

2.1.2.1.4. Hierarki Aduitor dalam Kantor Akuntan Publik

Menurut Mulyadi (2002:33) hierarki auditor dalam Kantor Akuntan Publik dapat dibagi menjadi berikut:

• Partner (Rekan)

• Manajer

• Auditor Senior

• Auditor Junior

Adapun penjelasan tentang hierarki auditor dalam Kantor Akuntan Publik dapat diuraikan sebagai berikut ini:

Tingkat dan Tanggung Jawab Auditor Tabel 2.1

Jabatan Pengalaman Rata – rata Tanggung Jawab Utama

Partner 10 tahun ke atas Menduduki jabatan tertinggi

dalam perikatan audit. Karena Patner adalah pemilik Kantor


(26)

Akuntan Publik, maka Partner mempunyai tanggung jawab atas hubungan dengan klien, bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai auditing serta bertanggung jawab atas penagihan fee audit dari klien.

Manajer 5 – 10 tahun Bertindak sebagai pengawas

audit, bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit, me-review kertas kerja, laporan audit. Seorang Manajer mungkin bertanggung jawab atas lebih dari satu penugasan pada saat yang sama.

Auditor Senior

2 – 5 tahun Auditor Senior bertanggung

jawab untuk perkerjaan lapangan audit, antara lain bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit seusai dengan rencana serta bertugas untuk mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor junior.

Auditor Junior

(Asisten Staf)

0 – 2 tahun Bertugas untuk melaksanakan

audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.


(27)

2.1.2.2. Auditor Internal

Auditor Internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen . Tanggung jawab auditor internal sangat beragam, tergantung pada yang mempekerjakan mereka .

2.1.2.3. Auditor Internal Pemerintah

Auditor Internal Pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) guna melayani kebutuhan pemerintah. Tugas utamanya adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas operasional berbagai program pemerintah.

2.1.2.4. Auditor Pajak

Direktorat Jenderal Pajak bertanggung jawab untuk memberlakukan peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab Dirjen Pajak adalah mengaudit SPT wajib pajak untuk menentukan apakah SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang berlaku.

2.1.3. Tipe –tipe Audit

Menurut Mulyadi (2002:30) tipe – tipe audit terdiri atas 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Audit Laporan Keuangan 2. Audit Kepatuhan


(28)

3. Audit Operasional

Penjelasan dari ketiga tipe audit yang dikemukan oleh Mulyadi tersebut adalah sebagai berikut:

2.1.3.1. Audit Laporan Keuangan

Audit atas laporan keuangan adalah audit yang dilakukan auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

2.1.3.2. Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan dalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuahn biasanya dijumpai dalam pemerintahan.

2.1.3. Standar Auditing

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, standar adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan, sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai. Jika diterapkan dalam auditing, maka standar auditing adalah suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman umum bagi auditor untuk melaksanakan audit.


(29)

Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang auditor harus bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam Auditing ada 10 (sepuluh) standar yang harus dipenuhi oleh seorang auditor. Kesepuluh standar tersebut dikenal dengan Standar Auditing dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

Standar Auditing tersebut dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Ketiga kelompok ini dapat diuraikan sebagai berikut (SA Seksi 150):

A. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

B. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.


(30)

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

C. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Laporan auditor harus menunjukkan dan menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebutdalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika


(31)

pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.

2.2. Profesionalisme Auditor

2.2.1. Pengertian Profesionalisme

Standar Auditing dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Di dalam Standar Umum digolongkan berbagai penjabaran yang mengatur mengenai persyaratan pribadi akuntan publik. Standar Umum ini juga terbagi menjadi 3 (tiga) point, dan point yang ketiga berbunyi “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.” (SA Seksi 230, Paragraf 01). Artinya seorang auditor dituntut untuk memiliki profesionalisme dalam memeriksa laporan keuangan.

Profesionalisme terdiri dari dua kata, yaitu profesional dan isme. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian profesional adalah bersifat profesi, memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran atas keahliannya itu. Kemudian kata profesional tersebut mendapat akhiran –isme, yang dalam Bahasa Indonesia berarti


(32)

“sifat”. Maka istilah profesionalisme berarti sifat yang harus dimiliki oleh setiap profesional dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga pekerjaannya tersebut dapat terlaksana atau dijalankan dengan sebaik – baiknya, penuh dengan tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakannya dengan dilandasi pendidikan dan keterampilan yang dimilliki.

Sesuai dengan definisi profesionalisme di atas, maka auditor yang memiliki profesionalisme harus memiliki tanggung jawab bukan hanya kepada klien saja, tetapi juga kepada masyarakat dan rekan seprofesi lainnya untuk menjalankan pekerjaannya dengan sebaik – baiknya dan dengan menggunakan keterampilan yang dimiliki melalui pendikikan yang telah dijalani.

2.2.2. Konsep Profesionalisme

Profesionalisme yang dimiliki oleh seorang auditor dapat diukur dengan menggunakan 5 (lima) dimensi yag dikembangkan oleh Hall (1968), yaitu:

1. Menganggap organisasi profesi sebagai acuan utama – menggunakan organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai acuan utama dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya.

2. Pelayanan kepada masyarakat – hal ini mencakup pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh dari profesi tersebut baik masyarakat maupun kalangan profesional.

3. Regulasi diri – mencakup keyakinan bahwa orang yang berhak menilai profesionalitas suatu pekerjaan adalah rekan seprofesi.


(33)

4. Dedikasi – mengunakan kemampuan profesional dalam pekerjaan walaupun honor intrinsik terbatas.

5. Otonomi – mencakup sebuah pandangan bahwa praktisi harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak luar, yang bukan merupakan rekan profesi.

Sesuai dengan konsep profesionalisme yang dijelaskan tersebut, sangat diharapkan bagi seorang auditor dalam melakukan audit dengan sebaik – baiknya tanpa ada pengaruh dari pihak luar, sehingga laporan audit yang dihasilkan berkualitas.

2.2.3. Cara Auditor Mewujudkan Profesionalisme

Seorang auditor dituntut untuk memiliki profesionalisme. Secara sederhana, ini berarti bahwa seorang auditor adalah profesional yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama, serta dalam menentukan keputusan tidak terpengaruh dari pihak lain. Sebagai seorang profesional, auditor tidak boleh ceroboh, tetapi mereka juga tidak diharapkan selalu sempurna.

Untuk memiliki pencapaian kompetensi profesional auditor memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi dan diikuti dengan pendidikan khusus dan pelatihan serta memiliki pengalaman kerja. Selain itu, auditor yang memiliki profesionalisme juga harus mengikuti standar yang telah ditetapkan.


(34)

2.2.4. Hubungan Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Profesionalisme berarti sifat yang harus dimiliki oleh setiap profesional dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga pekerjaannya tersebut dapat terlaksana atau dijalankan dengan sebaik – baiknya, penuh dengan tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakannya dengan dilandasi pendidikan dan keterampilan yang dimilliki. Sesuai penjelasan sebelumnya auditor yang dianggap profesionalisme harus memiliki kelima dimensi yang dikemukakan Hall.

Seorang auditor yang profesional, maka dalam mengambil keputusan tidak akan terpengaruh oleh orang lain atau pihak manapun, karena auditor yang profesional mengetahui bahwa profesi mereka dipandang independen oleh masyarakat dan mereka harus menjaga independesi tersebut. Untuk itu dalam memutuskan tentang materialitas suatu laporan keuangan, seorang auditor yang profesional tidak akan terpengaruh oleh pihak manapun, walaupun dia dibayar oleh perusahaan yang diauditnya, auditor yang profesional tetap akan memutuskan tingkat materialitas sesuai dengan fakta yang ada.

2.3. Etika Profesi

2.3.1. Pengertian Etika

Banyak para ahli yang berpendapat tentang definisi dari etika. Pengertian etika secara umum menurut Arenset al (2008:98) adalah serangkaian prinsip atau nilai moral.Menurut Kamus Besar Bahasa


(35)

Indonesia (2001), etika memiliki arti tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Sedangkan menurut Bertens (2001) dalam Agoes dan Ardana (2013) ada dua pengertian tentang etika, yaitu etika sebagai praktis dan sebagai refleksi. Etika sebagai praktis berati nilai – nilai dan norma – norma baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Sedangkan etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa etika memiliki banyak pengertian menurut parah ahli. Namun, jika dilihat sebagai ilmu, maka etika dapat merumuskan suatu teori, konsep, asas atau prinsip – prinsip tentang perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik, mengapa perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik, dan sebagainya.

Jika dilihat dari segi auditing, maka etika adalah suatu prinsip, teori atau konsep tentang perilaku yang baik dan benar dalam proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta pernyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

2.3.2. Perlunya Etika Profesi

Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan etika profesional setiap profesi menurut Mulyadi (2002) adalah kebutuhan akan kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang diberikan oleh profesi tersebut.


(36)

Demikian pula dengan profesi akuntan publik yang dinilai sebagai pihak independen, kepercayaan masyarakat merupakan hal terpenting yang harus dijaga. Untuk itu auditor harus menetapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit yang dilakukan.

Selain dari sisi seorang auditor, etika profesi ini juga berfungsi untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan yang disebabkan kelalaian jasa profesional tersebut. Dan juga untuk melindungi jasa profesional tersebut dari orang – orang yang tidak bertanggung jawab, yang mangaku dirinya profesional.

2.3.3. Prinsip – prinsip Etika Profesi Auditor

Kode Etika Profesi Akuntan Publik yang sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan staf profesional baik yang merupakan anggota IAPI atau bukan, yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik. Ada 5 (lima) prinsip etika profesi akuntan publik yang tercantum dalam Standar Profesi Akuntan Publik, yaitu:

1. Integritas 2. Objektivitas

3. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional 4. Kerahasiaan

5. Perilaku Profesional

Penjelasan dari kelima prinsip di atas dijelaskan oleh Mulyadi (2002:56) sebagaia berikut:

1. Integritas


(37)

kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.

Integritas mengharuskan semua anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi

2. Objektivitas

Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap jujur dan adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.

3. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional

Kompetensi memnunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.

Kehati – hatian Profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik – baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

4. Kerahasiaan

Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antaranggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.

Kerahasiaan tidaklah semata – mata masalah

pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota untuk meperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlibat menggunakan


(38)

informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.

5. Perilaku Profesional

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oelh anggota sebagai perwujudan tanggung jawab kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

Prinsip inilah yang merupakan landasan bagi setiap auditor untuk berperilaku dan untuk melaksanakan audit, agar hasil auditan dapat diandalkan.

2.3.4. Hubungan Etika Profesi dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Pengertian etika dari segi auditing adalah suatu prinsip, teori atau konsep tentang perilaku yang baik dan benar dalam proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta pernyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Auditor harus menjunjung prinsi – prinsip etika yang terdapat dalam SPAP. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya ada 5 (lima) prinsip etika yang harus dilakukan oleh auditor dalam mengaudit laporan keungan. Semakin tinggi seorang auditor menjunjung etika profesinya, maka dalam penentuan tingkat materialitas pasti akan berbeda dengan auditor yang kurang


(39)

menjunjung tinggi etika profesinya. Auditor yang beretika akan menilai tingkat materialitas secara objektiv, jujur dan berhati – hati agar laporan audit yang dihasilkan dapat diandalkan.

2.4. Motivasi

Motivasi menurut Goleman (2001 : 13) berarti sesuatu yang membuat seseorang mengambil inisiatif dan bertindak untuk mencapai sasaran dengan menggunakan hasratnya yang paling dalam dan siap menghadapi segala resikonya. Motivasi yang paling baik adalah yang berasal dari diri sendiri. Hanya dengan motivasi seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada.

Ada beberapa teori tentang motivasi, salah satunya Teori Kebutuhan McClelland yang dikembangkan oleh David McClelland. Teori ini mengatakan bahwa tindakan manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Ada tiga kebutuhan yang dijelaskan dalam Teori McClelland ini, yaitu:

1. Kebutuhan untuk berprestasi, yaitu keinginan untuk berprestasi dan mencapai standar – standar yang ada.

2. Kebutuhan berkuasa, yaitu kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.

3. Kebutuhan untuk berafiliasi, keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.


(40)

2.4.1 Hubungan Motivasi denganPertimbangan Tingkat Materialitas

Motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk memulai suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan manusia mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhannya, sebagai seorang auditor tentunya kebutuhanya adalah agar dinilai berprestasi dalam pekerjaannya. Hal ini berarti seorang auditor yang memiliki motivasi dalam dirinya akan bertindak untuk mencapai standar – standar yang ada dan akan meningkatkan prestasinya dalam melakukan audit. Dalam kegiatan audit, auditor harus menetapkan tingkat materialitas laporan keuangan untuk melakukan tahapan audit selanjutnya.

Seorang auditor yang memiliki motivasi dalam dirinya untuk berprestasi, tentunya dalam menetapkan tingkat materialitas juga akan bersungguh – sungguh. Karena ia ingin agar melalui perkerjaannya orang lain dapat melihat bahwa ia berprestasi dan memenuhi semua standar yang ada, sehingga orang lain dapat mengandalkan hasil auditnya.

2.5. Pengalaman Auditor

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi dalam bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal, atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada pola tingkah laku yang lebih tinggi.

Seseorang yang ingin berkarier sebagai akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan akuntan senior yang lebih


(41)

berpengalaman (Mulyadi 2002:25). Hal tersebut berguna agar akuntan yang baru selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam profesinya. Sesuai SK Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997 Pasal 17, auditor harus memiliki pengalaman kerja sekurang – kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit. Hal ini menunjukkan pengalaman sangat dibutuhkan oleh seorang auditor.

Seorang auditor yang sudah memiliki banyak pengalaman tentunya akan memiliki pandangan yang berbeda dalam menetapkan tingkat materialitas suatu laporan keuangan dan tentunya tingkat kehati – hatiannya dalam melakukan audit juga berbeda dibanding dengan auditor yang baru menyelesaikan pendidikannya.

Seorang yang berpengalaman tentunya cara berpikirnya lebih terperinici dibanding yang belum berpengalaman. Semakin sering ia melakukan pekerjaan tersebut, tentunya semakin terampil dan cermat ia dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Untuk itulah seorang auditor sangat memerlukan pelatihan yang cukup agar memiliki pengalaman untuk melakukan audit atas laporan keuangan, serta lebih peka dalam mendeteksi kesalahan – kesalahan yang ditemukan dalam laopran keuangan dan menetapkan tingkat materialitas suatu laporan keuangan.

2.5.1. Hubungan Pengalaman Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Kantor Akuntan Publik yang dipandang terkemuka karena memiliki auditor yang berpengalaman bekerja dikantor itu. Pengalaman sangat penting bagi setiap pekerjaan apapun, termasuk akuntan publik. Seseorang yang dianggap memiliki pengalaman tinggi pasti hasil


(42)

keputusannya akan berbeda dengan seseorang yang belum perpengalaman. Dalam hal ini akuntan publik yang berpengalaman memiliki pandangan yang berbeda tentang pertimbangan tingkat materialitas.

Seorang auditor yang baru saja menyelesaikan studinya akan menilai tingkat materialitas suatu laporan keuangan dengan hanya berpatokan pada teori. Namun umumnya teori dan keadaan sesungguhnya bisa saja berbeda. Tetapi seorang akuntan publik yang berpengalaman tentunya dalam menilai tingkat materialitas suatu laporan keuangan akan memiliki pandangan yang berbeda dengan akuntan publik junior. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Abdolmohammadi dan Wright (1987), yang mengatakan bahwa akuntan publik yang lebih berpengalaman akan memberikan hasil yang berbeda dengan akuntan publik yang belum berpengalaman terhadap penilaian audit.

2.5. Pertimbangan Tingkat Materialitas 2.5.1. Pengertian Materialitas

Materialitas menurut SPAP SA Seksi 312 adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut.

Pengertian lain mengenai materialitas yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan selanjutnya berlaku dalam pelaporan audit adalah


(43)

sebagaimana dikemukakan oleh Arens et al (2008:72),yaitu suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan akan salah saji tersebut akan mempernaruhi keputusan para pemakai laporan tersebut.

Mulyadi (2002:157) mengatakan bahwa materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

2.5.2. Konsep Materialitas

Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal baik secara individu ataupun keseluruhan adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Hal ini menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak mengandung salah saji material. Materialitas juga merupakan salah satu konsep baik dalam audit maupun akuntansi yang penting dan mendasar. Materialitas dalam konsep audit adalah untuk mengukur lingkup audit. Materialitas audit menggambarkan jumlah maksimum kemungkinan terdapat kekeliruan dalam laporan keuangan dimana laporan keuangan tersebut masih dapat menunjukkan posisi


(44)

keuanganperusahaan dan hasil operasi perusahaan berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum.

2.5.3. Tujuan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Dalam perencanaan audit, auditor harus menentukan pertimbangan awal tingkat materialitas. Pertimbangan awal tingkat materialitas adalah jumlah maksimum salah saji dalam laporan keuangan yang menurut pendapat auditor tidak mempengaruhipengambilan keputusan dari pemakai. Penentuan jumlah ini adalah salah satu keputusan terpenting yang diambil oleh auditor, yang memerlukan pertimbangan profesional yang memadai. Materialitas bukanlah suatu penilaian yang objektif. Interpretasi materialitas bervariasi, tergantung pada keadaan tertentu. Inilah yang menyebabkan suatu tingakt materialitas berbeda dalam setiap perusahaan.

Tujuan penetapan materialitas ini adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Jika auditor menetapkan jumlah yang rendah maka lebih banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan dari pada jumlah yang tinggi. Begitu juga sebaliknya. Seringkali audior mengubah jumlah materialitas dalam pertimbangan awal ini selama audit. Jika ini dilakukan, jumlahyang baru tadi disebut pertimbangan yang direvisi mengenai materilitas. Sebab-sebabnya antara lain perubahan faktor-faktor yang digunakan untuk menetapkannya, atau auditor berpendapat jumlah dalam penetapan awal tersebut terlalu kecil atau besar.


(45)

2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mengenai profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor. Dimana penelitian masing – masing memiliki variabel independen dan dependen yang berbeda – beda, sesuai dengan kepentingan peneliti.

Berikut ini penelitian – penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor:

Manita, et al(2011) meneliti tentang dampak faktor kualitatif pada penilaian etika terhadap materialitas. Peneliti melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada 44 sampel auditor di Perancis. Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara penilaian etika terhadap materialitas.

Alvina dan Suryanawa (2011) melakukan penelitian mengenai analisis hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Penelitiaan ini berfokus pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bali yang terdaftar di IAPI. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling, dengan kriteria: (1) Kantor Akuntan Publik yang berstatus aktif, (2) auditor yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 3 tahun. Dari kriteria di atas, terdapat 10 Kantor Akuntan Publik yang memnuhi syarat. Dan jumlah kuesioner yang disebar adalah 76 buah, jumlah kuesioner yang dibagikan 53 buah, dan hanya 23 kuesioner yang dapat diolah. Pengolahan data menggunakan SPSS dengan analisis regresi linier berganda. Variabel indpenden dalam penelitian ini adalah profesionalisme auditor yang tercermin dalam 5 dimensi, yaitu: (1) pengabdian terhadap profesi, (2) kewajiban sosial, (3)


(46)

kemandirian, (4) keyakinan terhadap profesi dan (5) hubungan dengan rekan seprofesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengabdian terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Ini menunjukkan bahwa profesionalisme memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

Agustianto (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh profesionalisme, pengalaman auditor, gender dan kualitas audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Populasi dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah Jakarta dan sampel diambil secara random, dengan kriteria: (1) auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dan kantor tersebut terdaftar dalam Directory IAPI, (2) auditor harus mempunyai pengalaman bekerja lebih dari saru tahun. Berdasarkan pengambilan sampel sesuai dengan kriteria, terdapat 19 Kantor Akuntan Publik yang memnuhi syarat dari seluruh Kantor Akuntan Publik yang ada di wilayah Jakarta. Dalam metode pengumpulan data, peneliti menggunakan library research dan field research. Dalam field reseasrch peneliti memperoleh data dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang disebar berjumlah 140 buah, dan yang kembali 120 buah. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 63 buah. Dalam mengolah data, peneliti menggunakan Microsof Excel dan SPSS versi 19 dengan analisis data menggunakan regresi berganda. Variabel independen dalam penelitian ini adalan profesionalisme, pengalaman auditor, gender dan kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


(47)

profesionalisme, pengalaman auditor, gender dan kualitas audit berpengaruh signifikan secara parsial ataupun simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.

Herawaty dan Susanto (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh profesionalisme auditor, pengetahuan mendeteksi kekeliruan dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik. Objek penelitian adalah Kantor Akuntan Publik wilayah Jakarta, dengan respondenya adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik tersebut yang memiliki pendidikan minimal S1 dan posisi minimal sebagai akuntan publik senior. Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, sehingga penulis mempunyai kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah. Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada para responden. Jumlah kuesioner yang dibagikan sebanyak 200 buah, dan yang kembali sebanyak 150 buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme auditor, pengetahuan mendeteksi kekeliruan dan etika profesi memiliki pengaruh yang signifikandan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam memeriksa laporan keuangan.

Abdolmohammadi dan Wright (1987) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengalaman dan komplektifitas tugas terhadap penilaian audit. Penelitian dilakukan terhadap 88 responden, dimana keseluruhan responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok yang kurang berpengalaman dan


(48)

kelompok yang berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penilaian audit yang didapat dari kedua kelompok itu berbeda.

Review Penelitian Terdahulu Tabel 2.2

No Nama Peneliti

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian

1. Riadh Manita,

Hassan Lahbari dan Najoua Elommal (2011):

The Impact of Qualitative Factor on Ethical Judgement of Materiality: An Experimental Study with Auditors

• Materialitas (Y)

• Etika (X1)

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara penilaian etika terhadap materialitas. Tidak ada variabel independen, yaitu: Profesionalisme Auditor dan Pengamalan Auditor

2. Novita Alvina dan

I Ketut Suryanawa (2011): Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan

• Pertimbang -an Tingkat Materialitas (Y)

• Profe-sionalisme Auditor, yang terdiri dari: pengabdian terhadap profesi (X1),

kewajiban sosial (X2),

kemandiria n (X3),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme auditor memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Tidak ada variabel independen, yaitu : Etika Profesi dan Pengalaman Auditor


(49)

terhadap profesi (X4)

dan hubungan dengan rekan seprofesi (X5)

3. Angga Agustianto

(2013):

Pengaruh

Profesionalisme, Pengalaman Auditor, Gender dan Kualitas Audit terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan.

• Pertimbang an Tingkat Materialitas (Y)

• Profesional -isme (X1)

• Pengalam-an Auditor (X2)

• Gender (X3)

• Kualitas Audit (X4)

Hasil dari penelitian ini secara parsial menunjukkan bahwa profesionalisme, pengalaman auditor, gender dan kualitas audit berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Tidak ada variabel independen, yaitu : Etika Profesi.

4 Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2009, Vol. 11) : Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan

• Pertimbang an Tingkat Materialitas Akuntan Publik (Y)

• Profesional -isme (X1) •

Pengetahu-an

Mendeteksi Kekeliruan (X2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme auditor, pengetahuan mendeteksi kekeliruan dan etika profesi memiliki pengaruh yang signifikandan Tidak ada variabel independen, yaitu: Pengalaman Audior


(50)

Tingkat Materialitas Akuntan Publik

• Etika Profesi (X3)

positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam memeriksa laporan keuangan.

5 Mohammad

Abdolmohammadi dan Arnold Wright (1987, Vol.62, No.1): Pengujian terhadap efek dari Pengalaman dan Komplektisitas Tugas terhadap Penilaian Adit

• Penilaian Audit (Y)

• Pengalam-an (X1) •

Komplek-tisitas Tugas (X2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam penilaian audit dari auditor yang bepengalaman dan auditor yang kurang berpengalaman. Variabel dependennya berbeda. Peneliti menggunakana variabel dependen: pertimbangan tingkat materialitas Variabel independen. Peneliti menambahkan variabel: profesionalisme dan etika profesi.

2.7. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntuan


(51)

tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.

Penelitian ini membahas tentang profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor dalam mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas. Maka kerangka konseptualnya adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa profesionalisme auditor (X1), etika profesi

(X2), motivasi (X3) dan pengalaman auditor (X4) mempengaruhi pertimbangan

tingkat materialitas (Y) baik secara simultan ataupun parsial. Penjelasan detail mengenai profesional auditor, etika profesi dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas:

Profesionalisme Auditor (X1)

Etika Profesi (X2)

Motivasi (X3)

Pertimbangan Tingkat Materialitas

(Y)

H1

H2

H3

Pengalaman Auditor (X4)

H4


(52)

1. Profesionalisme Auditor

Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) menemukan adanya hubungan antara profesionalisme yang dimiliki auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas. Dimana semakin tinggi sikap profesional yang dimiliki oleh seorang auditor, maka dalam melakukan audit auditor tersebut akan memberikan hasil kerja yang terbaik, dan hal ini juga akan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dalam penelitiannya profesionalisme auditor diukur dengan menggunakan 5 (lima) dimensi Hall, yaitu sikap yang menganggap organisasi profesi sebagai acuan utama, memiliki pelayanan kepada masyarakat melalui profesinya, memiliki regulasi diri,berdedikasi dan memiliki otonomi.

2. Etika Profesi

Manita, et al(2011) menemukan hubungan antara etika profesi yang dimiliki seorang auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dimana hasil penelitian yang mereka lakukan terhadap 44 responden auditor di Perancis menunjukkan adanya hubungan antara pertimbangan etika (ethical judgement) terhadap materialitas (meteriality). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2009) yang menunjukkan bahwa etika memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.


(53)

3. Motivasi

Sikap profesional, taat pada etika profesi dan pengalaman yang dimiliki seorang auditor untuk menilai tingkat materialitas suatu laporan keuangan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya motivasi yang miliki oleh auditor itu sendiri. Seperti yang dikatakan Goleman (2001 : 13) bahwa motivasi sesuatu yang membuat seseorang mengambil inisiatif dan bertindak untuk mencapai sasaran dengan menggunakan hasratnya yang paling dalam dan siap menghadapi segala resikonya, artinya dengan motivasi inilah seorang auditor akan mengambil tindakan untuk menetapkan tingakt meterialitas dengan baik, karena ia ingin mencapai standar – standar yang ada agar dinyatakan sebagai auditor berprestasi sesuai dengan tujuannya.

4. Pengalaman Auditor

Agustianto (2013) menyatakan bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh terhadap pertimbangan tingkat profesionalisme. Seorang auditor yang sudah memiliki pengalaman tentunya cara pandang terhadap materilitas akan berbeda dengan auditor yang belum berpengalaman.

2.8. Hipotesis Penelitian

Secara etimologi, hipotesis berasal dari dua suku kata, yaitu hypo yang berarti lemah dan thesis yang berarti pernyataan. Berarti hipotesis merupakan suatu pernyataan yang lemah atau kesimpulan yang belum final yang masih harus


(54)

diuji kembali kebenarannya. Ada beberapa persyaratan dalam merumuskan suatu hipotesis menurut Idrus (2009:53) antara lain sebagai berikut :

1. Dirumuskan dalam kalimat berita. 2. Tidak bermakna ganda dan

3. Dirumuskan secara operasional. Dengan pengertian bahwa hipotesis sebaiknya ditulis sealur dengan rumusan masalah yang ada, karena hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang ada diteliti.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H1 : Profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

H2 : Etika profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. H3 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat

materialitas.

H4 : Motivasi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

H5 : Profesionalisme auditor, etika profesi, motivasi dan pengalaman auditor berpengaruh secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah assosiatif causal.Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Dan desain kausal berguna untuk mengukur seberapa besar hubungan sebab akibat antar variabel riset, sehingga dalam penelitian terdapat variabel independen dan variabel dependen. Dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara profesionalisme auditor, etika profesi, motivasi dan pengalaman auditor sebagai variabel independen, terhadap pertimbangan tingkat materialitas sebagai variabel dependen, maka menggunakan assosiatif causal.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi menurut Hadi (2006:45) adalah keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah Medan. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random, peneliti akan mengambil 30 dari sampel penelitian dari populasi penelitian. Kriteria sampel adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik.

Hasil kuesioner yang diberikan kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah Medan akan diolah menjadi data kuantitatif menggunakan SPSS Versi 20.


(56)

Daftar Kantor Akuntan Publik di Medan Tabel 3.1

No. Nama Kantor Akuntan Publik 1. KAP Drs. Biasa Sitepu

Jl. Teuku Umar No. 73

2. KAP Chatim, Atjeng, Sugeng & Rekan (Cab)

Jl. Sunggal No. 173/139A

3. KAP Drs. Darwin S. Meliala

Jl. Lembong No. 27

4. KAP Edward L. Tobing dan Madilah Bohori (Pusat)

Jl. Perkutut Comp. Milenium Garden, Block A-8

5. KAP Erwin, Zikir dan Togar

Kawasan Niaga Citra Garden, Blok A5 No. 31 Jl. Jamin Ginting

6. KAP Fachrudin dan Mahyuddin

Jl. Kol. Sugiono No. 11A

7. KAP Drs. Hadiawan

Jl. Surakarta No. 2H/14

8. KAP Hendrawinata Eddy dan Siddharta (Cab)

Jl. Palang Merah No. 40

9. KAP Drs. Johan Malonda Mustika & Rekan (Cab)

Jl. S. Parman No. 56

10. KAP Drs. Katio & Rekan (Pusat)

Jl. Sei Musi No. 31

11. KAP Liasta, Nirwan, Syafruddin & Rekan (Cab)

Jl. Balam, Green Balam Town House No. 2

12. KAP Dra. Meilina Panagribuan, M.M.

Jl. Gajah Mada (d/a Jl. Rukun) No. 21

13. KAP Hadi Winata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan (Cab)

Perumahan TamanKyoto, Jl. Sei Silau Blok B/ Helan No. 23

14. KAP Sabar Setia

Jl. Prof. H.M. Yamin, SH No. 41Y

15. KAP Drs. Selamat Sinuraya & Rekan (Pusat)

Jl. Stasiun Kereta Api No. 3A

16. KAP Drs. Syahrun Batubara

Jl. Sisingamangaraja No. 253A

17. KAP Drs. Syamsul Bahri, MM, Ak. & Rekan

Jl. Setia Budi, Komplek Setia Budi Point C -8

18. KAP Drs. Tarmizi Taher

Jl. STM Gg. Arifin No. 28A


(57)

3.3. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Data Primer, adalah data yang diperoleh melalui observasi secara langsung dari responden dan narasumber dengan cara pemberian kuesioner kepada auditor yang kemudian diolah menjadi data primer. b) Data Sekunder, data yang diperoleh dari sumber – sumb3r lain seperti

buku, jurnal, tesis atau internet yang berkaitan dengan kepentingan penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, penelitimenggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

3.4.1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedangditeliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lainyang berkaitan dengan judul penelitian.

3.4.2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan dengan memperoleh data langsung dari pihak terkait. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah akuntanpublik yang berkerja pada KAP di wilayah Medan. Penelitimemperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada KAP secaralangsung. Data primer diperoleh denganmenggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan


(58)

tujuanuntuk mengumpulkan informasi dari akuntan publik yang berkerja pada KAP di wilayah Medan sebagai responden dalam penelitian.

3.5. Definisi Operasional dan Pngukuran Variabel

Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

3.5.1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pertimbangan Tingkat Materialitas. Yaitu pertimbangan auditor atas besarnya penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pertimbangan pihak yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut.

Varibel ini menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Agustianto dan Kusuma. Variabel ini diukur menggunakan skala Likert 5. Dimana poin 1 (Sangat Tidak Setuju), 2 (Tidak Setuju), 3 (Netral), 4 (Setuju) dan 5 (Sangat Setuju).

3.5.2. Variabel Independen

Variabel independen yaitu profesionalisme auditor (X1), etika

profesi (X2), motivasi (X3) dan pengalaman auditor (X4).

Profesionalisme merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga pekerjaannya tersebut dapat terlaksana atau dijalankan dengan sebaik – baiknya, penuh dengan tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakannya dengan dilandasi


(59)

pendidikan dan keterampilan yang dimilliki. Ini berarti bahwa seorang auditor adalah profesional yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama, serta dalam menentukan keputusan tidak terpengaruh dari pihak lain. Terutama dalam menetapkan tingkat materialitas suatu laporan keuangan yang nantinya akan berpengaruh dalam pemberian opini audit.

Etika profesi adalah prinsip atau teori yang mengatur bagaimana seorang yang menjalankan profesinya (dalam hal ini adalah auditor) harus bertindak dan menjalankan pekerjaannya sesuai prinsip tersebut.

Motivasi adalah sesuatu yang membuat seseorang mengambil inisiatif dan bertindak untuk mencapai sasaran dengan menggunakan hasratnya yang paling dalam dan siap menghadapi segala resikonya. Ini berarti auditor yang memiliki motivasi dalam dirinya akan bekerja dengan sungguh – sungguh untuk mencapai tujuannya.

Pengalaman auditor merupakan hal yang sangat penting, terutama dalam hal melakukan audit dalam laporan keuangan. Semakin banyak pengalaman dalam mengaudit laporan keuangan, tentunya cara pandang terhadap tingkat materialitas akan berbeda dengan auditor yang masih baru menyelesaikan pendidikannya.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian diadaptasi dari Agustianto dan Efendy. Kuesioner tersebut dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.


(60)

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Tabel 3.2

Variabel Definisi Opersional Indikator Skala

Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y)

pertimbangan auditor atas besarnya penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pertimbangan pihak yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut.

1. Seberapa penting tingkat Materialitas 2. Pengetahuan tentang tingkat Materialitas 3. Resiko Audit 4. Tingkat

Materialitas 5. Uraian tingkat

Materialitas dalam rencana audit Interval Profesionalis me Auditor (X1)

Sikap auditor yang tidak terpengaruh oleh pihak lain dalam memeriksa laporan keuangan dan mentapkan tingkat materialitas.

1. Sikap yang

menganggap organisasi profesi sebagai acuan utama 2. Memiliki pelayanan kepada masyarakat melalui profesinya 3. Memiliki regulasi diri 4. Berdedikasi 5. Otonomi Interval Etika Profesi (X2)

Prinsip atau teori yang mengatur auditor dalam bertindak dan melakukan pekerjaannya.

1. Integritas 2. Objektivitas 3. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional 4. Kerahasiaan 5. Perilaku Profesional Interval


(61)

Motivasi (X3)

bahwa motivasi sesuatu yang membuat seseorang

mengambil inisiatif dan bertindak untuk mencapai sasaran dengan menggunakan hasratnya yang paling dalam dan siap menghadapi segala resikonya. 1. Keuletan 2. Konsistensi 3. Ketangguhan Interval Pengalaman Auditor

(X4)

Pengalaman dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya penugasan maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani.

1. Masa kerja 2. Jumlah tugas

yang ditangani 3. Jenis perusahaan yang ditangani Interval

3.6. Pengujian Kulitas Data

Penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai salah satu proses dalam pengumpulan data, maka pertanyaan dalam kuesioner tersebut harus diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Karena alat ukur yang valid dan reliabel akan memberikan data yang dapat dipercaya, sehingga penelitiannya akan bermanfaat.

3.6.1. Uji Validitas

Kuesioner yang digunakan sebagai sarana untuk pengumpulan data harus diuji validitasnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir – butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel (Lubis, dkk 2007:53). Untuk menghitung validitas suatu kuesioner dapat dilihat dari hasil Output SPSS. Idrus dalam Pratiwi (2014:51) menyatakan pada umumnya harga validitas ditunjukkan dengan


(62)

besaran harga korelasi, suatu item dinyatakan vallid bila memiliki nilai di atas 0,3.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebuah alat ukur dalam penelitian yang menggunakan data primer adalah kunci pokok penelitian. Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk – konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Lubis, dkk 2007:54). Artinya data yang dinyatakan reliabel makan data tersebut akan menghasilkan hasil yang sama meskipun diulang – ulang dan dilakukan oleh siapapun dan kapanpun (Idrus 2007:130). Reliabilitas suatu kosntruk variabel dikatakan baik jika memiliki Cronbach’s Alpha > 0,60.

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian menggunakan metode analisis data kuantitatif, dengan mengolah data yang telah dikumpulkan dan selanjutnya dapat memberikan interpretasi. Pendekatan regresi linear berganda akan dijadikan sebagai teknik untuk menganalisis data. Analisis linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(63)

3.7.1. Uji Asumsi Klasik 3.7.1.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah apakah dalam sebuah regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak mempunyai distribusi normal. Menurut Ghozali dalam Agustianto (2013:55) ada dua cara apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

3.7.1.1.1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan data distribusi yang mendekati distribusi normal. Penelitian ini dilakukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual mengikuti berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.


(64)

3.7.1.1.2. Uji Statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalautidak hati-hati secara visual kelihatan normal, secara statistikbisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik, satu diantaranya seperti uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov dibuat dengan membuat hipotesis :

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Bila sig > 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data normal ( Ho diterima), sebaliknya bila sig < 0,05

dengan α = 5%, berarti distribusi data tidak normal (Ha

diterima).

3.7.1.2. Uji Multikolinearitas

Uji ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model (Lubis, dkk 2007:32). Semakin rendah korelasi anatar variabel independen maka persamaan tersebut akan semakin baik. Bila dua variabel independen atau lebih memiliki tingkat korelasi yang tinggi, maka secara statistik variabel –variabel tersebut dapat dikatakan mengukur hal yang sama. Dengan demikian, kedua variabel tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri


(65)

sendiri. Bila peneliti tetap memaksa kedua varibel tersebut sebagai variabel independen, maka hasil regresi tersebut tidak akan tepat. Salah satu ciri regresi yang terjangkit Multikolinearitas adalah persamaan tersebut memiliki R2 yang tinggi, tetapi hanya memiliki sedikt variabel independen yang signifikan.

Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya Multikolinearitas yaitu:

1) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan bebas dari Multikolinearitas. 2) Jika nilai koefisien korelasi antara masing – masing

variabel independen kurang dari 0,07 maka model dapat dikatakan bebas dari Multikolinearitas.

3.7.1.3. Uji Heteroskesdastisitas

Heteroskesdastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jikavariance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas.

Lubis, Akhmad dan Syarif (2007:34) menjelaskan cara mendeteksi dengan menggunakan Scatter Plotadalah:


(66)

1) Titik – titik menyebar di atas dan di bawah, atau di sekitar angka 0 (nol).

2) Titik – titik data tidak hanya mengumpul di atas atau di bawah saja.

3) Penyebaran titik – titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar, kemudian menyempit dan melebar kembali.

4) Penyebaran titik – titik data sebaiknya tidak berpola.

3.7.2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dugunakan dalam penelitian yakni regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda merupakan hubungan secara linear dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen, yaitu untuk mengetahui hubungan positif atau negatif antara kedua variabel tersebut. Dimana variabel rindependen dalam penelitian ini adalah profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor, sedangkan variabel dependennya adalah pertimbangan tingkat materialitas. Untuk mengetahui hubungan variabel independen dan variabel dependen tersebut, maka dilakukan Uji Signifikan Parsial (Uji – t), Uji Signifikan Simultan (Uji – f) dan Uji Koefisien Determinasi (R2).


(67)

3.7.2.1. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)

Ghozali dalam Agustianto (2013) menagatakan uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen (X) secara individual atau parsial terhadap variabel dependen (Y).

Karakteristik Uji – t menurut Lubis (2007:37) adalah sebagai berikut:

1) Jumlah sampel yang relatif kecil, biasanya di bawah 30 sampel. Jika sampel besar maka menggunakan Uji – z.

2) Varian kedua populasi yang diuji sama.

3) Sampel yang diambil berdistribusi normal, ataukah mendekati normal atau bisa dianggap normal. Jika tidak berdistribusi normal, maka:

• Jumlah sampel ditambah dan kemudian diuji sekali lagi.

• Data ada yang ditransformasi ke bentuk tertentu. Uji hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan thitung dengan ttabel dalam tingkat probabilitas 5%. Kriteria

pengujian yaitu:

1. Ho diterima bila thitung< ttabel

2. Ho ditolak bila thitung> ttabel 3.7.2.2. Uji Signifikan Simultan (Uji – f)

Uji – f digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Uji ini memiliki taraf signifikan 5%.

1. Jika fhitung < ftabel, maka Ho diterima 2. Jika fhitung > ftabel, maka Ho ditolak


(68)

3.7.2.3. Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui presentase penagruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan koefisien determinasi bernilai antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 0, maka menunjukkan semakin kecilnya pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika mendekati angka 1, maka oengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap variabel dependen akan semakin besar.

Hal ini menunjukkan bila R2 = 0, maka variabel independen tidak memiliki persentase pengaruh terhadp variabel dependen. Akan tetapi jika R2 = 1, maka presentas variabel indpenden terhadap variabel dependen adalah sempurna.


(69)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah Medan. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi auditor senior, junior, partner ataupun auditor yang magang. Peneliti mengambil sampel sebanyak 7 KAP dari keseluruhan KAP yang ada di wilayah Medan.

Pengumumpulan data dilaksanakan dengan cara penyebaran kuesioner dengan cara langsung mendatangi responden ke Kantor Akuntan Publik. Kuesioner yang disebar sebanyak 50 buah dan kuesioner yang kembali sebanyak 44 buah kuesioner. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 6 buah, hal ini disebabkan waktu pembagian kuesioner tidak tepat. Dari 44 kuesioner yang kembail 1 tidak dapat diolah karena tidak diisi dengan lengkap. Gambaran mengenai data sampel dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 4.1

Data Jumlah Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah Persentase

1. Kuesioner yang disebar 50 100%

2. Kuesioner yang tidak kembali 6 12%

3. Kuesioner yang dapat diolah 43 86%

4. Kuesioner yang tidak dapat diolah 1 2% Sumber: data primer yang diolah


(1)

.

Lampiran xii


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh profesionalisme dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta dan Tangerang Selatan)

0 15 90

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, ETIKA PROFESI, PENGALAMAN AUDITOR, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN).

1 6 26

PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS :Studi Empiris Pada Auditor di Kota Bandung.

0 2 56

Pengaruh Profesionalism Auditor dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

1 7 32

Pengaruh Pengalaman Auditor dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung).

0 1 20

Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.

0 1 29

PENGARUH PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI DAN PENGALAMAN TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS (STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK SE- JAWA TENGAH)

0 0 13

Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Medan)

0 0 27

Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Motivasi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Medan)

0 0 12

Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Auditor Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dan Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 12