Kerangka Berfikir LANDASAN TEORI

miskonsepsi adalah C 2 pemahaman. 6 Siswa dengan kategori rendah paling banyak mengalami miskonsepsi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian tersebut dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Selain itu, penelitian tersebut menjadi salah satu dasar bagi peneliti untuk mengembangkan penelitiannya. Persamaan penelitian Iwan dengan penelitian ini adalah, pertama penelitian ini sama-sama menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan bertujuan untuk mengetahui letak miskonsepsi pada suatu konsep. Sedangkan perbedaannya adalah pertama, fokus materi atau konsep yang ditelti. Dalam penelitian Iwan berfokus pada materi optik,listrik dinamis, suhu dan kalor. Sedangkan di penelitian ini fokus materinya adalah bangun ruang prisma segitiga dan tabung. Kedua, subjek yang digunakan oleh peneliti adalah siswa SD, akan tetapi dalam penelelitian Iwan subjek dipilih secara random dari berbagai SMA, sedangkan di penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa dari satu SD saja.

C. Kerangka Berfikir

Belajar merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh hampir setiap orang. Belajar membentuk suatu kapabilitas yang baru. Kapabilitas tersebut dapat berupa pegetahuan, keterampilan maupun sikap dalam diri seseorang melalui proses kognitif. Biasanya kapabilitas baru atau konsep yang sudah diperoleh dipersepsikan sendiri untuk memudahkan pemahaman pada konsep tersebut. Akan tetapi, konsep yang telah dipersepsikan konsepsi dapat mengalami kesalahan. Kesalahan konsep atau salah konsep sering disebut dengan miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan konsepsi yang bertentangan dengan konsepsi para ahli yang sudah diyakini kebenarannya. Miskonsepsi yang muncul akan menyebabkan proses belajar menjadi terhambat, sehingga harus segera ditangani. Miskonsepsi sering muncul karena beberapa faktor, seperti faktor yang berasal dari siswa itu sendiri, misalnya siswa mempunyai konsep awal prakonsepsi. Faktor dari luar siswa misalnya dari buku teks atau sumber yang mereka gunakan salah dan guru atau pengajar yang kurang memahami konsep. Langkah pertama yang harus dilakukan guru atau peneliti adalah dengan mendeteksi miskonsepsi. Sebelum mendeteksi, peneliti akan melihat hasil belajar siswa. Mendeteki miskonsepsi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam penelitian ini peneliti memilih dan menggunakan tes tertulis dengan soal uraian dan wawancara mendalam. Miskonsepsi dapat terlihat ketika siswa sedang mengerjakan soal-soal Matematika dan melakukan kesalahan ketika mengerjakan soal tersebut. Kegiatan wawancara juga dapat mendeteksi miskonsepsi yang dialami oleh siswa melalui jawaban-jawaban yang diungkapkan oleh siswa. Melalui kedua kegiatan tersebut nantinya juga dapat mendeteksi faktor penyebab miskonsepsi. Siswa yang tidak banyak melakukan kesalahan tidak melakukan tes terlutis dan wawancara. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan melakukan penelitian di SDN Jetisharjo dengan harapan peneliti mampu mendeteksi miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V pada pelajaran Matematika materi bangun ruang prisma segitiga dan tabung. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi yang dialami oleh siswa dengan menggunakan tes tertulis dan wawancara. Peneliti melakukan penelitian ini dengan harapan nantinya penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi pembaca terutama dalam dunia pendidikan. Peneliti juga ingin memberikan gambaran tentang masalah miskonsepsi yang sering dialami oleh siswa. Secara umum kerangka berfikir disajikan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Tabel Kerangka Berfikir Belajar Hasil dianalisis triangualasi data Melakukan wawancara mendalam Tidak melakukan wawancara mendalam Tarik Kesimpulan Konsep Konsepsi Tidak Miskonsepsi Mengalami Miskonsepsi Memberikn tes tertulis 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan tipe studi kasus. Penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya Strauss dan Corbin, 2009: 4. Sedangkan menurut Moleong, 2006: 6, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, perilaku, presepsi, atau tindakan yang dilakukan oleh subyek penelitian. Metode kualitaif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif Bogdan dan Taylor, 1975 dalam Ahmadi, Rulam 2014:15. Penelitian deskriptif ialah menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan Arikunto, 2005: 243. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dimana peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana proses siswa kelas V C dalam mengerjakan soal matematika materi bangun ruang prisma segitiga dan tabung. Menurut Arikunto 2005: 237, dalam studi kasus peneliti mecoba untuk mencermati individu atau unit secara mendalam. Studi kasus lebih berkutat pada penemuan semua variabel penting yang melatarbelakangi timbulnya serta perkembangan variabel tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan “why” mengapa individu itu berindak demikian, “what” apaapakah wujud tindakan itu, “how” bagaimana ia bertindak.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESALAHAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KENDAL DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI JARAK PADA BANGUN RUANG

5 161 471

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENERAPAN BANGUN RUANG KELAS IX Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Penerapan Bangun Ruang Kelas Ix Smp Negeri 2 Cepogo.

0 3 14

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENERAPAN BANGUN RUANG KELAS IX SMP NEGERI 2 CEPOGO Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Penerapan Bangun Ruang Kelas Ix Smp Negeri 2 Cepogo.

0 2 15

MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI LINGKARAN Miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal cerita Pada materi lingkaran (studi situs di kelas viii g semester genap mts negeri ngemplak boyolali).

1 5 16

MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI LINGKARAN Miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal cerita Pada materi lingkaran (studi situs di kelas viii g semester genap mts negeri ngemplak boyolali).

0 8 15

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 7 12

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 4 16

PENDAHULUAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 3 7

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD DALAM MATERI BANGUN RUANG.

0 2 37

Identifikasi miskonsepsi pembelajaran matematika materi volume bangun ruang (tabung, balok, kubus) pada siswa kelas V di Sekolah Dasar.

8 74 128