4. Analisis Data Penelitian
Analisis data dalam penelitian dilakukan menggunakan instrumen tes tertulis dan pedoman wawancara. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui
deteksi miskonsepsi pada hasil pekerjaan siswa, sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk menggali lebih dalam miskonsepsi yang dialami oleh siswa
tersebut. Selanjutnya, analisis data digunakan untuk mengetahui jenis miskonsepsi yang dialami oleh siswa dan mengetahui faktor-faktor penyebab
siswa mengalami miskonsepsi. Siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 siswa yang terpilih berdasarkan penentuan subjek yang telah peneliti lakukan
sebelumnya. Berikut adalah pemaparan hasil analisis data terhadap kelima subjek yang terpilih.
a. Analisis Data Subjek N1 1 Jenis Miskonsepsi
a Mengidentifikasi macam-macam bangun ruang
Berikut merupakan hasil tes tertulis subjek N1
Pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun ruang yaitu soal nomor satu, subjek N1 mengalami kesalahan. Letak
kesalahan subjek N1 adalah ketika menjawab bahwa bangun ruang prisma ditunjukkan oleh gambar c, d, dan e. Berdasarkan jawaban
subjek N1, gambar c dan d memang bangun ruang prisma, sedangkan gambar e adalah bangun ruang limas bukan bangun ruang prisma. Dari
jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi. Analisis
data selanjutnya
dilakukan melalui
kegiatan wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperkuat adanya
deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut transkrip wawancara terhadap subjek N1.
P-04 :
“ Soal ini termasuk mudah atau sulit bagimu ?” N1-04
: “ Mudah.”
P-05 :
“ Nah..dari soal-soal ini yang kamu anggap mudah itu yang mana ?
N1-05 :
“ Yang nomor pertama tadi, yang ini menunjuk soal nomor satu.”
P-06 :
“ Oh ini paling mudah ? Oke, kamu yakin dengan jawaban ini ?”
N1-06 :
“ Yakin.” P-07
: “ Nah..dari bangun-bangun di atas mana sajakah yang
termasuk dalam kelompok prisma ? berikan alasanmu Kamu menunjuk yang mana kelompok prisma ?”
N1-07 :
“ C, d, e siswa menunjuk gambar.” P-08
: “ Kamu yakin kalau c, d, e itu prisma ?”
N1-08 :
“ Yakin.” P-09
“ Karena c, d, e memiliki ruang, jadi disebut bangun ruang. Selain itu, alasanmu apa ? menganggap bahwa bangun c, d, e
itu prisma ?” N1-09
: “ Luas alsanya.”
P-10 :
“ Oh ada luas alasnya, lalu ini namanya prisma apa ? menunjuk gambar d.”
P-51 :
“ Oh ini kamu dapet ini dari guru pas nerangin segienam gitu ? tapi sempat ta Bu N bawa alat peraga ke kelas ?”
N1-51 :
“ He’em.” P-52
: “ Naa itu kamu mudeng gak disitu ?”
N1-52 :
“ Iyaa.. kan ada yang bentuknya kayak gini gambar c, kayak gini gambar d, kayak gini gambar e.”
P-53 :
“ Oh yaa.. berarti kamu menganggap bahwa ketiga gambar disitu adalah bener-bener prisma ?”
N1-53 :
“ He’em.” P-54
: “ Jadi kemarin bangun ruang yang Bu N bawa itu
menganggap bahwa itu..” N1-54
: “ Prisma.”
P-55 :
“ Oh tidak ada perbedaan ya ketiga ini ?” N1-55
: “ Enggak..”
P-56 :
“ Sama gitu ya.. prisma ?” N1-56
: “ Iya..”
Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi bangun ruang prisma.
Subjek N1 yakin dengan jawabannya bahwa gambar e termasuk bangun ruang prisma. Jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip wawancara
P-06 sampai N1-08. Gambar e merupakan bangun ruang limas bukan bangun ruang prisma, karena bangun ruang prisma tidak memiliki titik
puncak, yang memiliki titik puncak ialah bangun ruang limas. Pewawancara bertanya lagi mengenai alasan mengapa bangun c,
d, dan e termasuk bangun ruang prisma, jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip wawancara P-09 sampai N1-09. Subjek N1 menjawab
bahwa bangun ruang prisma adalah bangun ruang yang memiliki ruang, selain itu bangun tersebut memiliki luas alas. Bangun ruang prisma
ialah bangun ruang yang mempunyai sisi alas dan tutup sama bentuk dan ukuran serta mempunyai sisi tegak berupa persegi atau persegi
panjang.
Subjek N1 menunjuk gambar e adalah gambar prisma, tentu jawaban tersebut salah. Alasan tersebut diperkuat dengan adanya hasil
wawancara dapat dilihat pada transkrip wawancara P-51 sampai N1-56. Subjek N1 menganggap bahwa gambar c, d, dan e adalah gambar
bangun ruang prisma karena salah satu gurunya pernah membawa contoh bangun ruang tersebut ke kelas dan subjek N1 menganggap
bahwa bangun ketiganya itu tidak memiliki perbedaan, sehingga dapat dimungkinkan bahwa subjek N1 mengalami miskonsepsi.
Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek
N1. Berikut adalah triangulasi data.
Tabel 4.3 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun
ruang Hasil tes tertulis
Hasil wawancara
Subjek N1 menjawab bahwa bangun c, d, e adalah bangun
ruang prisma. Bangun c dan d memang bangun ruang prisma,
akan tetapi letak kesalahan yang muncul pada subjek N1 adalah
ketika
menganggap bahwa
gambar e adalah bangun ruang prisma.
Subjek N1
yakin dengan
jawabannya. Subjek
N1 mengalami
kesalahan dalam
mengidentifikasi macam-macam bangun
ruang. Subjek
N1 menganggap bahwa gambar e
termasuk kelompok
bangun ruang prisma.
Berdasarkan data hasil tes tertulis dan hasil wawancara subjek N1, diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan
yang dialami subjek N1 adalah ketika mengidentifikasi macam-macam
bangun ruang prisma. Hasil tes tertulis subjek N1 mengatakan bahwa gambar e termasuk bangun ruang prisma. Gambar e merupakan gambar
bangun ruang limas. Hasil wawancara menjelaskan bahwa subjek N1 menganggap gambar e termasuk gambar bangun ruang prisma, dengan
alasan gambar tersebut memiliki ruang dan memiliki luas alas. Berdasarkan kedua analisis tersebut terdapat kesamaan yaitu,
sama-sama memiliki kesalahan dalam mengidentifikasi macam-macam bangun ruang. Subjek N1 dalam soal nomor satu ini dapat dikatakan
mengalami miskonsepsi
klasifikasional, karena
salah dalam
mengklasifikasi atau mengelompokkan contoh gambar yang termasuk bangun ruang prisma.
b Mengidentifikasi macam-macam bangun ruang
Berikut cuplikan hasil tes tertulis subjek N1
Pada indikator mengidentifikasi macam-mcam bangun ruang yaitu nomor dua, subjek N1 mengalami kesalahan ketika menyebutkan
nama-nama dari bangun ruang tersebut. Subjek N1 menganggap bahwa
bangun ruang a adalah segitiga, bangun ruang b adalah balok persegi panjang, bangun ruang c adalah tabung prisma, bangun ruang d adalah
segienam prisma, bangun ruang e adalah segitiga prisma, bangun ruang f adalah segienam. Subjek N1 salah dalam menamai bangun ruang
tersebut. Gambar a adalah limas segitiga, gambar b adalah balok, gambar c adalah tabung, gambar d adalah prisma segitiga, gambar e
adalah limas segiempat, gambar f adalah prisma segitiga, sehingga dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi.
Analisis data
selanjutnya dilakukan
berdasarkan hasil
wawancara. Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk memperkuat adanya deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut
transkrip wawancara subjek N1.
P-16 :
“ Yakin bahwa ini gambar c, d, e prisma ?” N1-16
: “ Ya.”
P-17 :
“ Kalau ini gambar e namaya prisma apa ?” N1-17
: “ Segitiga prisma.”
P-18 :
“ Kenapa kamu menganggap bahwa ini segitiga prisma ? menunjuk gambar e.”
N1-18 :
“ Kalau yang ini kan tidak ada garis kayak gininya bu, menunjuk gambar e terus ini juga empat, terus yang ini
cuman tiga menunjuk gambar a kalau yang ini ada garisnya bu menunjuk gambar e.”
P-19 :
“ Oh berarti kamu beranggapan bahwa prisma ada garis di tengah-tengahnya ini ?”
N1-19 :
“ He’em.”
P-20 :
“ Lha kalau ini tidak ada garis tengah menunjuk gambar c dan d, karna ini ada alas dan tutup sama, yang gambar e
ada garis tengah dan bisa dicari luas alasnya gitu. Berarti bertiga gambar c, d, e kamu yakin bahwa bangun tiga ini
c, d, e adalah prisma ?”
N1-20 :
“ Iya yakin bangun prisma.”
P-21 :
“ Oke yang nomor dua, ini namanya apa ? menunjuk gambar a
N1-21 :
“ Segitiga.” P-22
: “ Coba sambil kamu tunjuk ”
N1-22 :
“ a : segitiga, b : balok persegi panjang, c : tabung prisma, d : segienam prisma, e : segitiga prisma, f : segienam.”
P-23 :
“ Apakah kamu..ee selalu yakin dengan jawaban ini ?” N1-23
: “ He’em menganggukkan kepala.”
P-24 :
“ Kenapa gambar a disebut segitiga ?” N1-24
: “ Karena ada bedanya bu, dengan e sama a.”
P-25 :
“ Bedanya apa ?” N1-25
: “ Kalau ini prisma yang ada kayak gininya menunjuk
garis tengah di gambar e, kalau yang a tidak ada terus disini kan cuma segitiga bukanprisma.”
P-26 :
“ Oh.. berarti kamu beranggapan bahwa prisma itu yang bawahnya segiempat ?”
N1-26 “ Enggak.”
P-27 “ Lalu...?”
N1-27 “ Emm.. yang ada garisnya gini menunjuk gambar e.”
P-28 “ Oh ada garisnya ini yaa.. ada garisnya ini namanya
prisma yang punya tinggi gitu yaa.” N1-28
“ He’em.” P-29
“ Kalau ini tidak punya tinggi ? gambar a” N1-29
“ He’em.” P-30
“ Lalu yang kedua balok persegi panjang, kenapa kamu bisa menyebut balok persegi panjang ?”
N1-30 “ Kan kalau balok, tulisanya balok saja kan nanti cuman
balok gitu bu. Ini kan ada panjangnya sini menunjuk sisi balok jadi sebutnya balok persegi panjang.”
P-31 “ Kemudian ini tabung prisma, haa kenapa kamu bisa
menyebutnya tabung prisma ?” N1-31
“ Kan ini termasuk prisma bu.” P-32
“ Kalau yang ini menunjuk gambar d segienam prisma, dengan alasan kenapa kok segienam ?”
N1-32 “ Kalau ini segienam tok gambar f kalau yang ini
segienam prisma gambar d ini juga termasuk prisma gambar c, d, f.”
P-33 “ Oh berarti segienam prisma, karena punya enam sisi ?”
N1-33 “ He’em...senyum.”
P-34 “ Oh.. gitu, oke.. Yakin ya dengan jawaban itu ?”
N1-34 “ He’em.”
Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi bangun ruang prisma.
Subjek N1 menyebutkan nama gambar e adalah segitiga prisma, dengan alasan bahwa prisma segitiga itu mempunyai garis di tengah dan
mempunyai empat sisi segitiga. Jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip wawancara P-17 sampai N-20, belum tentu semua bangun
ruang yang mempunyai garis di tengah itu adalah bangun ruang prisma, bisa jadi bangun ruang limas. Subjek N1 dimungkinkan mengalami
miskonsepsi. Subjek N1 juga beranggapan bahwa gambar a adalah gambar
segitiga, seharusnya gambar tersebut adalah gambar limas segitiga. Gambar b adalah balok persegi panjang, gambar c adalah tabung
prisma, gambar d adalah segienam prisma, gambar e adalah segitiga prisma, gambar f adalah segienam. Jawaban tersebut dapat dilihat pada
transkrip wawancara P-21 sampai N-22. Subjek N1 yakin dengan jawaban tersebut, terdapat pada transkrip wawancara P-23 sampai N-23.
Alasan yang diberikan terkait jawaban gambar a dapat dilihat pada transkrip wawancara P-24 sampai N-29. Subjek N1 beranggapan
bahwa gambar a disebut segitiga karena tidak ada garis ditengah jadi
disebut segitiga, sedangkan gambar e adalah segitiga prisma karena punya garis ditengah.
Alasan yang diberikan terkait gambar b, c, d, e, dan f dapat dilihat pada transkrip wawancara P-30 sampai N-34. Subjek N1
menganggap bahwa balok dengan balok persegi panjang itu berbeda. Balok persegi panjang mempunyai panjang, sedangkan balok hanya
balok saja. Balok ialah bangun ruang yang mempunyai sisi pesegi dan persegi panjang. Dari jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1
mengalami miskonsepsi. Subjek N1 menganggap bahwa gambar d adalah gambar
segienam prisma, dengan alasan mempunyai enam sisi maka disebut dengan segienam prisma. Nama bangun ruang ditentukan oleh alasnya,
misalnya bangun ruang prisma segitiga ialah bangun ruang yang memiliki alas dan tutup berbentuk segitiga, bukan karena banyaknya
sisi. Dari hasil wawancara tersebut, dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi.
Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek
N1. Berikut adalah triangulasi data.
Tabel 4.4 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun
ruang Hasil tes tertulis
Hasil wawancara
Subjek N1
menganggap bahwa bangun ruang a adalah
segitiga, bangun ruang b Subjek N1 yakin dengan
jawabannya. Subjek
N1 mengalami kesalahan dalam
adalah balok persegi panjang, bangun ruang c adalah tabung
prisma, bangun
ruang d
adalah segienam
prisma, bangun
ruang e
adalah segitiga prisma, bangun ruang
f adalah segienam. mengidentifikasi
macam- macam bangun ruang dan
memberi nama pada bangun ruang.
Subjek N1
beranggapan bahwa gambar d adalah
gambar segienam
prisma dengan alasan bangun tersebut mempunyai enam
sisi. Gambar e adalah segitiga prisma karena mempunyai
garis ditengah.
Berdasarkan data hasil tes tertulis dan hasil wawancara subjek N1, diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan
yang dialami subjek N1 adalah ketika mengidentifikasi macam-macam bangun ruang prisma dan memberi nama pada masing-masing bangun
ruang. Terlihat dari hasil tes tertulis dan hasil wawancara terdapat kesamaan jawaban yaitu subjek N1 menganggap bahwa bangun ruang a
atau gambar a adalah segitiga, bangun ruang b adalah balok persegi panjang, bangun ruang c adalah tabung prisma, bangun ruang d adalah
segienam prisma, bangun ruang e adalah segitiga prisma, bangun ruang f adalah segienam.
Subjek N1 dalam soal nomor dua ini dapat dikatakan mengalami miskonsepsi klasifikasional, karena subjek N1 salah dalam
mengklasifikasikan atau memberi nama pada masing-masing bangun ruang.
c Menghitung volume tabung
Berikut cuplikan hasil tes tertulis subjek N1
Pada indikator menghitung volume tabung yaitu soal nomor delapan, subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan subjek N1
adalah ketika menghitung volume tabung. Kesalahan tersebut berawal dari rumus yang subjek N1 pakai untuk menghitung volume tabung.
Subjek N1 menganggap bahwa rumus untuk menghitung volume tabung adalah dengan menghitung diameter sisi alas dan sisi tutup
kemudian hasil itu dijumlahkan, setelah itu baru dikali tinggi tabung. Rumus untuk menghitung volume tabung adalah V = πr²t bukan V = D
x t. Dari jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi.
Analisis data
selanjutnya dilakukan
melalui kegiatan
wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperkuat adanya deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut transkrip
wawancara terhadap subjek N1.
P-63 :
“Okee.. sebentar yang ini kamu mengerjakannya bagaimana ? nomor 8, ini D x t.b itu maksudnya gimana ?”
N1-63 :
“ Ini kan t.b itu kan tinggi tabung.” P-64
: “ Owalah lha yang ini 15 x 2 + 15 x 2 itu apa ?”
N1-64 :
“ Itu kan harus dicari luas alasnya bu, jadi ini kan cuman jari-jari terus ini diameter dijadiin diameter terus ini sama ini
titambah menunjuk alas dan tutup tabung terus kali ini menunjuk tinggi tabung.”
P-65 :
“ Em.. kalau kamu ee rumus untuk volune tabung itu apa ? Apa yang kamu ketahui tentang volume tabung ?”
N1-65 :
“ Luas alas x tinggi.” P-66
: “ Nah alasnya berbentuk apa dia ?”
N1-66 :
“ Lingkaran.” P-67
: “ Nah luas lingkaran itu rumusnya apa ?”
N1-67 :
“ Diameter.” P-68
: “ Diameter lalu kali tinggi gitu ?”
N1-68 :
“ Iya.” P-69
: “ Berarti rumus volume tabung itu ..”
N1-69 :
“ Diameter dikali tinggi.” P-70
: “ Itu kamu yakin dengan itu ? Lha itu kamu dapat dari buku
atau dari Bu N atau dari internet atau dari teman atau dari mana ?”
N1-70 :
“ Dari diri sendiri bu.” P-71
: “ Oh bererti kamu mencerna ini soal nomor 8 lalu kamu
menemukan rumusnya sendiri ?” N1-71
: “ He’ee...sambil ketawa.”
P-72 :
“ Oh berarti luas alasnya cuma diameter gitu ?” N1-72
: “ Iya, jadi diameter ditambah kan tutup sama alasnya lalu
dikali 14 tinggi.”
Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan ketika menghitung volume tabung. Subjek N1
menganggap bahwa untuk menghitung volume tabung dengan
menghitung diameter sisi alas dan sisi tutup kemudian hasil itu dijumlahkan, setelah itu baru dikali tinggi tabung dapat dilihat pada
transkrip wawancara P-63 sampai N1-64. Rumus untuk menghitung volume tabung adalah V = πr²t bukan V = D x t.
Subjek N1 menganggap bahwa luas lingkaran adalah diameter, dapat dilihat pada transkrip wawancara P-65 sampai N1-67, lalu
menganggap bahwa diameter dikali tinggi itu adalah rumus volume tabung, terdapat pada transkrip wawancara P-68 sampai N1-72. Dari
hasil wawancara tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi.
Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek
N1. Berikut adalah triangulasi data.
Tabel 4.5 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator menghitung volume tabung
Hasil tes tertulis Hasil wawancara
Subjek N1 menganggap bahwa rumus
untuk menghitung
volume tabung adalah dengan menghitung diameter sisi alas
dan sisi tutup kemudian hasil itu dijumlahkan, setelah itu baru
dikali tinggi tabung. Subjek N1 menganggap bahwa
luas lingkaran adalah diameter, lalu
menganggap bahwa
diameter dikali tinggi itu adalah rumus volume tabung.
Berdasarkan kedua analisis tersebut terdapat kesamaan yaitu, sama-sama memiliki kesalahan dalam menghitung volume tabung.
Subjek N1 dalam soal nomor delapan ini dapat dikatakan mengalami miskonsepsi korelasional, karena subjek N1 masih salah dalam
menghubungkan konsep satu dengan konsep yang lain untuk memecahkan masalah. Hal ini terlihat ketika subjek N1 salah konsep
mengenai rumus luas lingkaran, yang mana luas lingkaran tersebut akan
digunakan untuk mencari volume tabung setelah dikalikan dengan tinggi tabung.
2 Faktor penyebab miskonsepsi
Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi pada subjek N1 dapat diketahui pada transkrip wawancara berikut.
P-35 :
“ Dari semua yang kamu utarakan tadi, informasi yang kamu dapat itu dari mana ? dari guru, dari buku, dari teman, dari
orang tua atau dari internet gitu ?”
N1-35 :
“ Dari bu N... sama internet bu, kalau dirumah suka mainan HP kalau pas gak adaa....”
P-36 :
“ Ingetnya pas pelajaran gimana ?” N1-36
: “ Bangun datarr..”
P-37 :
“ Terus bu N menerangkan gimana bangun datar ?” N1-37
: “ Perbedaan antara bangun datar prisma dengan bangun
datar gak prisma, selimut itu lho.” P-38
: “ Bangun datar prisma dengan selimut..he’e.., Oh selain itu
berarti dari internet ?” N1-38
: “ He’eh.”
P-39 :
“ Kamu buka internet, kamu belajar sendiri gitu ?” N1-39
: “ He’em”
P-40 :
“ Oh ketika kamu mengerjakan ini kamu keinget pelajaran Bu N sama..?”
N1-40 :
“ Waktu di Internet.” P-41
: “ Tapi lebih banyak yang mana ? yang kamu inget di
pelajaran Bu N atau di internet ?” N1-41
: “ Bu N.. yang internet cuman buat kalau kurang mengerti
gitu dicari di lagi.”
P-42 :
“ Oh lha yang dari guru itu, waktu menerangkan yang seperti apa kok kamu bisa... apakah Bu N tidak pernah
menerangkan kalau ini namanya prisma segtiga gitu ? apa menerangkan segitiga prisma gitu ?”
N1-42 :
“ Enggak..” P-43
: “ Enggak gimana maksudnya ?”
N1-43 :
“ Belum pernah gitu.” P-44
: “ Yang kamu ingat apa dari Bu N pas menerangkan ?”
N1-44 :
“ Misalnya kalau segienam itu ya segienam gitu tidak disebutin prismanya.”
P-69 :
“ Berarti rumus volume tabung itu ..” N1-69
: “ Diameter dikali tinggi.”
P-70 :
“ Itu kamu yakin dengan itu ? Lha itu kamu dapat dari buku atau dari Bu N atau dari internet atau dari teman atau dari
mana ?” N1-70
: “ Dari diri sendiri bu.”
P-73 :
“ Itu rumus dari dirimu sendiri ?” N1-73
: “ Iya..”
P-74 :
“ Tidak dari teman atau internet gitu ? “ N1-74
: “ Enggak.”
P-75 :
“ Kamu sering belajar gak dirumah ?” N1-75
: “ Kalau pas lagi males-malesan gitu bukak buku kalau gak
buka internet gitu aja bu.” P-76
: “ Oh tapi sering latihan soal ?”
N1-76 :
“ Kadang.” P-77
: “ Kalau dari ini kamu cintamu terhadap Matematika
seberapa ? Berapa persen kalau kita total 100 ?” N1-77
: “ 70.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas P-35 sampai N1-44, subjek N1 mendapatkan informasi terkait bangun ruang adalah dari guru dan
internet. Selain itu, transkrip wawancara P-69 sampai N1-74, subjek N1 mendapatkan rumus untuk menghitung volume tabung dari dirinya
sendiri. Subjek N1 cukup menyukai Matematika, akan tetapi subjek N1 tidak sering latihan soal di rumah, subjek N1 seringnya buka internet,
dapat dilihat pada transkrip wawancara P-75 sampai N1-77. Beberapa alasan tersebut dapat berdampak pada subjek N1 untuk mengalami
miskonsepsi.
b. Analisis Data Subjek N2 1