Analisis Data Subjek N1 1 Jenis Miskonsepsi

4. Analisis Data Penelitian

Analisis data dalam penelitian dilakukan menggunakan instrumen tes tertulis dan pedoman wawancara. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui deteksi miskonsepsi pada hasil pekerjaan siswa, sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk menggali lebih dalam miskonsepsi yang dialami oleh siswa tersebut. Selanjutnya, analisis data digunakan untuk mengetahui jenis miskonsepsi yang dialami oleh siswa dan mengetahui faktor-faktor penyebab siswa mengalami miskonsepsi. Siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 siswa yang terpilih berdasarkan penentuan subjek yang telah peneliti lakukan sebelumnya. Berikut adalah pemaparan hasil analisis data terhadap kelima subjek yang terpilih.

a. Analisis Data Subjek N1 1 Jenis Miskonsepsi

a Mengidentifikasi macam-macam bangun ruang Berikut merupakan hasil tes tertulis subjek N1 Pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun ruang yaitu soal nomor satu, subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan subjek N1 adalah ketika menjawab bahwa bangun ruang prisma ditunjukkan oleh gambar c, d, dan e. Berdasarkan jawaban subjek N1, gambar c dan d memang bangun ruang prisma, sedangkan gambar e adalah bangun ruang limas bukan bangun ruang prisma. Dari jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi. Analisis data selanjutnya dilakukan melalui kegiatan wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperkuat adanya deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut transkrip wawancara terhadap subjek N1. P-04 : “ Soal ini termasuk mudah atau sulit bagimu ?” N1-04 : “ Mudah.” P-05 : “ Nah..dari soal-soal ini yang kamu anggap mudah itu yang mana ? N1-05 : “ Yang nomor pertama tadi, yang ini menunjuk soal nomor satu.” P-06 : “ Oh ini paling mudah ? Oke, kamu yakin dengan jawaban ini ?” N1-06 : “ Yakin.” P-07 : “ Nah..dari bangun-bangun di atas mana sajakah yang termasuk dalam kelompok prisma ? berikan alasanmu Kamu menunjuk yang mana kelompok prisma ?” N1-07 : “ C, d, e siswa menunjuk gambar.” P-08 : “ Kamu yakin kalau c, d, e itu prisma ?” N1-08 : “ Yakin.” P-09 “ Karena c, d, e memiliki ruang, jadi disebut bangun ruang. Selain itu, alasanmu apa ? menganggap bahwa bangun c, d, e itu prisma ?” N1-09 : “ Luas alsanya.” P-10 : “ Oh ada luas alasnya, lalu ini namanya prisma apa ? menunjuk gambar d.” P-51 : “ Oh ini kamu dapet ini dari guru pas nerangin segienam gitu ? tapi sempat ta Bu N bawa alat peraga ke kelas ?” N1-51 : “ He’em.” P-52 : “ Naa itu kamu mudeng gak disitu ?” N1-52 : “ Iyaa.. kan ada yang bentuknya kayak gini gambar c, kayak gini gambar d, kayak gini gambar e.” P-53 : “ Oh yaa.. berarti kamu menganggap bahwa ketiga gambar disitu adalah bener-bener prisma ?” N1-53 : “ He’em.” P-54 : “ Jadi kemarin bangun ruang yang Bu N bawa itu menganggap bahwa itu..” N1-54 : “ Prisma.” P-55 : “ Oh tidak ada perbedaan ya ketiga ini ?” N1-55 : “ Enggak..” P-56 : “ Sama gitu ya.. prisma ?” N1-56 : “ Iya..” Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi bangun ruang prisma. Subjek N1 yakin dengan jawabannya bahwa gambar e termasuk bangun ruang prisma. Jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip wawancara P-06 sampai N1-08. Gambar e merupakan bangun ruang limas bukan bangun ruang prisma, karena bangun ruang prisma tidak memiliki titik puncak, yang memiliki titik puncak ialah bangun ruang limas. Pewawancara bertanya lagi mengenai alasan mengapa bangun c, d, dan e termasuk bangun ruang prisma, jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip wawancara P-09 sampai N1-09. Subjek N1 menjawab bahwa bangun ruang prisma adalah bangun ruang yang memiliki ruang, selain itu bangun tersebut memiliki luas alas. Bangun ruang prisma ialah bangun ruang yang mempunyai sisi alas dan tutup sama bentuk dan ukuran serta mempunyai sisi tegak berupa persegi atau persegi panjang. Subjek N1 menunjuk gambar e adalah gambar prisma, tentu jawaban tersebut salah. Alasan tersebut diperkuat dengan adanya hasil wawancara dapat dilihat pada transkrip wawancara P-51 sampai N1-56. Subjek N1 menganggap bahwa gambar c, d, dan e adalah gambar bangun ruang prisma karena salah satu gurunya pernah membawa contoh bangun ruang tersebut ke kelas dan subjek N1 menganggap bahwa bangun ketiganya itu tidak memiliki perbedaan, sehingga dapat dimungkinkan bahwa subjek N1 mengalami miskonsepsi. Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek N1. Berikut adalah triangulasi data. Tabel 4.3 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun ruang Hasil tes tertulis Hasil wawancara Subjek N1 menjawab bahwa bangun c, d, e adalah bangun ruang prisma. Bangun c dan d memang bangun ruang prisma, akan tetapi letak kesalahan yang muncul pada subjek N1 adalah ketika menganggap bahwa gambar e adalah bangun ruang prisma. Subjek N1 yakin dengan jawabannya. Subjek N1 mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi macam-macam bangun ruang. Subjek N1 menganggap bahwa gambar e termasuk kelompok bangun ruang prisma. Berdasarkan data hasil tes tertulis dan hasil wawancara subjek N1, diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan yang dialami subjek N1 adalah ketika mengidentifikasi macam-macam bangun ruang prisma. Hasil tes tertulis subjek N1 mengatakan bahwa gambar e termasuk bangun ruang prisma. Gambar e merupakan gambar bangun ruang limas. Hasil wawancara menjelaskan bahwa subjek N1 menganggap gambar e termasuk gambar bangun ruang prisma, dengan alasan gambar tersebut memiliki ruang dan memiliki luas alas. Berdasarkan kedua analisis tersebut terdapat kesamaan yaitu, sama-sama memiliki kesalahan dalam mengidentifikasi macam-macam bangun ruang. Subjek N1 dalam soal nomor satu ini dapat dikatakan mengalami miskonsepsi klasifikasional, karena salah dalam mengklasifikasi atau mengelompokkan contoh gambar yang termasuk bangun ruang prisma. b Mengidentifikasi macam-macam bangun ruang Berikut cuplikan hasil tes tertulis subjek N1 Pada indikator mengidentifikasi macam-mcam bangun ruang yaitu nomor dua, subjek N1 mengalami kesalahan ketika menyebutkan nama-nama dari bangun ruang tersebut. Subjek N1 menganggap bahwa bangun ruang a adalah segitiga, bangun ruang b adalah balok persegi panjang, bangun ruang c adalah tabung prisma, bangun ruang d adalah segienam prisma, bangun ruang e adalah segitiga prisma, bangun ruang f adalah segienam. Subjek N1 salah dalam menamai bangun ruang tersebut. Gambar a adalah limas segitiga, gambar b adalah balok, gambar c adalah tabung, gambar d adalah prisma segitiga, gambar e adalah limas segiempat, gambar f adalah prisma segitiga, sehingga dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi. Analisis data selanjutnya dilakukan berdasarkan hasil wawancara. Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk memperkuat adanya deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut transkrip wawancara subjek N1. P-16 : “ Yakin bahwa ini gambar c, d, e prisma ?” N1-16 : “ Ya.” P-17 : “ Kalau ini gambar e namaya prisma apa ?” N1-17 : “ Segitiga prisma.” P-18 : “ Kenapa kamu menganggap bahwa ini segitiga prisma ? menunjuk gambar e.” N1-18 : “ Kalau yang ini kan tidak ada garis kayak gininya bu, menunjuk gambar e terus ini juga empat, terus yang ini cuman tiga menunjuk gambar a kalau yang ini ada garisnya bu menunjuk gambar e.” P-19 : “ Oh berarti kamu beranggapan bahwa prisma ada garis di tengah-tengahnya ini ?” N1-19 : “ He’em.” P-20 : “ Lha kalau ini tidak ada garis tengah menunjuk gambar c dan d, karna ini ada alas dan tutup sama, yang gambar e ada garis tengah dan bisa dicari luas alasnya gitu. Berarti bertiga gambar c, d, e kamu yakin bahwa bangun tiga ini c, d, e adalah prisma ?” N1-20 : “ Iya yakin bangun prisma.” P-21 : “ Oke yang nomor dua, ini namanya apa ? menunjuk gambar a N1-21 : “ Segitiga.” P-22 : “ Coba sambil kamu tunjuk ” N1-22 : “ a : segitiga, b : balok persegi panjang, c : tabung prisma, d : segienam prisma, e : segitiga prisma, f : segienam.” P-23 : “ Apakah kamu..ee selalu yakin dengan jawaban ini ?” N1-23 : “ He’em menganggukkan kepala.” P-24 : “ Kenapa gambar a disebut segitiga ?” N1-24 : “ Karena ada bedanya bu, dengan e sama a.” P-25 : “ Bedanya apa ?” N1-25 : “ Kalau ini prisma yang ada kayak gininya menunjuk garis tengah di gambar e, kalau yang a tidak ada terus disini kan cuma segitiga bukanprisma.” P-26 : “ Oh.. berarti kamu beranggapan bahwa prisma itu yang bawahnya segiempat ?” N1-26 “ Enggak.” P-27 “ Lalu...?” N1-27 “ Emm.. yang ada garisnya gini menunjuk gambar e.” P-28 “ Oh ada garisnya ini yaa.. ada garisnya ini namanya prisma yang punya tinggi gitu yaa.” N1-28 “ He’em.” P-29 “ Kalau ini tidak punya tinggi ? gambar a” N1-29 “ He’em.” P-30 “ Lalu yang kedua balok persegi panjang, kenapa kamu bisa menyebut balok persegi panjang ?” N1-30 “ Kan kalau balok, tulisanya balok saja kan nanti cuman balok gitu bu. Ini kan ada panjangnya sini menunjuk sisi balok jadi sebutnya balok persegi panjang.” P-31 “ Kemudian ini tabung prisma, haa kenapa kamu bisa menyebutnya tabung prisma ?” N1-31 “ Kan ini termasuk prisma bu.” P-32 “ Kalau yang ini menunjuk gambar d segienam prisma, dengan alasan kenapa kok segienam ?” N1-32 “ Kalau ini segienam tok gambar f kalau yang ini segienam prisma gambar d ini juga termasuk prisma gambar c, d, f.” P-33 “ Oh berarti segienam prisma, karena punya enam sisi ?” N1-33 “ He’em...senyum.” P-34 “ Oh.. gitu, oke.. Yakin ya dengan jawaban itu ?” N1-34 “ He’em.” Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi bangun ruang prisma. Subjek N1 menyebutkan nama gambar e adalah segitiga prisma, dengan alasan bahwa prisma segitiga itu mempunyai garis di tengah dan mempunyai empat sisi segitiga. Jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip wawancara P-17 sampai N-20, belum tentu semua bangun ruang yang mempunyai garis di tengah itu adalah bangun ruang prisma, bisa jadi bangun ruang limas. Subjek N1 dimungkinkan mengalami miskonsepsi. Subjek N1 juga beranggapan bahwa gambar a adalah gambar segitiga, seharusnya gambar tersebut adalah gambar limas segitiga. Gambar b adalah balok persegi panjang, gambar c adalah tabung prisma, gambar d adalah segienam prisma, gambar e adalah segitiga prisma, gambar f adalah segienam. Jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip wawancara P-21 sampai N-22. Subjek N1 yakin dengan jawaban tersebut, terdapat pada transkrip wawancara P-23 sampai N-23. Alasan yang diberikan terkait jawaban gambar a dapat dilihat pada transkrip wawancara P-24 sampai N-29. Subjek N1 beranggapan bahwa gambar a disebut segitiga karena tidak ada garis ditengah jadi disebut segitiga, sedangkan gambar e adalah segitiga prisma karena punya garis ditengah. Alasan yang diberikan terkait gambar b, c, d, e, dan f dapat dilihat pada transkrip wawancara P-30 sampai N-34. Subjek N1 menganggap bahwa balok dengan balok persegi panjang itu berbeda. Balok persegi panjang mempunyai panjang, sedangkan balok hanya balok saja. Balok ialah bangun ruang yang mempunyai sisi pesegi dan persegi panjang. Dari jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi. Subjek N1 menganggap bahwa gambar d adalah gambar segienam prisma, dengan alasan mempunyai enam sisi maka disebut dengan segienam prisma. Nama bangun ruang ditentukan oleh alasnya, misalnya bangun ruang prisma segitiga ialah bangun ruang yang memiliki alas dan tutup berbentuk segitiga, bukan karena banyaknya sisi. Dari hasil wawancara tersebut, dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi. Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek N1. Berikut adalah triangulasi data. Tabel 4.4 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun ruang Hasil tes tertulis Hasil wawancara Subjek N1 menganggap bahwa bangun ruang a adalah segitiga, bangun ruang b Subjek N1 yakin dengan jawabannya. Subjek N1 mengalami kesalahan dalam adalah balok persegi panjang, bangun ruang c adalah tabung prisma, bangun ruang d adalah segienam prisma, bangun ruang e adalah segitiga prisma, bangun ruang f adalah segienam. mengidentifikasi macam- macam bangun ruang dan memberi nama pada bangun ruang. Subjek N1 beranggapan bahwa gambar d adalah gambar segienam prisma dengan alasan bangun tersebut mempunyai enam sisi. Gambar e adalah segitiga prisma karena mempunyai garis ditengah. Berdasarkan data hasil tes tertulis dan hasil wawancara subjek N1, diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan yang dialami subjek N1 adalah ketika mengidentifikasi macam-macam bangun ruang prisma dan memberi nama pada masing-masing bangun ruang. Terlihat dari hasil tes tertulis dan hasil wawancara terdapat kesamaan jawaban yaitu subjek N1 menganggap bahwa bangun ruang a atau gambar a adalah segitiga, bangun ruang b adalah balok persegi panjang, bangun ruang c adalah tabung prisma, bangun ruang d adalah segienam prisma, bangun ruang e adalah segitiga prisma, bangun ruang f adalah segienam. Subjek N1 dalam soal nomor dua ini dapat dikatakan mengalami miskonsepsi klasifikasional, karena subjek N1 salah dalam mengklasifikasikan atau memberi nama pada masing-masing bangun ruang. c Menghitung volume tabung Berikut cuplikan hasil tes tertulis subjek N1 Pada indikator menghitung volume tabung yaitu soal nomor delapan, subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan subjek N1 adalah ketika menghitung volume tabung. Kesalahan tersebut berawal dari rumus yang subjek N1 pakai untuk menghitung volume tabung. Subjek N1 menganggap bahwa rumus untuk menghitung volume tabung adalah dengan menghitung diameter sisi alas dan sisi tutup kemudian hasil itu dijumlahkan, setelah itu baru dikali tinggi tabung. Rumus untuk menghitung volume tabung adalah V = πr²t bukan V = D x t. Dari jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi. Analisis data selanjutnya dilakukan melalui kegiatan wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperkuat adanya deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut transkrip wawancara terhadap subjek N1. P-63 : “Okee.. sebentar yang ini kamu mengerjakannya bagaimana ? nomor 8, ini D x t.b itu maksudnya gimana ?” N1-63 : “ Ini kan t.b itu kan tinggi tabung.” P-64 : “ Owalah lha yang ini 15 x 2 + 15 x 2 itu apa ?” N1-64 : “ Itu kan harus dicari luas alasnya bu, jadi ini kan cuman jari-jari terus ini diameter dijadiin diameter terus ini sama ini titambah menunjuk alas dan tutup tabung terus kali ini menunjuk tinggi tabung.” P-65 : “ Em.. kalau kamu ee rumus untuk volune tabung itu apa ? Apa yang kamu ketahui tentang volume tabung ?” N1-65 : “ Luas alas x tinggi.” P-66 : “ Nah alasnya berbentuk apa dia ?” N1-66 : “ Lingkaran.” P-67 : “ Nah luas lingkaran itu rumusnya apa ?” N1-67 : “ Diameter.” P-68 : “ Diameter lalu kali tinggi gitu ?” N1-68 : “ Iya.” P-69 : “ Berarti rumus volume tabung itu ..” N1-69 : “ Diameter dikali tinggi.” P-70 : “ Itu kamu yakin dengan itu ? Lha itu kamu dapat dari buku atau dari Bu N atau dari internet atau dari teman atau dari mana ?” N1-70 : “ Dari diri sendiri bu.” P-71 : “ Oh bererti kamu mencerna ini soal nomor 8 lalu kamu menemukan rumusnya sendiri ?” N1-71 : “ He’ee...sambil ketawa.” P-72 : “ Oh berarti luas alasnya cuma diameter gitu ?” N1-72 : “ Iya, jadi diameter ditambah kan tutup sama alasnya lalu dikali 14 tinggi.” Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan ketika menghitung volume tabung. Subjek N1 menganggap bahwa untuk menghitung volume tabung dengan menghitung diameter sisi alas dan sisi tutup kemudian hasil itu dijumlahkan, setelah itu baru dikali tinggi tabung dapat dilihat pada transkrip wawancara P-63 sampai N1-64. Rumus untuk menghitung volume tabung adalah V = πr²t bukan V = D x t. Subjek N1 menganggap bahwa luas lingkaran adalah diameter, dapat dilihat pada transkrip wawancara P-65 sampai N1-67, lalu menganggap bahwa diameter dikali tinggi itu adalah rumus volume tabung, terdapat pada transkrip wawancara P-68 sampai N1-72. Dari hasil wawancara tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi. Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek N1. Berikut adalah triangulasi data. Tabel 4.5 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator menghitung volume tabung Hasil tes tertulis Hasil wawancara Subjek N1 menganggap bahwa rumus untuk menghitung volume tabung adalah dengan menghitung diameter sisi alas dan sisi tutup kemudian hasil itu dijumlahkan, setelah itu baru dikali tinggi tabung. Subjek N1 menganggap bahwa luas lingkaran adalah diameter, lalu menganggap bahwa diameter dikali tinggi itu adalah rumus volume tabung. Berdasarkan kedua analisis tersebut terdapat kesamaan yaitu, sama-sama memiliki kesalahan dalam menghitung volume tabung. Subjek N1 dalam soal nomor delapan ini dapat dikatakan mengalami miskonsepsi korelasional, karena subjek N1 masih salah dalam menghubungkan konsep satu dengan konsep yang lain untuk memecahkan masalah. Hal ini terlihat ketika subjek N1 salah konsep mengenai rumus luas lingkaran, yang mana luas lingkaran tersebut akan digunakan untuk mencari volume tabung setelah dikalikan dengan tinggi tabung. 2 Faktor penyebab miskonsepsi Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi pada subjek N1 dapat diketahui pada transkrip wawancara berikut. P-35 : “ Dari semua yang kamu utarakan tadi, informasi yang kamu dapat itu dari mana ? dari guru, dari buku, dari teman, dari orang tua atau dari internet gitu ?” N1-35 : “ Dari bu N... sama internet bu, kalau dirumah suka mainan HP kalau pas gak adaa....” P-36 : “ Ingetnya pas pelajaran gimana ?” N1-36 : “ Bangun datarr..” P-37 : “ Terus bu N menerangkan gimana bangun datar ?” N1-37 : “ Perbedaan antara bangun datar prisma dengan bangun datar gak prisma, selimut itu lho.” P-38 : “ Bangun datar prisma dengan selimut..he’e.., Oh selain itu berarti dari internet ?” N1-38 : “ He’eh.” P-39 : “ Kamu buka internet, kamu belajar sendiri gitu ?” N1-39 : “ He’em” P-40 : “ Oh ketika kamu mengerjakan ini kamu keinget pelajaran Bu N sama..?” N1-40 : “ Waktu di Internet.” P-41 : “ Tapi lebih banyak yang mana ? yang kamu inget di pelajaran Bu N atau di internet ?” N1-41 : “ Bu N.. yang internet cuman buat kalau kurang mengerti gitu dicari di lagi.” P-42 : “ Oh lha yang dari guru itu, waktu menerangkan yang seperti apa kok kamu bisa... apakah Bu N tidak pernah menerangkan kalau ini namanya prisma segtiga gitu ? apa menerangkan segitiga prisma gitu ?” N1-42 : “ Enggak..” P-43 : “ Enggak gimana maksudnya ?” N1-43 : “ Belum pernah gitu.” P-44 : “ Yang kamu ingat apa dari Bu N pas menerangkan ?” N1-44 : “ Misalnya kalau segienam itu ya segienam gitu tidak disebutin prismanya.” P-69 : “ Berarti rumus volume tabung itu ..” N1-69 : “ Diameter dikali tinggi.” P-70 : “ Itu kamu yakin dengan itu ? Lha itu kamu dapat dari buku atau dari Bu N atau dari internet atau dari teman atau dari mana ?” N1-70 : “ Dari diri sendiri bu.” P-73 : “ Itu rumus dari dirimu sendiri ?” N1-73 : “ Iya..” P-74 : “ Tidak dari teman atau internet gitu ? “ N1-74 : “ Enggak.” P-75 : “ Kamu sering belajar gak dirumah ?” N1-75 : “ Kalau pas lagi males-malesan gitu bukak buku kalau gak buka internet gitu aja bu.” P-76 : “ Oh tapi sering latihan soal ?” N1-76 : “ Kadang.” P-77 : “ Kalau dari ini kamu cintamu terhadap Matematika seberapa ? Berapa persen kalau kita total 100 ?” N1-77 : “ 70.” Berdasarkan hasil wawancara di atas P-35 sampai N1-44, subjek N1 mendapatkan informasi terkait bangun ruang adalah dari guru dan internet. Selain itu, transkrip wawancara P-69 sampai N1-74, subjek N1 mendapatkan rumus untuk menghitung volume tabung dari dirinya sendiri. Subjek N1 cukup menyukai Matematika, akan tetapi subjek N1 tidak sering latihan soal di rumah, subjek N1 seringnya buka internet, dapat dilihat pada transkrip wawancara P-75 sampai N1-77. Beberapa alasan tersebut dapat berdampak pada subjek N1 untuk mengalami miskonsepsi.

b. Analisis Data Subjek N2 1

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESALAHAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KENDAL DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI JARAK PADA BANGUN RUANG

5 161 471

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENERAPAN BANGUN RUANG KELAS IX Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Penerapan Bangun Ruang Kelas Ix Smp Negeri 2 Cepogo.

0 3 14

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENERAPAN BANGUN RUANG KELAS IX SMP NEGERI 2 CEPOGO Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Penerapan Bangun Ruang Kelas Ix Smp Negeri 2 Cepogo.

0 2 15

MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI LINGKARAN Miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal cerita Pada materi lingkaran (studi situs di kelas viii g semester genap mts negeri ngemplak boyolali).

1 5 16

MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI LINGKARAN Miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal cerita Pada materi lingkaran (studi situs di kelas viii g semester genap mts negeri ngemplak boyolali).

0 8 15

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 7 12

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BANGUN RUANG POKOK BAHASAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 4 16

PENDAHULUAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Ruang Pokok Bahasan Prisma Dan Limas.

0 3 7

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD DALAM MATERI BANGUN RUANG.

0 2 37

Identifikasi miskonsepsi pembelajaran matematika materi volume bangun ruang (tabung, balok, kubus) pada siswa kelas V di Sekolah Dasar.

8 74 128