SUMBER BELAJAR PROSES PEMBELAJARAN

b. Evaluasi Siswa menyimak penegasan

materi yang disampaikan guru dan mengevaluasi proses pembelajaran bersama-Nya, ia menjadi sedih. Bagaimana dengan kita, maukah kita meneladani sikap dan semangat St.Fransiskus yang sangat mencintai Tuhan Yesus?. Kita tinggalkan kesenangan kesenangan yang menyesatkan kita kesenangan-kesenangan yang menjadikan kita malas belajar, tidak taat pada guru dan orang tua. Maukah kita meninggalkan kesenangan-kesenangan kita demi keberhasilan dalam belajar sebagai bentuk pertobatan kita? Guru menegaskan kembali materi yang telah disampaikan agar siswa mengingatnya. 1.bagaimana perasaanmu dalam mengikuti proses pembelajaran ini? 2.bagaimana pendapatmu mengenai sikap St.Fransiskus terhadap orang yang sakit kusta? 3. bagaimana sikap orang kaya setelah mendengar jawaban Yesus? Guru menegaskan siswa untuk menyiapkan artikel untuk minggu depan yang sesuai dengan materi pelajaran yang berkaitan dengan 3.1 3.2 3.1 5

c. Doa penutup salah satu siswa menutup

dengan doa penutup secara spontan. nilai karakter pengampunan Guru meminta salah satu siswa menutup dengan doa penutup secara spontan. 2

L. PENILAIAN

1. Tes tertulis 1. Bagaimana pendapatmu mengenai sikap St.Fransiskus terhadap orang kusta? 2. bandingkanlah sikap pemuda dalam injil Lukas 18: 18-27 dengan sikap Fransiskus dalam cerita tersebut? 3. bagaimana sikap orang kaya setelah mendengar jawaban Yesus? 4. kebiasaan apa yang dilakukan Abe dalam ceritera artikel tersebut? 5. Bagaimana sikapmu terhadap harta milik yang kamu miliki sekarang? 2. Nontes a. Hasil kerja pribadi Daftar berbagai hambatan manusia dalam melakukan pertobatan, salah satu sikap yang dianggap paling menghambat , dan cara mengatasi. b. Hasil kerja kelompok Menginventarisasi Buah-buah dari pertobatan yang ada. c. Unjuk Karya pribadi Mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada orang tua, teman, Guru atau siapapun sebagai wujud konkrit pertobatan LAMPIRAN 1. Doa Pembukaan Allah Bapa yang maha kasih, Pandanglah kami anak-anak-Mu, yang menyatukan hati untuk mengangkat pujian,dan juga ucapan syukur atas penyertaan-Mu dalam keseluruhan hidup kami. Bukalah hati dan pikiran kami, agar mampu menangkap misteri karya keselamatan-Mu ,berkati kami pula agar mampu menerima pelajaran dengan baik sehingga kami mampu menghayati semangat pertobatan St.Fransiskus Asisi yang menjadikan Tuhan adalah segala-galanya. Engkaulah Tuhan dan Juru Selamat kami, yang bertahta dan berkuasa dalam Kerajaan-Mu, kini dan sepanjang masa. Amin.

2. Kutipan Kitab Suci Luk 18: 18-27

18:18 Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? 18:19 Jawab Yesus: Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. 18:20 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu. 18:21 Kata orang itu: Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku. 18:22 Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku. 18:23 Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya. 18:24 Lalu Yesus memandang dia dan berkata: Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. 18:25 Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. 18:26 Dan mereka yang mendengar itu berkata: Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? 18:27 Kata Yesus: Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.

3. Ilustrasi “ MENYIMPAN SEBUAH CATATAN”

Abraham Lincoln nama panggilan “Abe” berjalan cepat-cepat menuju kantornya di Springfield. Ditengah terpaan musim dingin, terlihat dari jendela bangunan batu yang sudah tua teman-temannya berdiri dadalam. Ia masuk kedalam dan menutup pintu seraya menyapa teman- temannya, “Halo”Abe menyapa setiap orang yang ditemuinya di kantor dengan hangat. Ia tersenyum dan menjabat tangan teman-temannya. Saat Abe membuka topi hitam tingginya, “byaaaarrr”setumpuk kertas terhambur di sekitarnya. Haaa…haaaa….teman-temannya tertawa sambil berkata, kau selalu membawa-bawa sesuatu ke kantormu di topi tinggimu,ya?? Gurau salah satu temannya. Abe tersenyum lebar, haaaa…..haaa….sambil mengumpulkan kembali kertas-kertas yang berserakan dilantai. “ sebenarnya begini kawan….. jawab Abe. Aku sudah biasa memanfaatkan tempat didalam topiku yang tinggi ini sejak aku menjadi tukang pos di New Salem dulu. Hal ini kulakukan untuk melindungi atau menjaga surat-surat itu terlindung dari cuaca buruk diperjalanan. Ketika Abe sedang membicarakan tukar menukar ceritera dan pengalaman pribadinya sambil tertawa-tawa, percakapan mereka dihentikan oleh sebuah suara yang keras dan berat ketukan pintu. “Tok…tok…tok…tokkk..adakah di sini yang bernama Abrham Lincoln?” Tanya seorang pria yang berperawakan besar tegap yang berdiri diambang pintu. Smbil menegakkan badan di tempat duduknya, Abe segera memperkenalkan dirinya, “Ya, pak…saya Abraham Lincoln. Ada yang bisa saya bantu……??? Kata Abe. Saya petugas dari jawatan Amerika serikat,” kata orang itu.” Saya datang untuk meminta kelebihan bayaran yang anda terima menjadi tukang pos di New Salem”. Wajah Abe tampak terperangah. Kantor Post New Salem tetap tutup beberapa tahun lalu, dan selama ini Abe telah bekerja sebagai pengacara di Springfield”. Melihat kejadian itu teman- temannya menawarkan jasa baik kepada Abe, “sudahlah… Abe kalau kau perlu uang kmi semua bisa bantu kok ” Abe tidak mengucapkan kata apa-apa. Dan sebagai tukang pos, ia selalu menyimpan uang itu dan kuitansinya ditempat tertentu. Abe bangkit dari balik mejanya dan minta pamit untuk meninggalkan ruangan sebentar. Ia kembali kerumahnya untuk mengambil kotak kayu kecil yang tersimpan di lemarinya, dan juga mengambil kaos kaki biru kusam yang berisi uang sisanya saat menjadi tukang pos di New salem. Petugas pos yang dating tersebut mengamati dengan seksama uang yang dituangkan di atas meja kantornya. Abe mulai menghitung uang yang di simpannya tadi. Meskipun kantor pos telah ditutup selama bertahun-tahun. Abe tahu bahwa uang yang diterimanya dari situ bukanlah miliknya. Ia tidak mau menggunakan untuk kepentingan sendiri pribadinya. Dalam hatinya Abe bergumam, “aku tidak pernah menggunakan uang siapapun, kecuali uangku sendiri”, Abe berdiri dan menyerahkan uang itu kepada petugas pos tadi. Sekali lagi ia memperlihatkan “karakter baik” yang telah melekat dalam hidupnya. Banyak orang akan tergoda untuk menggunakan uang itu, khususnya karena uang itu berada di tangannya dalam waktu yang begitu lama.

4. Ceritera Kisah Tiga Sahabat

“FRANSISKUS BERJUMPA ORANG KUSTA” Pada suatu hari Fransiskus sedang khusuk berdoa kepada Tuhan. Ia mendapat jawaban ini” Hai Fransiskus, apa yang secara manusiawi kau cintai dan ingin kau miliki, mesti kau pandang rendah dan kau benci, jika engkau ingin mengenal kehendak-Ku. Kalau engkau mulai berbuat demikian, maka apa yang dahulu enak dan manis rasanya akan menjadi tidak terpikul dan pahit. Dari apa yang dulu kau jijikkan akan kau tarik kemanisan besar dan kenikmatan yang tak terukir. Karena Fransiskus merasa gembira dan dikuatkan oleh Tuhan. Dalam suasana hati itu ia naik kuda di dekat Asisi dan berpapasan dengan seorang penyakit “kusta”. Biasanya Fransiskus merasa jijik sekali terhadap orang kusta, tetapi kali ini ia memaksa dirinya turun dari kuda dan menawarkan mata uang kepada si sakit sambil mencium tangannya. Setelah mendapat pelukan damai dari si sakit, Fransiskus kembali naik kuda dan meneruskan perjalanannya. Sejak saat itu ia semakin memandang dirinya rendah, sampai berkat kasih karunia Allah, ia sepenuh-pnuhnya menyerahkan dirinya. Selang beberapa hari, dengan membawa banyak uang, Fransiskus pergi ke tempat penampungan orang-orang penyakit kusta. Ia mengumpulkan mereka semua dan memberikan sedekah kepada masing-masing sambil mencium orang sakit itu. Ketika meninggalkan tempat itu, apa yang dulu dirasanya pahit, yaitu menjamah orang sakit kusta, berubah menjadi manis. Fransiskus sendiri pernah berkata, bahwa dulu melihat orang kusta begitu memualkan dirinya, sehingga tidak hanya enggan melihat mereka, tetapi juga enggan mendekati tempat tinggal mereka. Kalau kebetulan melewati dan melihat mereka, ia selalu memalingkan kepala dan menutup hidung dengan tangannya, meskipun hatinya tergerak oleh kasihan, sehingga mereka sedekah dengan perantaraan orang lain. Berkat kasih karunia Allah ia menjadi begitu akrab dan bersahabat dengan orang kusta, sehingga tinggal bersama dan dengan rendah hati melayani mereka.