Pembuatan Seri Larutan Baku Alopurinol

coefficient test, dimana dapat dijelaskan bahwa koefisien korelasi memiliki hubungan terhadap banyaknya jumlah determinasi n yang dilakukan. Nilai r yang diperoleh pada kurva baku replikasi I, II, dan III kemudian dimasukkan dalam program Powerfit dan diperoleh nilai r sebesar 0,998. Berdasarkan data yang diperoleh, koefisien korelasi r 0,811 dari r tabel V. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini memiliki linearitas yang baik. b. Sensitivitas Batas deteksi LOD merupakan konsentrasi analit terkecil dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. LOD dapat ditentukan dari persamaan regresi linear kurva baku. Pada metode spektrofotometri UV, perhitungan LOD dilakukan terhadap seri larutan kurva baku tablet obat. Semakin kecil nilai LOD maka dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan memiliki sensitivitas yang baik. Polynomial Degree is: 1 , based on 18 data points 1 to 18 POLYNOMIAL is: Fx = 0.04479 + 0.05246 x higher degree is no significant improvement: F1,15,95.0 = 4.542 F_obs = 0.197 Coefficients, Standard Deviations and 95.0 Confidence Limits are: Coefficient Std.Dev. Min.Limit Max.Limit a0 4.47873E-002 7.62142E-003 2.86298E-002 6.09448E-002 a1 5.24619E-002 7.91724E-004 5.07834E-002 5.41404E-002 Variance Y, S2 = 1.316337302E-004 Covariance matrix of Coefficients: 5.80860E-005 -5.64145E-006 -5.64145E-006 6.26827E-007 Correlation Coefficient: 0.99818 x value at y = 0: -0.854 Std.Dev.: 0.157 Range: -1.2E+000 x0 -5.2E-001 Berdasarkan data diatas didapatkan persamaan kurva baku yang digunakan adalah y = 0,052x – 0,045, dengan nilai koefisien korelasi r 0,998 dan nilai Sa = 7,62.10 -3 . Sensitivitas juga ditentukan dari nilai slope yang menunjukkan respon dari alat. Nilai slope dapat ditunjukkan dari nilai b pada persamaan kurva baku yang diperoleh yaitu sebesar 0,052. Dari perhitungan menggunakan rumus LOD maka didapatkan nilai LOD sebesar 0,48 gmL. Untuk mengetahui apakah metode analisis spektrofotometri UV sudah tepat digunakan dalam penetapan kadar alopurinol pada jamu asam urat, maka dilakukan perhitungan berdasarkan perlakuan sampel berikut. Sejumlah 77 mg setara dengan 25 mg zat aktif tablet alopurinol dilarutkan dalam 25 mL NaOH 0,1 N dan disaring. Larutan hasil penyaringan diambil 1,0 mL lalu diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL Labu A. Selanjutnya diambil 1,0 mL dari Labu A dan diencerkan dengan NaOH ke dalam labu ukur 10 mL hingga batas tanda. Nilai LOQ alopurinol yang harus dicapai = 0,52 gmg; LOD = 0,48 gmL LOQ = LOD x faktor pengenceran = 0,48  = 15,58 gmg Nilai LOQ yang diperoleh 15.58 gmg menunjukkan bahwa metode analisis spektrofotometri UV tidak dapat digunakan dalam penetapan kadar alopurinol dalam jamu karena batas kuantifikasi LOQ alopurinol yang harus dicapai 0,52 gmg.Apabila dalam 1 tablet obat memiliki kadar sebanyak 100mg, maka dalam setiap 300 mg sampel,batas kuantifikasi LOQ alopurinol dalam tablet yang harus dicapai adalah sebesar 0,33 mgmg = 330 gmg, sehingga metode spektrofotometri UV lebih tepat digunakan untuk penetapan kadar alopurinol dalam sampel tablet obat nilai LOQ yang diperoleh jauh lebih kecil dari batas yang ditentukan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya dilakukan analisis penetapan kadar alopurinol dalam jamu asam urat dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik.

B. Pengembangan Metode Analisis Alopurinol dalam Jamu secara KCKT

Prinsip yang akan digunakan hampir sama dengan metode analisis alopurinol dalam tablet, yaitu dengan melarutkan sampel jamu dengan larutan NaOH 0,1 N. Namun pada metode ini dilakukan ekstraksi dengan kloroform dan diperoleh koekstraktan matriks. Adanya matriks dapat mengganggu analit sehingga perlu dilakukan clean up yang dilakukan oleh Soenarso 2014. Untuk menetapkan alopurinol dalam jamu yang telah di clean up digunakan metode analisis KCKT. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi pada sistem KCKT.

1. Optimasi Sistem KCKT

a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Alopurinol

Penentuan panjang gelombang maksimum  maks larutan baku alopurinol bertujuan untuk mendapatkan hasil analisis dengan sensitivitas tertinggi. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan mengamati panjang gelombang pada rentang 200-400 nm dan menggunakan lima level konsentrasi, yaitu 5,0; 7,5; 10,0; 12,5; dan 15,0  gmL. Panjang gelombang maksimum merupakan karakteristik fisiko kimiawi suatu senyawa, oleh karena itu panjang gelombang maksimum tidak berubah meskipun konsentrasi berbeda. Panjang gelombang maksimum yang didapatkan akan digunakan sebagai panjang gelombang pengamatan pada penelitian ini.Berikut adalah tabel panjang gelombang maksimum alopurinol hasil pengukuran. Tabel VI. Panjang gelombang maksimum alopurinol hasil pengukuran Konsentrasi gmL  maks terukur Rata-rata  maks terukur 5,0 272,9 273,7 ≈ 274 nm 7,5 273,9 10,0 273,7 12,5 274,0 15,0 273,8 Menurut Clarks 2005  maks teoritis alopurinol sebesar 257 nm dalam NaOH 0,1 N namun dalam penelitian ini diperoleh rata-rata  maks terukur sebesar 274 nmdalam pelarut amonium hidroksida 5 dalam metanol Tabel VI. Perbedaan  maks tersebut dapat disebabkan adanya perbedaan pelarut yang dipengaruhi oleh kepolaran pelarut sehingga mempengaruhi  maks karena kepolaran molekul berubah jika suatu elektron bergerak dari satu orbital ke orbital lainnya.Pengaruh pelarut biasanya mencapai hingga 20 nm Pecsok, 1968. Menurut perhitungan polaritas, NaOH 0,1 N memiliki indeks polaritas sebesar 10,2 sedangkan amonium hidroksida sebesar 5,4 Lampiran 8. Dalam pelarut polar NaOH 0,1 N transisi  suatu molekul memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan pelarut yang kurang polar amonium hidroksida 5 dalam metanol.Untuk selanjutnya digunakan panjang gelombang maksimum 274 nm.

b. Penentuan Fase Gerak

Pemisahan senyawa analit alopurinol menggunakan sistem KCKT fase terbalik, dimana fase gerak yang digunakan lebih polar dibandingkan dengan fase diamnya. Fase diam yang digunakan yaitu oktadesilsilan C 18 dan fase gerak