29
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah. Dibedakan dengan pajak pemerintah propinsi dan pemerintah daerah tingkat II.
Pajak pemerintah daerah tingkat I: -
Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air -
Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air -
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor -
Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan
Pajak daerah tingkat II: -
Pajak hotel dan restoran -
Pajak hiburan -
Pajak reklame -
Pajak penerangan jalan -
Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C -
Pajak parker
2.2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak
Dalam sistem perpajakan dikenal Self Assesment System, Official Assesment System, dan Withholding Tax System.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
1. Self Assesment System Self Assesment System adalah suatu sistem perpajakan yang
memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal
ini dikenal dengan: -
Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak -
Menghitung danmemperhitungkan sendiri jumlah pajak yang terutang
- Menyetor pajak tersebut ke Bank Presepsikantor pos
- Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktorat Jendral Pajak
- Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian
SPT dengan baik dan benar. Siti Kurnia Rahayu:2010 Tata cara pemungutan dengan Self Assesment System berhasil
dengan baik jika masyarakat pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, di mana cirri-ciri Self Assesment System adalah adanya
kepastian hukum, sederhana penghitungannya, mudah pelaksanaanya, lebih adil dan merata, dan penghitungan pajak dilakukan oleh Wajib
Pajak. Rimsky K. Judisseno dalam Siti Kurnia Rahayu 2010
mengatakan bahwa Self Assesment System diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya masyarakat harus benar- benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakannya. 2. Withhodling Tax System
Sistem pajak ini menekankan kepada pemberian kepercayaan pada pihak ketiga di luar fiskus dan penerima penghasilan untuk
memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang diberikan oleh pihak ketiga dengan suatu presentase tertentu dari jumlah pembayaran
atau transaksi yang dilakukannya dengan penerima penghasilan. Jumlah pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga tersebut
kemudian dibayarkan kepada negara melalui penyetoran pajak seperti aktivitas yang dilakukan di Self Assesment System dalam jangka waktu
tertentu yang telah ditetapkan undang-undang. Nantinya jumlah yang disetorkan ke kas negara itu akan dapat diperhitungkan kembali oleh
Wajib Pajak yang penghasilannya dipotong atau dipungut dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan yang diberikan oleh
pihak ketiga saat transaksi penerimaan penghasilan. Manfaat Withholding Tax System :
- Dapat meningkatkan kepatuhan secara sukarela karena pembayar
pajak secara tidak langsung telah membayar pajaknya -
Pengumpulan pajak secara otomatis bagi pemerintah, tanpa mengeluarkan biaya
- Merupakan penerapan prinsip convenience of tax system
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
- Meningkatkan penerimaan pajak optimalisasi perluasan obyek
pajak. Tetapi disisi lain biaya yang dikeluarkan Wajib Pajak maupun
pemungut atau pemotong meningkat, karena kewajiban tersebut tentunya akan menyebabkan pengaruh pembengkakan biaya
pemenuhan kewajiban perpajakan. Siti Kurnia Rahayu, 106:2010 3. Official Tax System
Merupakan sistem perpajakan dalam mana inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus. Dalam sistem
ini fiskuslah yang aktif sejak dari mencari Wajib Pajak untuk diberikan NPWP sampai pada penetapan jumlah pajak yang terutang
melampaui penerbitan SKP. Sistem ini cenderung berakhir pada masa berlakunya ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925 dan Ordonansi
Pajak Pendapatan 1944. Dalam sistem official assessment besarnya kewajiban pajak Wajib Pajak ditentukan sepenuhnya oleh fiskus
selaku pemungut pajak. Dalam UU KUP 2000 juga dikenal beberapa macam SKP yakni SKPKB, SKPKBT, SKPLB, dan SKPN. Wajib
Pajak yang menerima SKP-SKP tersebut adalah Wajib Pajak yang telah melalui proses pemeriksaan. Siti Kurnia Rahayu:2010
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
2.2.2 Kinerja