KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara).

(1)

KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN

KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

MARIO ZEFANYA KUMENTAS

0913010120

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)

Disusun Oleh : Mario Zefanya Kumentas

0913010120/FE/AK

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh

Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

pada tanggal 31 Mei 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr. Gideon Setyobudi W, M.Si Drs. Ec. Eko Riadi, M.Aks Sekretaris

Dr. Gideon Setyobudi W, M.Si Anggota

Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM. NIP. 196 309 241 989 031 001


(3)

KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :

MARIO ZEFANYA KUMENTAS 0913010120

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan hormat padaTuhan Yesus Kristus Allah yang kami sembah dan kami tinggikan. Allah yang telah memberikan hikmat dan Kasih Karunia-Nya bagi kita umat yang percaya kepada-Nya. Seiring dengan berjalannya waktu yang ditempuh dalam proses penelitian dimana penuh dengan rintangan dan kesulitan, Puji Tuhan berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kinerja Account Representative Dalam Menentukan Kualitas Pemeriksaan Pajak” (Studi Kasus Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara). Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN ” Veteran” Jawa Timur.

Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terjadi tanpa kehendak Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat serta kasih-Nya dalam perjalanan hidup penulis dan peran serta orang - orang yang telah tulus meluangkan waktu dan pikiran dalam proses penyusunannya, karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

3. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Gideon Setyo Budi W, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak-banyak membantu memberikan bimbingan, saran, kritikan, doa, dan semangat bagi penulis serta waktu, tenaga, pikiran yang sudah diluangkan bagi penulis. Terimakasih, kiranya Tuhan Memberkati dan selalu memberikan kesehatan bagi bapak dan keluarga.

5. Kedua orang tua penulis yang tercinta Bapak Garfield Dennis Kumentas dan Ibu Rosmedina Panggabean serta adik tercinta Monika Abigail Kumentas yang selalu memberikan semangat, motivasi, kasih dan doa yang tiada hentinya. Sehingga memberikan keyakinan serta kepercayaan diri dalam menjalani tanggung jawab penulis sebagai Mahasiswa.

6. Keluarga besar penulis, oom dan tante Peter Wiliantono dan (Almarhummah) Marcia Verida Kumentas sekeluarga, oom dan tante Hanni Jacquart dan Murriel Kumentas sekeluarga, oom dan tante Marcel Kumentas dan Indra Kumentas sekeluarga, tante Silvena Kumentas, oom Rufus Narcicus Kumentas, dan keluarga besar lainnya yang sangat-sangat berpengaruh bagi penulis sehingga penulis bisa mendapatkan pendidikan yang layak hingga saat ini. Kiranya Tuhan terus melimpahkan berkat dan Kasih Karunia-nya bagi oom dan tante sekeluarga.


(6)

7. Sahabat-sahabat perkuliahan penulis, (Ajeng, Octaria, Siti, Anggun, Mario, Amarus, Defry, Bagus, Rio, Rizky, Dedy, Riza, Andika, Gofur, Soleh) dan masi banyak lagi yang belum bisa penulis sebutkan.

8. Bapak Mirza, selaku Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I KPP Pratama Sidoarjo Utara yang telah banyak membantu dan rela meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberikan segala informasi yang dibutuhkan oleh penulis berkaitan dengan judul skripsi ini.

9. Bapak Wahyu, selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Sidoarjo Utara yang telah memberikan bimbingan dan banyak pemahaman mengenai perpajakan bagi penulis serta rela memberikan informasi yang dibutuhkan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.Karyawan KPP Pratama Sidoarjo Utara Jawa Timur yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh segala informasi yang penulis butuhkan.

11.Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh perkuliahan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu dalam perkuliahan dan penulisan skripsi ini.


(7)

Semoga Tuhan Yesus Kristus melimpahkan berkat-Nya serta memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, Amin.

Surabaya, 20 Mei 2013


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. ix

ABSTRAK ………. x

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 14

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 14

1.4 Manfaat Penelitian ……… 14

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ……… 16

2.2 Landasan Teori ………. 23

2.2.1 Dasar-dasar Perpajakan ………... 23

2.2.1.2 Pengertian Pajak ……….. 23

2.2.1.3 Fungsi Pajak ……….... 24

2.2.1.4 Jenis Pajak ………... 26

2.2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ……… 29


(9)

2.2.3 Kinerja Account Representative ………... 34

2.2.3.1 Tugas dan Tanggung Jawab Account Representative ……… 36

2.2.3.2 Syarat Profesionalisme Account Representative ……… 38

2.2.4 Kualitas Pemeriksaan Pajak ………. 39

2.2.5 Indikator Kualitas Pemeriksaan Pajak ……….. 43

2.2.5.1 Tahapan Pemeriksaan Pajak ………. 43

2.2.5.1.1 Persiapan Pemeriksaan Pajak …… 43

2.2.5.1.2 Pelaksanaan Pemeriksaan ………. 44

2.2.5.1.3 Laporan Hasil Pemeriksaan …….. 44

2.2.5.2 Jangka Waktu Penyelesaian Pemeriksaan Pajak ……… 47

2.2.6 Hubungan Kinerja Account Representative Terhadap Kualitas Pemeriksaan Pajak ………. 48

BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian ……….. 49

3.2 Ketertarikan Peneliti ……….. 51

3.3 Ruang Lingkup Penelitian ………. 51

3.4 Jenis dan Sumber Data ……….. 51

3.5 Penentuan Informan ……….. 54

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……… 54


(10)

3.8 Pengujian Kredibilitas ………... 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Mekanisme Kerja Account Representative

Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 67 4.1.1 Frekuensi Wajib Pajak Dalam Melaksanakan

Konsultasi Dengan Account Representative

di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 68 4.1.2 Arah Pelayanan Account Representative

di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 70 4.1.3 Pengawasan Account Representative

Atas SPT yang Dilaporkan Wajib Pajak

di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 72 4.1.4 Frekuensi Pengawasan, Bimbingan, dan Konsultasi

Teknis Mengenai Perpajakan Kepada Wajib Pajak

di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 74 4.1.5 Account Representative Bertanggung Jawab

Untuk Menginformasikan Semua Perubahan

Peraturan Perpajakan ……… 76 4.1.6 Pembuatan Konsep Usulan WP/PKP Fiktif dan

WP Patuh yang Dilakukan Account Representative


(11)

4.1.7 Tindakan Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara Dalam Menanggapi Pelanggaran

yang Dilakukan Oleh Wajib Pajak ……… 81 4.1.8 Waktu Operasional Account Representative

di KPP Pratama Sidoarjo Utara ……… 82 4.2 Keterkaitan Kinerja Account Representative Terhadap

Kualitas Pemeriksaan ……… 84 4.3 Pembahasan ………... 87 4.4 Keterbatasan Penelitian ………. 90 BAB V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan ……… 91 5.2 Saran ……….. 93


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel I Daftar Wajib Pajak Terdaftar dan Melapor ………. 3

Tabel II Statistik Wajib Pajak Berdasarkan

Account Representative (AR) ……….. 10


(13)

KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)

Oleh:

Mario Zefanya Kumentas

ABSTRAK

Modernisasi sistem perpajakan dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima kepada masyarakat. Struktur organisasi diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi. Implementasi konsep administrasi perpajakan yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan. Terdapat posisi baru yang disebut Account Representative,yang mempunyai tugas antara lain memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak, memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan mengawasi kepatuhan wajib pajak. Account Representative diharapkan dapat membantu peningkatan penerimaan pajak yaitu dengan pembuatan profil Wajib Pajak yang nantinya akan digunakan sebagai dasar acuan dalam tahapan awal pelaksanaan pemeriksaan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak di KPP Pratama Sidoarjo Utara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif. Pengumpulan data dilakukan secara wawancara, observasi langsung, dan analisa dokumen. Analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan mekanisme kerja Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara telah melaksanakannya dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara yang didapat dari para informan di KPP Pratama Sidoarjo Utara. Disisi lain kurangnya jumlah Account Representative pada KPP Pratama Sidoarjo Utara mengakibatkan pembengkakan jumlah Wajib Pajak yang harus menjadi tanggung jawab setiap satu orang Account Representative. Hal tersebut menimbulkan kendala dalam pembuatan profil Wajib Pajak yang membutuhkan waktu cukup lama dan bertambahnya biaya operasional yang dibutuhkan.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang begitu penting untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan Nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Penerimaan pajak juga mempunyai peranan yang sangat dominan dalam pos penerimaan dalam negeri. Pajak adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada negara berdasarkan kemampuan (daya pikulnya) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan, dan pembayar pajak tidak menerima imbalan atau kontribusi yang dihubungkan secara langsung dengan pajak yang telah dibayarnya (Diaz Priantara, 2:2009). Dalam hal ini masyarakat mempunyai peranan penting untuk ikut serta dalam menjalankan fungsi pemerintahan salah satu caranya yaitu dengan membayar pajak. Peranan aparat pemungut pajak (fiskus) menjadi ujung tombak di dalam mencapai target penerimaan pajak, berbagai aspek harus diperhatikan oleh pemerintahan diantara penyuluhan, pelayanan, pemeriksaan, sistem perpajakan, dan kebijakan perpajakan. Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan


(15)

oleh masyarakat bersama-sama oleh pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Akan tetapi penerimaan pajak belum dirasakan optimal, sehingga sejak tahun 1984 dilakukan reformasi perpajakan dengan pembaharuan yang paling mendasar adalah perubahan system pemungutan pajak dari yang semula official assessment system menjadi self assessment system. (Soni Sunardi:2010)

Menurut DJP (2006) dalam Soni Sunardi (2010) dengan self assasment system yang dianut dalam perpajakan Indonesia sekarang ini, masyarakat terhadap tingkat kepatuhan pajak yang rendah, menuntut direktorat jendral pajak (DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak.

Esensi dari sistem self assasment adalah bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terhutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakannya. Selama ini upaya penegakan hukum belum berjalan efektif, hal ini terlihat dari masih rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak, masih banyaknya subyek pajak potensial yang belum mau berpartisipasi menjadi Wajib Pajak, dan beberapa objek pajak yang belum dilaporkan atau belum dihitung secara benar oleh masyarakat atau Wajib Pajak, maupun banyaknya hutang pajak


(16)

yang belum dibayar. Pengawasan kepatuhan Wajib Pajak dimulai dari penelitian atas SPT yang disampaikan Wajib Pajak ke KPP sedangkan penegakan hukum dilakukan dengan pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pajak. (Diaz Priantara:2009)

Tabel 1: DATA WAJIB PAJAK TERDAFTAR DAN MELAPOR

TAHUN WAJIB PAJAK

TERDAFTAR

WAJIB PAJAK YANG MELAPOR

2010 66.076 31.073

2011 77.233 26.909

2012 85.248 37.635

Sumber : KPP Pratama Sidoarjo Utara

Data menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia masih rendah karena jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Sidoarjo Utara pada tahun 2010 sebanyak 66.076 Wajib Pajak, tahun 2011 sebanyak 77.233 Wajib Pajak, dan tahun 2012 sebanyak 85.248 Wajib Pajak. Sedangkan Wajib Pajak yang melaporkan pajak terutangnya tahun 2011 pada tahun 2012 sebanyak 35.131 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 2.504 Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak yang melaporkan pajak terutangnya tahun 2010 pada tahun 2011 sebanyak 24.557 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 2.352 Wajib Pajak Badan, dan Wajib Pajak yang melaporkan pajak terutangnya tahun 2009 pada tahun 2010 sebanyak 29.020 Wajib Pajak Orang Pribadi dan 2.053 Wajib Pajak Badan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan pajak PPh yang harus


(17)

disetorkan menurut Wajib Pajak dan PPh yang harus disetorkan menurut hasil perhitungan pihak fiskus. Pada KPP Sidoarjo Utara untuk tahun 2010 hasil pemeriksaan berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang dikeluarkan pemeriksa yaitu sebanyak 470 buah, tahun 2011 sebanyak 770 buah, dan tahun 2012 sebanyak 463 buah (Sumber: Aplikasi Laporan Pemeriksaan Pajak). Hal ini dapat menunjukkan bahwa masih banyak Wajib Pajak yang kurang patuh dalam membayar dan melaporkan pajaknya secara jujur.

Perubahan sistem administrasi pajak dalam hal pengelolaan sangat penting dan konstruktif untuk memenuhi tuntuntan berbagai pihak sebagai pemangku kepentingan terhadap pajak. Modernisasi perpajakan yang dilakukan merupakan bagian dari reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap 3 bidang pokok yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan yaitu bidang administrasi, bidang peraturan, dan berkesinambungan. Melalui modernisasi administrasi perpajakan, diharapkan terbangun pilar-pilar pengelolaan pajak yang kokoh sebagai fundamental penerimaan negara yang baik dan berkesinambungan. Modernisasi sistem perpajakan dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima kepada masyarakat. Good governance, merupakan penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang di tempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus


(18)

pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Selain itu untuk mencapai tingkat kepatuhan pajak yang tinggi, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas karyawan yang tinggi. Pengelolaan pajak mengalami perubahan besar yang terus dikembangkan kearah modernisasi. Dengan demikian optimalisasi penerimaan pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

Modernisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah tentunya tidaklah hanya untuk mencapai target penerimaan pajak semata, juga penting dilakukan untuk menuju adanya perubahan paradigma perpajakan. Di mana ketentuan, prosedur, dan aktivitas perpajakan juga terus diarahakan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi business friendly bagi masyarakat. Hal ini dapat mengakibatkan masyarakat dapat memandang pajak menjadi suatu kewajiban partisipatif warga dan tidak dianggap sebagai beban kuantitatif. Modernisasi administrasi perpajakan dalam lingkup restrukturisasi organisasi dengan cara penyesuaian struktur organisasi DJP merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis. Struktur organisasi juga harus diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi. Implementasi konsep administrasi perpajakan yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, adalah struktur organisasi DJP perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level


(19)

kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

Dalam memudahkan Wajib Pajak, ke tiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Struktur berbasis fungsi diterapkan pada KPP dengan sistem administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko. Untuk vertikal DJP dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar (LTO-Large Taxpayers Office), KPP Madya (MTO-Medium Taxpayers Office), dan KPP Pratama (STO-Small Taxpayers Office). Pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan pendekatan terhadap wajib pajak pun dapat disesuaikan dengan karakteristik Wajib Pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

Khusus di kantor operasional, terdapat posisi baru yang disebut Account Representative (AR), yang mempunyai tugas antara lain memberikan bantuan konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak,


(20)

memberitahukan peraturan perpajakan yang baru, dan mengawasi kepatuhan wajib pajak. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

Account Representative sebagai gugus depan organisasi Direktorat Jendral Pajak (DJP) khususnya KPP modern. Account Representative merupakan pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan Organisasi Modern. Account Representative singkatnya mengemban tugas intensifikasi perpajakan melalui pemberian bimbingan/himbauan, konsultasi, analisis, dan pengawasan terhadap wajib pajak. Account Representative bukan merupakan jabatan structural dalam struktur organisasi Departemen Keungan dan dalam melaksanakan tugasnya ia bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang menjadi atasannya. (Diaz Priantara:2009)

Di dalam pelaksanaan tugasnya, Account Representative dikelompokan berdasarkan jenis usaha Wajib Pajak misalnya pertambangan, perbankan, perkebunan, dan otomotif. Menurut John Hutagaol seharusnya terdapat Account Representative sebanyak 30 orang pada KPP Wajib Pajak Besar Satu dan sebanyak 35 orang pada KPP Wajib Pajak Besar Dua. Umumnya, Account Representative berpendidikan sarjana strata satu dan ada juga yang telah berpendidikan sarjana strata dua. Berdasarkan lingkup penelitian pada KPP Pratama Sidoarjo Utara hanya terdapat 16 orang yang bekerja sebagai Account Representative.


(21)

Menurut Raden Suparman (2008) dalam Soni Sunardi (2010), profesionalisme pegawai Dirjen Pajak masih perlu banyak ditingkatkan. Hasil survei dari pihak ketiga yang antara lain dilakukan oleh Hay Group Consultant terhadap pendapat Wajib Pajak menunjukkan Dirjen Pajak mempunyai kelemahan pada SDM, sosialisasi ketentuan, dan distorsi pada pemeriksaan pajak. Kelemahan ini diperkuat dengan banyaknya surat-surat masuk yang memerlukan penegasan lebih lanjut. Salah satu yang menjadi penyebab kelemahan sumber daya manusia adalah target penerimaan yang merupakan satu pressure tersendiri sehingga mendorong tenaga-tenaga terampil diarahkan ke hal-hal yang bersifat teknis. Akibatnya, fungsi lain yang tidak kalah penting seperti penyuluhan, pemrosesan data, perencanaan pegawai dan penyusunan konsep aturan mengalami banyak kekurangan baik dari sisi jumlah maupun kapasitas sumber daya manusianya.

Menurut Waras (2010) dalam Soni Sunardi (2010), kualitas AR (Account Representative) juga dapat menjadi pennghambat/kendala kinerja Account Representative. Dilihat dari aspek pendidikan, kemampuan dan mutu setiap Account Representative berbeda, pendidikan, kemampuan dan mutu Account Representative yang rendah dapat memperlambat pelayanan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Aspek lainnya yaitu seperti banyaknya wajib pajak yang ditangani setiap Account Representative, misalnya KPP Pratama Subang yang merupakan daerah atau kabupaten, salah satu Account Representative harus menangani wajib


(22)

pajak di daerah yang luas dan berbagai kecamatan sehingga satu Account Representative dapat memiliki ratusan wajib pajak dengan tingkat pengetahuan wajib pajak yang masih rendah tentang perpajakan, itu juga dapat memperhambat kinerja Account Representative. Dari ratusan atau beribu wajib pajak, Account Representative harus mengetahui atau memahami profil wajib pajak secara detail.

KPP Pratama Sidoarjo Utara memiliki jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 85.248 Wajib Pajak dengan bidang pekerjaan dan usaha yang berbeda-beda. Dengan sekian banyaknya jumlah Wajib Pajak, kinerja AR di KPP Pratama Sidoarjo Utara mengalami banyak hambatan untuk menangani Wajib Pajak karena seharusnya menurut John Hutagaol dalam bukunya “Perpajakan Isu-isu Kontemporer” (2007), setiap satu orang AR harus menangani 3 (tiga) hingga 5 (lima) Wajib Pajak besar tertentu dan sekaligus mengawasi kepatuhan Wajib Pajak tersebut di dalam melaksanakan pemenuhan kewajibannya di bidang perpajakan. Sedangkan dalam KPP Pratama Sidoarjo Utara saat ini menunjukan bahwa tiap satu orang AR justru menangani Wajib Pajak puluhan hingga lebih, hal tersebut ditunjukan melalui statistik Waijb Pajak berdasarkan Account Representative sebagai berikut :


(23)

Tabel 2: Statistik Wajib Pajak Berdasarkan Account Representative (AR)

No Nama AR

WP

Bendaharawan WP Badan WP Orang Pribadi Total

D NE E D NE E D NE E D NE E

1 AR 1 21 0 21 570 4 566 6414 10 6404 7005 14 6991 2 AR 2 5 0 5 428 2 426 2741 8 2733 3174 10 3164 3 AR 3 12 0 12 779 6 773 6884 12 6872 7675 18 7657 4 AR 4 32 0 32 359 11 348 3358 14 3344 3749 25 3724 5 AR 5 17 0 17 232 1 231 2068 2 2066 2317 3 2314 6 AR 6 23 0 23 442 7 435 6314 9 6305 6779 16 6763 7 AR 7 34 0 34 398 3 395 4621 1 4620 5053 4 5049 8 AR 8 15 0 15 320 1 319 2968 4 2964 3303 5 3298 9 AR 9 36 0 36 273 1 272 5601 2 5599 5910 3 5907 10 AR 10 64 0 64 308 4 304 1731 1 1730 2103 5 2098 11 AR 11 19 0 19 355 10 345 2767 3 2764 3141 13 3128 12 AR 12 9 0 9 495 1 494 5539 2 5537 6043 3 6040 13 AR 13 16 0 16 286 1 2865 4005 3 4002 4307 4 4303 14 AR 14 21 0 21 337 3 334 3814 3 3811 4172 6 4166 15 AR 15 22 0 22 501 22 479 4963 23 4940 5486 45 5441 16 AR 16 23 0 23 593 8 585 6495 12 6483 7111 20 7091 Sumber : KPP Pratama Sidoarjo Utara

Dengan melihat tabel statistik diatas, dapat disimpulkan kinerja Account Representative menjadi kurang maksimal. Menurut data diatas rata-rata wajib pajak yang ditangani setiap Account Representative sebesar 4820,75 Wajib Pajak. Kewajiban Account Representative yang harus memahami profil setiap Wajib Pajaknya secara detail dan harus terus meng up-date profil Wajib Pajaknya masih belum terlaksana dengan baik seperti adanya profil Wajib Pajak yang belum di up-date oleh Account Representative dikarenakan satu orang Account Representative harus menangani puluhan Wajib Pajak hingga lebih. (KPP:2013)


(24)

Salah satu bentuk tugas dan tanggung jawab seorang Account Representative yaitu melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak dan membuat Company Profile (Profil) Wajib Pajak. (John Hutagaol:2007)

Menurut Andre Satya Dananjaya (2009) dalam Soni Sunardi (2010), dalam sistem modernisasi sekarang ini pembuatan profil adalah hal yang baru dan harus dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Modern, dimana dengan adanya Account Representative (AR) pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi setiap Kantor Pelayanan Pajak dituntut untuk lebih dekat, lebih mengenal dan lebih tahu akan kondisi Wajib Pajak-nya. Sehingga kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan penerimaan pajak dalam hal ini instensifikasi dapat berjalan dengan baik, apalagi nantinya akan di dukung sepenuhnya oleh kegiatan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak, dimana akhirnya nanti kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak dapat meningkat secara signifikan dengan kesadaran penuh dari Wajib Pajak sendiri. Bahwa pajak-pajak yang mereka bayarkan itu, nantinya akan kembali mereka rasakan meski tidak secara langsung dengan terus berlangsungnya pembangunan-pembangunan dan perbaikan-perbaikan sarana infrastruktur di seluruh Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, disebutkan bahwa profil Wajib Pajak adalah syarat wajib dari penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), bila tidak ada profil maka suatu penugasan pemeriksaan tidak dapat diterbitkan surat perintah pemeriksaannya kecuali terhadap pemeriksaan atas SPT lebih


(25)

Bayar Restitusi dan pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi atas permintaan KPP domisili, selain hal tersebut Profil digunakan sebagai dasar untuk membuat analisis risiko terkait dengan usulan pemeriksaan khusus dan setelah ada penugasan/instruksi pemeriksaan, pemeriksa harus meminjam dan memanfaatkan Profil Wajib Pajak dan hasil analisis risiko yang telah dilakukan Account Representative. Berdasarkan uraian tersebut dapat di ketahui bahwa dengan berlangsungnya sistem modernisasi dalam tubuh Direktorat Jendral Pajak yang merupakan salah satu wujud nyata reformasi birokrasi, pelayanan prima mutlak di perlukan dalam hal peningkatan penerimaan negara melaluli pajak. Dan dengan berlakunya Account Representative sebagai salah satu wujud pelayanan prima kepada Wajib Pajak, diharapkan dapat membantu peningkatan penerimaan pajak melalui keigatan intensifikasi Wajib Pajak yaitu dengan pembuatan profil Wajib Pajak yang nantinya akan digunakan sebagai dasar acuan dalam tahapan awal pelaksanaan pemeriksaan pajak. Sehingga proses pemeriksaan yang dilaksanakan nantinya dapat berjalan lebih fokus dan memiliki kualitas dan keakuratan hasil yang sangat baik.

Pemeriksaan pajak merupakan instrumen untuk menentukan kepatuhan, baik formal maupun material, yang tujuan utamanya adalah untuk menguji dan dan meningkatkan tax compliance seorang Wajib Pajak. Idealnya setiap wajib pajak secara bergiliran dapat sekali diperiksa pada setiap putaran waktu. Pemeriksaan merupakan interaksi antara Pemeriksa dengan Wajib Pajak. Untuk itu, dibutuhkan sikap positif Wajib


(26)

Pajak sehingga pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan lebih efektif. (Diaz Priantara:2009)

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga dari hasil pemeriksaan akan diketahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak, bagi wajib pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa masa selanjutnya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul “KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA”


(27)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Seberapa besar pengaruh kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini diantaranya:

A. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang perpajakan dan dengan adanya penelitian diharapkan juga untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak.

B. Manfaat Bagi Akademisi

Diharapkan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan pembanding bagi peneliti lain yang ingin membahas masalah ini kepada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada umunya dan Fakultas Ekonomi khususnya.


(28)

C. Manfaat Praktis

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara

Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja guna menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki kinerja Account Representative sehingga dapat berjalan dengan baik.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara.


(29)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Sebelum penulisan skripsi ini dilakukan telah ada penelitian yang serupa menyangkut Account Representative. Pada bagian ini dibahas hal – hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.

1. Esther Yohannah (2012) Judul Penelitian :

Tinjauan Atas Sosialisasi Peraturan Perpajakan dan Kinerja account Representative Dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus KPP Pratama Jakarta Pademangan).

Rumusan Masalah :

- Bagaimanakah cara – cara pelaksanaan sosialisasi peraturan perpajakan di KPP Pratama Jakarta Pademangan ?

- Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan pajak di KPP Pratama Jakarta Pademangan ?

- Apa peran Account representative dalam meningkatkan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, baik Wajib Pajak perorangan maupun Wajib Pajak badan ?


(30)

Kesimpulan :

- KPP Pademangan sudah menggunakan berbagai media untuk menyosialisasikan mengenai peraturan dan kegiatan perpajakan seperti kegiatan Sensus pajak Nasional. Media – media tersebut antara lain flyers (poster dan brosur), leaflet dan booklet, billboard, dan standing banner.

- Cara – cara sosialisasi juga sudah baik dilihat dari pemberdayaan AR baik di seksi waskon maupun di help desk untuk memberikan konsultasi dan menjawab pertanyaan WP. Disamping itu ketersediaan call center, serta kegiatan penyuluhan pajak dan website pajak bisa dijadikan sumber informasi mengenai pertauran terbaru.

- Kinerja AR di KPP Pademangan bisa dikatakan baik. Terlihat dari pelaksanaan pekerjaan, sikap dalam menangani WP (kode etik), dan update akan peraturan terbaru. Wajib Pajak sendiri merasakan bahwa pelayanan yang diberikan AR baik dan ramah. WP bisa menjadi lebih terbuka mengenai kewajiban perpajakannya dan merasa terbantu dengan keberadaan AR.

- Secara keseluruhan kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pademangan dalam hal pelaporan SPT masih rendah terlihat dari jumlah SPT yang masuk dimana sebenarnya terdapat 45000an Wajib Pajak efektif akan tetapi hanya sepuluh sampai lima belas ribu jumlah SPT Tahunan yang masuk. Disamping kepatuhan Wajib Pajak yang


(31)

rendah, masih ada juga kendala internal seperti masalah yang muncul dari pengumpulan SPT melalui media drop box. Contoh kendala lainnya dalam sosialisasi pajak adalah line telepon call center yang sulit dihubungi.

- Sebenarnya KPP Pratama Jakarta Pademangan sudah menyediakan berbagai media dan cara untuk menyosialisasikan peraturan pajak, akan tetapi kesadaran dan rasa ingin tahu Wajib Pajak tentang peraturan terbaru masih rendah. Hal ini terlihat dari sikap acuh tak acuh terhadap media – media sosialisasi yang sudah disediakan. 2. Soni Sunardi Gumilar (2010)

Judul Penelitian :

Analisis Kinerja Account Representative Pengaruhnya terhadap Kualitas Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Yang Berada Di Wilayah Kota Bandung.

Rumusan Masalah :

- Bagaimana kinerja Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak yang berada di wilayah Kota Bandung ?

- Bagaimana kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak yang berada di wilayah Kota Bandung ?

- Seberapa besar pengaruh kinerja Account Representative terhadap kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak yang berada di wilayah Kota Bandung ?


(32)

Kesimpulan :

- Kinerja Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung sudah baik. Tetapi untuk beberapa hal seperti tanggung jawab yang cukup yang dimiliki Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung didukung dengan pelaksanaan tugas yang sudah baik serta pelaksanaan kode etik yang sangat baik. Hanya saja masih ada beberapa hal yang masih belum dilaksanakan dengan baik oleh Account Representative, diantaranya tanggungjawab cukup baik dalam penginformasian peraturan yang baru AR hanya melakukan bimbingan namun tidak menginformasikan peraturan perpajakan kepada WP. Kemudian untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan masih seringkali AR bertanya balik kepada WP dan apabila ada tanda-tanda yang tidak sesuai dengan kenyataan AR hanya menganalisa SPT tidak mengusulkan pemeriksaan atau penyidikan. Hal-hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa kualitas dan pendidikan seorang AR masih rendah, dan bias terjadi adanya kecurangan yang dilakukan oleh WP dalam rangka pemeriksaan pajak dalam bentuk maipulasi pendapatan.


(33)

- Kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung sudah baik. Hal ini didukung oleh tahapan-tahapan pemeriksaaan pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung sudah dilakukan dengan baik dengan jangka waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pajak sangat singkat. Hanya saja kegiatan yang telah dilakukan selama pelaksanaan pemeriksaan pajak baru sebatas memeriksa ditempat wajib pajak, melakukan penilaian atas system pengendalian intern, memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan. Dan dalam tahapan pelaksanaan pemeriksaan juga masih ada responden yang melakukannya kadang-kadang. Hal-hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa petugas pemeriksa belum optimal dalam peningkatan kualitas pemeriksaan.

- Kinerja Account Representative berpengaruh signifikan terhadap kualitas pemeriksaan pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung. Kinerja Account Representative mampu memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung sebesar 68,0 persen. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 32,0% dipengaruhi variabel lain di luar variabel kinerja Account Representative, seperti kualitas pegawai pajak lainnya dan peraturan-peraturan yang berlaku di kantor tersebut serta sarana prasarana yang memadai. Arah hubungan positif menunjukkan


(34)

bahwa semakin baik kinerja Account Representative diduga akan meningkatkan kualitas pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung. Sebaliknya, semakin tidak baik kinerja Account Representative diduga akan menurunkan kualitas pemeriksaan pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Kota Bandung.

3. Nanda Muammarsyah (2011) Judul Penelitian :

Pengaruh Peran Account Representative, Pemahaman Prosedur Perpajakan Wajib Pajak, Dan Kualitas Pelayanan Tempat Pelayanan Terpadu Di Kantor Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya (Studi Kasus Pada Delapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Jakarta Selatan)

Rumusan Masalah :

- Apakah peran Account Representative, pemahaman proseudr perpajakan para Wajib Pajak, kualitas pelayanan petugas tempat pelayanan terpadu, berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simulltan terhadap kepatuhan para Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajak pada delapan KPP Pratama di Jakarta Selatan ?


(35)

Kesimpulan :

- Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen yaitu Peran AR (X1), Pemahaman Prosedur Perpajakan WP (X2), dan Kualitas Pelayanan TPT (X3) terhadap variabel dependen yaitu Kepatuhan WP (Y).

- Secara Parsial, dua variabel independen yaitu Pemahaman Prosedur Perpajakan WP (X2) dan Kualitas Pelayanan TPT (X3) masing – masing berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Kepatuhan WP (Y). Sedangkan variabel independen Peran AR (X1) secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Kepatuhan WP (Y).

- Adjusted R2 menunjukkan bahwa 38,2% dari kepatuhan WP dipengaruhi dari variabel independen yaitu peran AR, pemahaman prosedur perpajakan WP, dan kualitas pelayanan TPT. Sedangkan 61,8% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui dalam analisa regresi ini.


(36)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Dasar-dasar Perpajakan 2.2.1.1Pengertian Pajak

Beberapa pengertian atau definisi tentang pajak yang diberikan para ahli di bidang keuangan negara untuk menjadi bahan perbandingan antara lain adalah sebagai berikut:

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam (Mardiasmo, 1:2009):

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum negara.”

Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. P.J.A Andriani dalam (Siti Kurnia Rahayu, 22:2010):

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Menurut Diaz Priantara dalam bukunya “KUPAS TUNTAS Pengawasan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak” (2:2009):


(37)

“Pajak adalah iuran partisipasi seluruh anggota masyarakat kepada negara berdasarkan kemapuan masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan, dan pembayar pajak tidak menerima imbalan atau kontribusi yang dapat dihubungkan secara langsung dengan pajak yang telah dibayarnya.”

Berbagai definisi tersebut pada dasarnya memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga mudah dipahami.

2.2.1.2Fungsi Pajak

Pengertian fungsi dalam fungsi pajak pengertian fungsi sebagai kegunaan suatu hal. Maka fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Dengan pajak sebagai salah satu pos penerimaan negara diharapkan banyak pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan negara.

Umumnya dikenal dengan dua macam fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Budgetair

Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang-undang perpajakan yang


(38)

berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukan uang dari sektor swasta (rakyat) kedalam kas negara atau anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi ini lah pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan melakukan upaya pemungutan pajak dari penduduknya.

Disebut sebagai fungsi utama karena fungsi inilah yang secara historis pertama kali muncul. Pajak digunakan sebagai alat penghimpun dana dari masyarakat tanpa ada kontraprestasi secara langsung dari zaman sebelum masehi sudah dilakukan. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

2. Fungsi Regulerend

Fungsi regelurend disebut juga sebagai fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi budgetair. Di samping usaha untuk memasukan uang untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta.

Fungsi regulerend juga disebut sebagai fungsi tambahan, karena fungsi regulerend ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair. (Siti Kurnia Rahayu:2010)


(39)

2.2.1.3Jenis Pajak

Terdapat perbedaan atau penggolongan serta jenis-jenis pajak. Pembedaan atau penggolongan tersebut didasarkan pada suatu kriteria, yaitu:

- Siapa yang membayar pajak

- Siapa yang pada akhirnya memikul beban pajak

- Apakah beban pajak dapat dilimpahkan/dialihkan kepada pihak lain - Siapa yang memungut pajak

- Sifat-sifat yang melekat pada pajak yang bersangkutan - Pajak dikenakan atas apa

1. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang apabila beban pajak yang dipikul seseorang atau badan (tax burden) tidak dapat dilimpahkan (no tax shifting) kepada pihak lain. Pihak yang ditunjuk oleh Undang-Undang pajak untuk memikul beban pajak sudah jelas yaitu seseorang atau badan yang memiliki sesuatu, bukan pada sesuatunya, tetapi kepada seseorang atau badannya. Destinataris-nya adalah seseorang atau badan.

Rochmat Soemitro dalam Siti Kurnia Rahayu (2010) mengemukakan berdasarkan pada tata usaha negara (administrasi) pajak langsung diartikan sebagai pajak yang dikenakan berdasar atas


(40)

surat ketetapan (kohir) dan pengenaannya dilakukan secara berkala pada tiap tahun dan waktu tertentu.

Contohnya: Pajak Penghasilan.

Pajak tidak langsung adalah beban pajak yang dipikul seseorang (tax burden) dapat dilimpahkan (tax shifting) baik seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain. Tax incidence dari pelimpahan adalah bahwa pajak pada akhirnya dibebankan seluruhnya pada konsumen akhir.

Merupakan pajak yang pemungutannya tidak dilakukan berdasar atas kohir dan pengenaanya tidak dilakukan secara berkala, misalnya dikaitkan dengan suatu kegiatan tertentu yang menyertainya.

Contohnya: Pajak Penjualan dan Pertambahan Nilai. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

2. Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif

Pajak Subyektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan subyek yang dikenakan pajak, dan besarnya sangat dipengaruhi keadaan subyek pajak. Member perhatian pada keadaan pribadi Wajib Pajak. Untuk menetapkan pajaknya maka diberi alas an obyektif yang berhubungan erat dengan keadaan materiilnya. Seperti status kawin, tidak kawin, dan kawin dengan tanggungan. Hal tersebut menjadikannya sebagai beban yang harus dipikul (dragkracht) sebagai


(41)

pengurangan dari penghasilan. Contohnya: Pajak Penghasilan. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

Pajak Obyektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan obyek pajak, sehingga besarnya jumlah pajak hanya tergantung kepada keadaan obyek itu, dan sama sekali tidak menghiraukan serta tidak dipengaruhi oleh keadaan subyek pajak. Memperhatikan obyek bukan benda, yang dapat berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Baru kemudian ditentukan subyeknya yang mempunyai hukum tertentu dengan obyek itulah yang ditunjukan sebagai subyek pembayar pajak.

Pajak obyektif ini dalam literatur disebut juga pajak yang bersifat kebendaan atau zakelijk. (Rochmat Soemitro dalam Siti Kurnia Rahayu, 52:2010)

Contoh: Bea Masuk, Cukai, Pajak Pertambahan Nilai, Bea Materai.

3. Pajak Pusat dan Pajak Daerah

Pembedaan ini diadasarkan pada kriteria lembaga atau instansi yang memungut pajak.

Pajak Pusat adalah pajak yang di administrasikan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Keuangan, yakni Direktorat Jendral Pajak. Misalnya Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Materai.


(42)

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Dibedakan dengan pajak pemerintah propinsi dan pemerintah daerah tingkat II.

Pajak pemerintah daerah tingkat I:

- Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air

- Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air - Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

- Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

Pajak daerah tingkat II:

- Pajak hotel dan restoran - Pajak hiburan

- Pajak reklame

- Pajak penerangan jalan

- Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C - Pajak parker

2.2.1.4Sistem Pemungutan Pajak

Dalam sistem perpajakan dikenal Self Assesment System, Official Assesment System, dan Withholding Tax System.


(43)

1. Self Assesment System

Self Assesment System adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal ini dikenal dengan:

- Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak

- Menghitung dan/memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang terutang

- Menyetor pajak tersebut ke Bank Presepsi/kantor pos

- Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktorat Jendral Pajak - Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian

SPT dengan baik dan benar. (Siti Kurnia Rahayu:2010)

Tata cara pemungutan dengan Self Assesment System berhasil dengan baik jika masyarakat pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, di mana cirri-ciri Self Assesment System adalah adanya kepastian hukum, sederhana penghitungannya, mudah pelaksanaanya, lebih adil dan merata, dan penghitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak.

Rimsky K. Judisseno dalam Siti Kurnia Rahayu (2010) mengatakan bahwa Self Assesment System diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam


(44)

menyetorkan pajaknya. Konsekuensinya masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakannya.

2. Withhodling Tax System

Sistem pajak ini menekankan kepada pemberian kepercayaan pada pihak ketiga di luar fiskus dan penerima penghasilan untuk memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang diberikan oleh pihak ketiga dengan suatu presentase tertentu dari jumlah pembayaran atau transaksi yang dilakukannya dengan penerima penghasilan. Jumlah pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga tersebut kemudian dibayarkan kepada negara melalui penyetoran pajak seperti aktivitas yang dilakukan di Self Assesment System dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan undang-undang. Nantinya jumlah yang disetorkan ke kas negara itu akan dapat diperhitungkan kembali oleh Wajib Pajak yang penghasilannya dipotong atau dipungut dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan yang diberikan oleh pihak ketiga saat transaksi penerimaan penghasilan. Manfaat Withholding Tax System :

- Dapat meningkatkan kepatuhan secara sukarela karena pembayar pajak secara tidak langsung telah membayar pajaknya

- Pengumpulan pajak secara otomatis bagi pemerintah, tanpa mengeluarkan biaya


(45)

- Meningkatkan penerimaan pajak (optimalisasi perluasan obyek pajak).

Tetapi disisi lain biaya yang dikeluarkan Wajib Pajak maupun pemungut atau pemotong meningkat, karena kewajiban tersebut tentunya akan menyebabkan pengaruh pembengkakan biaya pemenuhan kewajiban perpajakan. (Siti Kurnia Rahayu, 106:2010)

3. Official Tax System

Merupakan sistem perpajakan dalam mana inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus. Dalam sistem ini fiskuslah yang aktif sejak dari mencari Wajib Pajak untuk diberikan NPWP sampai pada penetapan jumlah pajak yang terutang melampaui penerbitan SKP. Sistem ini cenderung berakhir pada masa berlakunya ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925 dan Ordonansi Pajak Pendapatan 1944. Dalam sistem official assessment besarnya kewajiban pajak Wajib Pajak ditentukan sepenuhnya oleh fiskus selaku pemungut pajak. Dalam UU KUP 2000 juga dikenal beberapa macam SKP yakni SKPKB, SKPKBT, SKPLB, dan SKPN. Wajib Pajak yang menerima SKP-SKP tersebut adalah Wajib Pajak yang telah melalui proses pemeriksaan. (Siti Kurnia Rahayu:2010)


(46)

2.2.2 Kinerja

Salah satu ciri khas dari KPP modern adalah adanya Account Representative (AR) yang melaksanakan tugas-tugas pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban oleh Wajib Pajak dan melayani penyelesaian Wajib Pajak.

Di dalam dunia usaha yang berkompetisi secara global, perusahaan memerlukan kinerja tinggi. Pada saat yang bersamaan pula, karyawan memerlukan umpan balik atas hasil kerja mereka sebagai panduan bagi perilaku mereka di masa yang akan datang.

Sedarmayanti (1995) yang mengutip paparan L.A.N mengungkapkan definisi kinerja sebagai berikut :

“Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.”

Disamping itu, kinerja (performance) diartikan sebagai hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah


(47)

ditentukan).(Makalah_Kinerja.pdffile.upi.edu/Direktori/Makalah_Kinerja. pdf)

2.2.3 Kinerja Account Representative

Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan Sistem Administrasi Modern. Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak (WP) yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh Account Representative (AR) dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. Account Representative (AR) juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. Seorang Account Representative (AR) memiliki akses terhadap rekening Wajib Pajak (tax payer account) secara on-line. Selain itu, Wajib Pajak dapat secara mudah menghubungi Account Representative (AR)-nya baik secara langsung datang ke KPP maupun menggunakan telepon atau e-mail. (DJP:2007)

Menurut John Hutagaol (2007) “Account Representative adalah pegawai Direktorat Jendral Pajak yang bekerja pada KPP Wajib Pajak Besar yang diberikan kepercayaan dan kewenangan untuk memberikan


(48)

pelayanan, pembinaan dan pengawasan secara langsung kepada Wajib Pajak”. Keberadaan Account Representative diharapkan mampu menjamin akurasi, konsistensi, dan efisiensi waktu di dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak dan juga dapat membangun hubungan yang lebih terbuka didasari saling percaya antara Wajib Pajak dan KPP Wajib Pajak Besar, sehingga menciptakan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak di dalam memenuhi kewajiban dan haknya dibidang perpajakan. Tugas Account Representative adalah bertanggung jawab untuk membangun seluruh kebutuhan administrasi yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak di dalam memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya. Account Representative juga akan bertindak sebagai sumber informasi yang menyangkut tentang seluruh aspek perpajakan dan melakukan koordinasi serta tindak lanjut dengan seksi terkait pada KPP Wajib Pajak Besar.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kinerja Account Representative adalah hasil pencapaian dari tugas-tugas yang di lakukan oleh pegawai pajak yang ditunjuk oleh Dirjen pajak, yang bekerja pada kantor pelayanan pajak dengan penerapan system perpajakan modern.

Adapun untuk mengukur kinerja Account Representative ditentukan dari indikator-indikator yang dikemukakan dalam Tugas dan Tanggung Jawab Account Representative berikut.


(49)

2.2.3.1Tugas dan Tanggung Jawab Account Representative

Tugas dan tanggung jawab Account Representative yang berhubungan dengan Wajib Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010) adalah :

a. Mengawasi kepatuhan Wajib Pajak melalui data dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) dan Sistem Informasi DJP (SIDJP).

b. Memberikan himbauan dan konsultasi teknis (bukan material) perpajakan kepada Wajib Pajak.

c. Menganalisa kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi.

d. Melakukan monitoring penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan.

e. Melakukan evaluasi hasil banding.

f. Memberikan bantuan kepada Wajib Pajak dalam memperoleh ketegasan dan konfirmasi masalah perpajakan.

g. Melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak dan membuat company profile Wajib Pajak.

h. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru kepada Wajib Pajak.

Menurut Rudi Fitrantio, adapun tugas Account Representative lain yang berhubungan dengan kantor dan petugas kantor lainnya, yaitu:


(50)

a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Pelaksana Seksi Pelayanan yang dinyatakan tidak lengkap.

b. Mencetak konsep Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT tahunan yang terdapat di dalam aplikasi pengawasan Drop Box, selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.

c. Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah ditandatangani oleh kepala KPP selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.

d. Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan dengan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.

e. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap diteruskan ke Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.

f. Dalam hal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan tidak dipenuhi dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Account Representative mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT Dianggap Tidak Disampaikan selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.


(51)

g. Mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan sebagaimana lampiran II. 11 dan mengirimkan ke Seksi PDI bersama berkas SPT yang dianggap tidak disampaikan.

h. Dalam hal terjadi kesalahan matematis dalam pengisian SPT, Account Representative menerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat Himbauan Pembetulan SPT. i. Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian SPT dan/atau

keterlamabatan pembayaran pajak, Account Representative menerbitkan Surat Tagihan Pajak sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak.

2.2.3.2Syarat Profesionalisme Account Representative

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010), syarat profesionalisme Account Representative adalah:

1. Knowledge

- Menguasai ketentuan perpajakan - Menguasai seluruh jenis pajak - Menguasai teknologi informasi.

2. Skills

- Mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak - Memahami karakteristik perusahaan dan industry Wajib Pajak


(52)

- Melakukan analisis data dan potensi perpajakan yang diperoleh dari berbagai sumber

- Memberikan pelayanan prima

- Berkomunikasi dengan baik dengan Wajib Pajak

3. Attitude - Proaktif - Inovatif - Kreatif - Komunikatif - Responsif

2.2.4 Kualitas Pemeriksaan Pajak

Beberapa pakar kualitas mendefinisikan Kualitas dengan beragam interpretasi. Definisi kualitas menurut Juran (1962) yaitu “Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. Menurut Crosby (1979) Kualitas adalah kesesuaian kebutuhan yang meliputi availability, delivery, realinility, maintainability, dan cost effectiveness.

Berdasarkan pengertian diatas, kualitas merupakan suatu kepuasan dari satu barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan.

Pengertian pemeriksaan pajak menurut Diaz Priantara (67:2009) pemeriksaan didefinisikan sebagai:


(53)

“Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Berdasarkan pengertian ini maka salah satu fokus pemeriksaan pajak adalah pada ketaatan dan kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan azas self assessment. Tindak lanjut pemeriksaan pajak akan membawa kemungkinan kepada keberatan dan banding yang kelak harus diselesaikan di Pengadilan Pajak atau membawa kemungkinan kepada penyelidikan, penyidikan dan penyidikan yang harus diselesaikan di Pengadilan Umum. Oleh karena itu, derajat keyakinan yang harus diperoleh Pemeriksa Pajak adalah keyakinan mutlak bahwa telah terjadi ketidak sesuaian penerapan peraturan perpajakan.

Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, yang dimaksud dengan kualitas pemeriksaan pajak adalah suatu kondisi yang melebihi harapan dari serangkaian kegiatan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak, faktor-faktor tersebut antara lain: (Soni Sunardi Gumilar:2010)


(54)

a. Teknologi informasi

Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh wajib pajak. Seiring dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus juga memanfaatkan perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer Assisted Audit Technique (CAAT).

b. Jumlah sumber daya manusia

Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja pemeriksaan. Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber daya manusia melalui kualifikasi dan prosedur reciutment terbatas, maka untuk mengatasu jumlah pemeriksa yang terbatas adalah dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan melengkapinya dengan teknologi informasi dalam pelaksanaan pemeriksaan.

c. Kualitas sumber daya

Kualitas pemeriksa sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi adalah dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan sistem mutasi yang terencana serta penerapan reward and punishment. d. Sarana dan prasarana

Sarana prasarana pemeriksaan seperti komputer sangat diperlukan. Pemeriksaan juga tidak akan berjalan dengan baik apabila terdapat kendala-kendala yang di hadapi dalam pemeriksaan. Kendala-kendala tersebut antara lain:


(55)

a. Psikologis

Persepsi Wajib Pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa mengenai kepatuhan Wajib Pajak.

Persepsi yang terbentuk pada Wajib Pajak maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan informasi. Apabila timbul ketimpangan informasi, maka timbul masalah psikologis antara kedua belah pihak. Wajib Pajak timbul penolakan, pemeriksa pajak timbul kecurigaan.

b. Komunikasi

Terdiri dari komitmen Wajib Pajak untuk membantu kelancaran pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil pemeriksaan.

Komitmen wajib bakal timbul apabila Wajib Pajak memahami tujuan pemeriksaan dan apa yang menjadi hak dan kewajibannya, serta hak dan kewajiaban mereka. Selain itu temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya disampaikan lebih dini untuk memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak menjelaskan dan memberikan buku, catatan atau dokumen tambahan yang mendukung penjelasan-penjelasannya. Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini dapat menghambat jalannya pemeriksaan pajak.

c. Teknis

Terdiri dari ukuran perusahaan, pemanfaatan teknologi informasi, kepemilikan modal, cakupan transaksi.


(56)

Semakin kompleks variabel teknis akan berdampak terhadap pelaksanaan pemeriksaan pajak.

d. Regulasi

Terdiri dari kelengkapan ketentuan yang berlaku yang mengatur perlakuan atas setiap transaksi yang timbul dan sejauh mana jangkauan hak pemajangan undang-undang domestik atas transaksi internasional.

2.2.5 Indikator Kualitas Pemeriksaan Pajak 2.2.5.1 Tahapan Pemeriksaan Pajak

2.2.5.1.1 Persiapan Pemeriksaan Pajak

Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki perencanaan atau persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar proses pemeriksaan pajak berjalan terarah sesuai dengan yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010), persiapan pemeriksaan ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan sebagai berikut :

- Mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas data

- Menganalisa SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak - Mengidentifikasi masalah

- Melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak - Menentukan ruang lingkup pemeriksaan


(57)

- Menyusun program pemeriksaan

- Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam - Menyediakan sarana pemeriksaan

Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat memperoleh gambaran umum mengenai Wajib Pajak yang akan diperiksa, sehingga program pemeriksaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

2.2.5.1.2 Pelaksanaan Pemeriksaan

Menurut Siti Kurnia Rahayu dalam bukunya “Perpajakan Indonesia” (2010), pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa pajak dan meliputi:

a. Memeriksa di tempat Wajib Pajak.

b. Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern. c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.

d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen.

e. Melakukan konfirmasi pada pihak ketiga.

2.2.5.1.3 Laporan Hasil Pemeriksaan

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010) Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir Laporan Pemeriksaan pelaksanaan pelaksanaan yang merupakan ikhtisar dan


(58)

penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Setelah dilakukannya tahapan-tahapan pemeriksaan maka harus dibuat laporan hasil akhir pemeriksaan yang berisi laporan mengenai proses pemeriksaan yang perlu dipertanggungjawabkan oleh pemeriksa pajak. Laporan hasil pemeriksaan merupakan dasar untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang sifatnya terikat hukum yang memiliki pengaruh terhadap Wajib Pajak maupun pemeriksa pajak. Dalam peneribitan SKP harus mengikuti persyaratan legal formalnya, berbagai data dan informasi, perhitungan, teknik dan metode yang digunakan dalam pemeriksaan, proses pengambilan kesimpulan, hingga pengikhtisaran dalam suatu Laporan Pemeriksaan Pajak dilakukan dengan teliti, akurat, logis, dan mengacu pada peraturan perundangan perpajakan yang berlaku.

Laporan Pemeriksaan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Umum

Memuat keterangan-keterangan mengenai, identitas Wajib Pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan Wajib Pajak, penugasan dan alasan pemeriksaan, data dan informasi yang tersedia dan daftar lampiran.


(59)

Memuat penjelasan secara lengkap mengenai, pos-pos yang diperiksa, penilaian pemeriksa atas pos-pos yang diperiksa, dan temuan-temuan pemeriksa.

3. Hasil pemeriksaan

Merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan Wajib Pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan perhitungan mengenai besarnya pajak-pajak yang terutang.

4. Kesimpulan dan usul pemeriksaan

Memuat hasil pemeriksaan dalam bentuk: perbandingan antara pajak-pajak yang terhutang berdasarkan laporan Wajib Pajak dengan hasil pemeriksaan, data/informasi yang diproduksi, dan usul - usul pemeriksa.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan LPP supaya dapat dimanfaatkan oleh pemeriksa berikutnya antara lain: gambaran kegiatan usaha Wajib Pajak, gambaran sistem akuntansi, daftar buku dan dokumen yang dipinjam, produksi data, dan usulan pemeriksa yang berisi ‘apabila dikemudian hari ditemukan data baru dan/atau data lain yang belum terungkap dalam pemeriksaan ini maka diusulkan untuk diterbitkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku’. (Siti Kurnia Rahayu:2010)


(60)

2.2.5.2 Jangka Waktu Penyelesaian Pemeriksaan Pajak

Menurut John Hutagaol (2007), sesuai ruang lingkup pemeriksaan pajak, jangka waktu pemeriksaan diatur sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Lengkap

Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan lengkap adalah 2 (dua) bulan sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak diterima oleh Wajib Pajak dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan.

b. Pemeriksaan Sederhana Lengkap

Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan sederhana lapangan adalah 1 (satu) bulan sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak diterima oleh Wajib Pajak dan dapat diperpanjang selama 1 (satu) bulan.

Khusus PSL yang dilaksanakan berdasarkan insttruksi Direktur Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak (selanjutnya disingkat Direkutr P4) harus diselesaikan sesuai jangka waktu dimaksud dalam instruksi.

c. Pemeriksaan Sederhana Kantor

Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan sederhana kantor adalah 4 (empat) minggu sejak Surat Panggilan Pemeriksaan dikirim kepada Wajib Pajak dan dapat diperpanjang 2 (dua) minggu.

d. Pemeriksaan Korespondensi

Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan korespondensi adalah 4 (empat) minggu terhitung sejak Surat Permintaan Keterangan dikirim


(61)

kepada Wajib Pajak dan dapat diperpanjang paling lama menjadi 6 (enam) minggu.

2.2.6 Keterkaitan Kinerja Account Representative Terhadap Kualitas Pemeriksaan Pajak

Adapun teori yang menghubungkan kedua variabel tersebut diatas, dapat dikemukakan sebagaimana dikatakan oleh Siti Kurnia Rahayu (2010) yaitu secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja organisasi, semua itu tidak akan berjalan dengan optimal tanpa didukung SDM yang kapabel dan berintegritas, termasuk kinerja Account Representative. Demikian juga bahwa salah satu tugas Account representative adalah menyusun profil Wajib Pajak dan menganalisa SPT, profil Wajib Pajak yang telah dibuat oleh Account Representative kemudian menjadi data buat SIDJP sebagai bahan pemeriksaaan, profil Wajib Pajak wajib hukumnya jika profil Wajib Pajak belum dibuat maka SP2 tidak boleh terbit.

Dari kedua teori diatas disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja Account Representative terhadap kualitas pemeriksaan pajak, dilihat dari sumber daya manusia dan tugas Account Representative yang mempengaruhi kualitas pemeriksaan pajak.


(62)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Sidoarjo Utara, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Menurut Sugiyono (1:2005) metode penelitian kualitatif sering disebut dengan metode naturalism karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Metode studi kasus yang digunakan pada KPP Pratama Sidoarjo Utara bertujuan untuk membandingkan antara teori dan praktek atau menerapkan teori dalam praktek atas kasus yang ada di lapangan.

Alasan menggunakan studi kasus dalam penelitian ini adalah, karena kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan


(63)

data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Untuk mendapatkan data yang pasti maka diperlukan berbagai sumber data dan berbagai teknik pengumpulan data. Pengumpulan data dengan teknik trianggulasi adalah pengumpulan data yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai teknik pengumpulan data secara simultan, sehingga dapat diperoleh data yang pasti. (Sugiyono, 2-3:2005)

Adapun ciri-ciri penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yang dikemukakan dalam Sugiyono (10:2005), antara lain:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).


(64)

3.2 Ketertarikan Penelitian

Alasan penulis untuk meneliti tentang “Kinerja Account Representative Dalam Menentukan Kualitas Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara” ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja Account Representative dalam menentukan kualitas pemeriksaan pajak.

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penentuan ruang lingkup penelitian berguna untuk menjaga agar penelitian tidak terlalu luas dan menyimpang dari tujuan semula. Analisis penelitian ini hanya dibatasi pada perlakuan perpajakan yang meliputi kinerja Account Representative terhadap pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Sidoarjo Utara untuk mengetahui kinerja Account Representative apakah dapat menentukan kualitas pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Sidoarjo Utara.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam KPP Pratama Sidoarjo Utara, seperti struktur organisasi dan bukti statistik Wajib Pajak berdasarkan Account Representative.


(65)

2. Sumber data kedua (sekunder)

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, Sumber dapat diperoleh dari studi kepustakaan, dengan menggunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum pada KPP Pratama Sidoarjo Utara untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Ada dua proses yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, yaitu :

a. Proses memasuki lokasi (getting in)

Agar proses pengumpulan data dari informan berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan dengan informasi.

b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)

Ketika berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek peneliti


(66)

(informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan kompenhensivitas dan penelitian.

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :

a. Wawancara secara formal maupun informal dengan pihak - pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrument dituntut untuk bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data. Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban permasalahan penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai timbulnya permasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian).

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.


(67)

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.

3.5 Penentuan Informan

Penentuan informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Sugiyono (2005), snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar. Penelitian ini menggunakan informan kunci yaitu Bpk. Mirza sebagai Kepala Seksi Waskon I dan Bpk. Wahyu sebagai Kepala Seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi) di KPP Pratama Sidoarjo Utara.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

“Menurut Yin (2002: 118-131) ada tiga prinsip pengumpulan data yang menjamin validitas konstruk dan reabilitas studi kasus”. Validitas konstruk adalah menetapkan ukuran operasioanal yang benar untuk konsep yang akan diteliti, sedangkan reabilitas mengacu pada kesamaan hasil penelitian yang dicapai jika prosedur penelitian yang sama dilakukan kembali. Adapun ketiga prinsip tersebut adalah :


(1)

90 4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan memakai sumber data yang diambil dari keterangan terbatas para informan di lapangan. Perbedaan waktu dan objek penelitian jelas sangat berpengaruh terhadap hasil yang diungkapkan, karena apa yang terjadi di lapangan tidak dapat dijadikan sebuah tolak ukur bahwa akan terjadi juga di waktu yang berbeda. Penelitian ini juga membahas hanya pada Kinerja Account Representative Dalam Menentukan Kualitas Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara, sehingga tidak mencakup secara luas. Sehubungan dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, peneliti berharap segala sesuatu yang dihasilkan dari penelitian ini, dapat dijadikan masukan bagi peneliti yang akan datang.


(2)

91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penerapan mekanisme kerjanya, Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara telah melaksanakannya dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara yang didapat dari para informan menunjukan ke akuratan kerja Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara sesuai dengan tugas-tugas dan tanggung jawab seorang Account Representative. Hal ini dapat dilihat dari dipenuhinya indikator-indikator kerja Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara, yaitu: Frekuensi Wajib Pajak dalam melaksanakan konsultasi dengan Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara, Arah pelayanan Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara, Pengawasan Account Representative


(3)

92

menginformasikan semua perubahan peraturan perpajakan, Pembuatan konsep usulan WP/PKP fiktif dan WP patuh yang dilakukan Account Representative agar meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, Tindakan Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara dalam menanggapi pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak, dan Waktu operasional Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara.

2. Jumlah Account Representative pada KPP Pratama Sidoarjo Utara tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Hal tersebut mengakibatkan pembengkakan jumlah Wajib Pajak yang harus menjadi tanggung jawab setiap satu orang Account Representative, dengan keadaan demikian yang terjadi adalah seorang Account Representative akan mengalami kendala dalam mengumpulkan data masing-masing Wajib Pajak tanggungannya yang biasa disebut Profil Wajib Pajak dikarenakan jumlah Wajib Pajak ditangani per-Account Representative terlalu banyak. Selain itu, adapun kendala lain yang terjadi dalam kerja Account Representative yaitu penyelesaian tugasnya dalam mengumpulkan data Wajib Pajak yang memakan waktu cukup lama dan penambahan biaya operasional yang dibutuhkan.


(4)

5.2 Saran

Sesuai dengan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis memberikan saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi KPP Pratama Sidoarjo Utara sebagai berikut:

1. Penambahan pegawai Account Representative perlu dilakukan oleh pihak KPP Pratama Sidoarjo Utara dikarenakan kurangnya pegawai Account Representative untuk menangani jumlah Wajib Pajak yang besar di wiliayah Sidoarjo. Hal tersebut mengakibatkan keterbatasan kerja seorang Account Representative dalam pengumpulan data Wajib Pajak secara intensif. Dengan adanya penambahan tenaga pegawai Account Representative diharapkan mempermudah kerja masing-masing Account Representative dalam memberikan pengawasan, bimbingan, dan konsultasi teknis kepada Wajib Pajaknya.

2. Salah satu bentuk tugas dan tanggung jawab seorang Account Representative yaitu melakukan pemutakhiran data Wajib Pajak dan membuat Company Profile (profil) Wajib Pajak. Dalam menentukan metode atau cara-cara pemutakhiran data Wajib Pajak hendaknya Account Representative di KPP Pratama Sidoarjo Utara memiliki


(5)

94

Representative dapat membangun hubungan yang lebih terbuka didasari saling percaya antara Wajib Pajak dengan KPP, sehingga menciptakan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak di dalam memenuhi kewajiban dan haknya di bidang perpajakan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Hutagaol, John, 2007. Perpajakan Isu – Isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu

Mardiasmo, 2009. Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2009. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Priantara, Diaz, 2009. Kupas Tuntas Pengawasan, Pemeriksaan Dan Penyidikan Pajak. Jakarta: PT Indeks Jakarta

Rahayu, Siti Kurnia, 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

ARTIKEL DAN SKRIPSI :

Alfiansyah, Febri. Pengaruh Account Representative (AR) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kpp Pratama Sidoarjo Utara). Surabaya Gumilar, Soni Sunardi, 2010. Analisis Kinerja Account Representative Pengaruhnya Terhadap Kualitas Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Yang Berada Di Wilayah Kota Bandung. Bandung Muammarsyah, Nanda, 2011. Pengaruh Peran Account Representative,

Pemahaman Prosedur Perpajakan Wajib Pajak, Dan Kualitas Pelayanan Tempat Pelayanan Terpadu Di Kantor Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya (Studi Kasus Pada Delapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Jakarta Selatan). Jakarta Yohannah, Esther, 2012. Tinjauan Atas Sosialisasi Peraturan Perpajakan Dan

Kinerja Account Representative Dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Kpp Pratama Jakarta Pademangan). Jakarta


Dokumen yang terkait

Pengaruh peran account representatif, pemahaman prosedur perpajakan wajib pajak, dan kualitas pelayanan tempat pelayanan terpadu di kantor pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (studi kasus pada delapan kantor pelayan

3 6 128

Peranan Account Representative (AR) Dalam Pelayanan Terhadap Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

0 5 1

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak dan Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 8 31

Tinjauan atas Efektivitas Pelayanan Account Representative (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang)

0 10 56

Pengaruh Account Representative Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pratama Soreang)

18 182 55

Kinerja Account Representative Dalam Upaya Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

2 73 85

PERBEDAAN KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKANNYA PEMERIKSAAN PAJAK (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara).

0 0 99

Evaluasi Kinerja Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara

0 0 15

PERBEDAAN KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKANNYA PEMERIKSAAN PAJAK (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara)

0 0 22

KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE DALAM MENENTUKAN KUALITAS PEMERIKSAAN PAJAK (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara) SKRIPSI

0 0 28