Persentase Nilai Kerusakan Dan Cara Penanggulangan Kerusakan di Jalan Mastrip

 Pada survei tahap II kerusakan pada STA 4+700 - STA 4+800 nilai kerusakannya = 207.1 Tabel 4.10  Selama interval 99 hari nilai kerusakan pada STA 4+700 - STA 4+800 nilai kerusakannya adalah = Survei tahap II – Survei Tahap I = 207.1 – 202.1 = 5

4.3 Persentase Nilai Kerusakan Dan Cara Penanggulangan Kerusakan di Jalan Mastrip

Hasil survei kondisi jalan pada tahap I dan survei tahap II dengan menggunakan metode Dirgolaksono Mochtar 1990 didapatkan kerusakan jenis ravellingweathering merupakan jenis kerusakan yang terbanyak pada jalan Mastrip STA 2+100 – STA 7+100 yaitu sebesar 13.80. Jenis kerusakan terkecil adalah dengan persentase block cracking sebesar 6.04, sedangkan potholes yang merupakan jenis kerusakan yang paling parah dalam metode Dirgolaksono Mochtar 1990 memberikan kontribusi sebesar 11.25. Dari semua jenis kerusakan yang terjadi sepanjang jalan Mastrip STA 2+100 - 7+100 dijelaskan pada tabel 4.13 dan tabel 4.14. Untuk Menghitung Persentase Nilai Kerusakan Mastrip STA 2+100 – STA 7+100 : Potholes Tahap I Dik: NK Potholes tahap I= 105 Jumlah Nk Potholes Pada Lampiran 17 Total Nk Tahap I = 1106,25 pada Lampiran 17 Potholes Tahap I = 100 _ _ _ x NK Total Potholes NK Total = 100 25 , 1106 105 x = 9 Untuk persentase jenis kerusakan yang lainnya dapat dilihat pada tabel 4.13 dan 4.14. Tabel 4.13 Persentase Jenis Kerusakan Terbagi dari Kebraon-Bambe dan Bambe-Kebraon Kebraon - Bambe Bambe - Kebraon Kategori Kerusakan Tahap I Tahap II Tahap I Tahap II I Potholes 9.00 11 11.58 11.18 Ravelling Weathering 12.47 12 15.08 16.61 II Alligator Cracking 13.47 13 7.09 8.99 Profile Distortion 9.76 9 9.60 11.33 Block Cracking 5.33 5 7.09 6.04 III Transverse Crack 11.30 12 9.96 9.97 Longitudinal Cracking 10.21 10 10.59 11.33 Rutting 9.22 9 10.23 9.44 IV flushing 9.24 9 13.04 10.74 Edge Distortion 9.49 9 5.47 4.38 Tabel 4.14 Persentase Jenis Kerusakan Terbagi dari Survei Tahap I dan Tahap II Survey Kategori Kerusakan Tahap I Tahap II I Potholes 10.55 11.25 Ravelling Weathering 13.80 13.71 II Alligator Cracking 10.28 10.35 Profile Distortion 9.70 9.40 Block Cracking 6.22 6.04 III Transverse Crack 10.64 10.86 Longitudinal Cracking 10.42 10.52 Rutting 9.74 9.44 IV flushing 11.16 11.02 Edge Distortion 7.49 7.42 Untuk menentukan cara penanggulangan kerusakan jalan dari hasil nilai kerusakan pada survei yang kedua karena survei yang kedua adalah survei yang menentukan bagaimana kondisi perkerasan jalan tersebut. Dari hasil survei II didapatkan pengelompokan kondisi perkerasan serta cara penangananya sesuai manual pemeliharaan jalan 1983 dari dirjen Bina Marga. Untuk kerusakan jalan akibat retak, distorsi, dan cacat permukaan dijelaskan pada tabel 4.15, tabel 4.16, tabel 4.17. Tabel 4.15 Kerusakan Jalan Akibat Retak dan Cara Penanggulangannya No Jenis Penyebab penanggulangan 1 Retak halus lebar celah 3mm 1. bahan perkerasan kurng baik 2. kondisi tanah dasar kurang stabil 3. dapat menybabkan retak kulit buaya 1. Crack sedang 2. Perbaikan sakram 2 Retak kulit buaya alligator Cracking lebar celah 3 mm 1. bahan perkerasan kurng baik 2. kondisi tanah dasar kurang stabil 3. pelapukan permukaan aklibat repetisi beban berlebih 1. Crack sedang 2. perbaikan sakram 3. Overlay 3 Retak pinggir edge crack memanjang dekat bahu jalan 1. tanah sekitar bahu jalan jelek 2. Drainase kurang baik 3. penyusutan tanah 4. akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan 1. Mengisi campuran aspal cair dan pasir 2. Perbaikan saluran 3. Pelebaran dan pemadatan jalan 4 Retak sambungan bahu dan perkerasan Edge joint crack 1. kondisi tanah dasar bahu jalan jelek 2. akibat lintasan truk di bahu jalan 1. Crack sealing 2. Skin putching 5 Retak sambungan jalan lane joint crack 1. tidak baiknya ikatan kedua jalur 2. pelaksanaan pemadatan surface kurang baik 1. Crack sealing 2. Skin putching 6 Retak pelebaran jalan antara perkerasan lama dan baru wedhening crack 1. tidak baiknya ikatan sambuyngan kedua jalur 1. Crack sealing 2. Skin putching 7 Retak refleksi reflection crack retak yang membentuk kotak 1. retak perkerasan lama tidak diperbaiki sebelum dilakukan overlay 2. tanah ekspansif kembang susut 1. Crack sealing 2. Skin putching 8 Retak susut shrinkage crack membentuk kotak dengan sudut panjang 1. perubahan volume lapis npondasi dan tanah dasar 1. Crack sealing 2. Skin putching 9 Retak selip slippage crack 1. kurang baiknya ikatan antara surface dan base course 2. tidak adanya tack coat antar dua lapisan 3. terlalu banyak pasir pada lapis permukaan 4. pemadatan kurang 1. Penambalan struktural Sumber : Pemeliharaan Jalan No.03MN1983 oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Tabel 4.16 Kerusakan Jalan Akibat Distorsi dan Cara Penanggulangannya No Jenis Penyebab penanggulangan 1 Alur Pada lintasan roda sejajar as jalan 1. Lapisan perkerasan jalan kurang padat 2. Terjadi penambahan pemadatan oleh repetisi beban pada lintasan roda 3. Campuran Aspal stabilitas rendah 1. Penambalan struktural 2 Keriting kerutan melintang permukaan jalan 1. Stabilitas perkerasan yang rendah 2. terjadi lalu lintas sebelum perkerasan stabil 1. Penambalan struktural 2. Overlay 3 Sangkur showing akibat tikungan cekungan dan gelembung 1. Stabilitas perkerasan yang rendah 2. terjadi lalu lintas sebelum perkerasan stabil 1. Penambalan struktural 4 Amblas Grade Depression permukaan rendah dari pada sekitarnya 1. terjadi lalu lintas yang lebih berat dari yang direncanakan 2. Penurunan lapisan bawahnya 3. Buruknya pengerjaan kontruksi 1. Penambalan struktural 2. Overlay

5 Jembul Upheaved

pergerakan keatas dari permukaan 1. Tanah dasar yang ekspansif 1. Penambalan struktural Sumber : Pemeliharaan Jalan No.03MN1983 oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Tabel 4.17 Kerusakan Jalan Akibat Cacat Permukaan dan Cara Penanggulangannya no Jenis Penyebab penanggulangan 1 Lubang Potholes 1. Campuran lapis material jelek 2. Drainase jelek 3. Retak yang tidak ditangani Penambalan struktural 2 Pengelupasan Ravelling 1. Campuran lapis material jelek 2. Drainase jelek 3. Retak yang tidak ditangani Penambalan struktural 3 Pengelupasan Lapisan Permukaan 1. Campuran lapis material jelek 2. Surface tipis, ikataan aspal dan agregat mudah lepas Penambalan structural Sumber : Pemeliharaan Jalan No.03MN1983 oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Dengan melihat hasil persentase kerusakan jalan yang terjadi di sepanjang jalan Mastrip dengan menggunakan metode Dirgolaksono Mochtar 1990 kerusakan terbesar adalah kerusakan jalan akibat cacat permukaan jenis pengelupasan Ravelling dan cara mengatasi jenis kerusakan ini menurut Mochtar dan Pemeliharaan Jalan No.03MN1983 oleh Bina Marga dengan cara penambalan struktur permukaan jalan. Penjelasan kerusakan jalan menggunakan metode Dirgolaksono Mochtar 1990 yang berdasarkan dari kategori nilai kerusakan yang merupakan hasil survei tahap II. Hasil survei tersebut digunakan untuk meninjau tingkat penanganan kerusakan jalan setiap 100 meter. Penanganan kerusakan dijelaskan pada tabel 4.16 untuk arah Kebraon menuju Bambe dan tabel 4.17 untuk arah Bambe menuju Kebraon. Tabel 4.18 Kondisi Perkerasan Hasil Survei Tahap II Pada Jalan Mastrip STA 2+100-STA 7+100 Arah Kebraon Menuju Bambe STA Kondisi Perkerasan STA Kondisi Perkerasan 2+100 s.d 2+200 1 4+600 s.d 4+700 3 2+200 s.d 2+300 2 4+700 s.d 4+800 4 2+300 s.d 2+400 2 4+800 s.d 4+900 4 2+400 s.d 2+500 2 4+900 s.d 5+000 3 2+500 s.d 2+600 2 5+000 s.d 5+100 3 2+600 s.d 2+700 1 5+100 s.d 5+200 2 2+700 s.d 2+800 2 5+200 s.d 5+300 2 2+800 s.d 2+900 1 5+300 s.d 5+400 2 2+900 s.d 3+000 2 5+400 s.d 5+500 2 3+000 s.d 3+100 2 5+500 s.d 5+600 2 3+100 s.d 3+200 1 5+600 s.d 5+700 1 3+200 s.d 3+300 1 5+700 s.d 5+800 1 3+300 s.d 3+400 1 5+800 s.d 5+900 2 3+400 s.d 3+500 1 5+900 s.d 6+000 2 3+500 s.d 3+600 2 6+000 s.d 6+100 2 3+600 s.d 3+700 1 6+100 s.d 6+200 3 3+700 s.d 3+800 3 6+200 s.d 6+300 3 3+800 s.d 3+900 2 6+300 s.d 6+400 3 3+900 s.d 4+000 1 6+400 s.d 6+500 3 4+000 s.d 4+100 3 6+500 s.d 6+600 3 4+100 s.d 4+200 3 6+600 s.d 6+700 2 4+200 s.d 4+300 3 6+700 s.d 6+800 3 4+300 s.d 4+400 2 6+800 s.d 6+900 2 4+400 s.d 4+500 2 6+900 s.d 7+000 4 4+500 s.d 4+600 3 7+000 s.d 7+100 2 Keterangan : 1 : Kerusakan yang terjadi ± 10 atau masih dalam tingkat keparahan yang rendah, jalan termasuk yang kelompok dalam ini tidak memerlukan pemeliharaan yang spesifik 2 : Kerusakan yang terjadi kurang dari 30 dan mengalami tingkat kerusakan ringan, unruk penanggulangan hanya butuh pemeliharaan ringan, seperti penambalan lubang, crack sealing, dan ravelling. 3 : Kerusakan yang terjadi kurang dari 60 dan mengalami kerusakan yang tinggi dan tingkat keparahan yang rendah, jalan ini memerlukan tingkat pemeliharaan sedang seperti: manual pacthing, sealing, dan skin patching. 4 : Kerusakan yang terjadi lebih dari 60, berada dalam tingkat keparahan yang tinggi. Perkerasan memerlukan perbaikan seperti manual patcing base , overlay, untuk kerusakan profile distortion memerlukan perbaikan sedang hingga tinggi yaitu perbaikan konstruksi. Dari tabel 4.18 didapatkan persentase kondisi perkerasan sebagai berikut: - Persentase kategori 1 dengan total 22 - Persentase kategori 2 dengan total44 - Persentase kategori 3 dengan total 28, dan - Persentase kategori 4 dengan total 8 Persentase paling terbanyak kondisi kerusakan pada jalan Mastrip STA 2+100 – STA 7+100 arah Kebraon menuju Bambe adalah kategori 2. Cara penanggulangan butuh pemeliharaan ringan seperti: penambalan lubang, crack sealing, dan ravelling. Tabel 4.19 Kondisi Perkerasan Hasil Survei Tahap II Pada Jalan Mastrip STA 2+100-STA 7+100 Arah Bambe Menuju Kebraon STA Kondisi Perkerasan STA Kondisi Perkerasan 2+100 s.d 2+200 1 4+600 s.d 4+700 2 2+200 s.d 2+300 2 4+700 s.d 4+800 4 2+300 s.d 2+400 2 4+800 s.d 4+900 4 2+400 s.d 2+500 2 4+900 s.d 5+000 3 2+500 s.d 2+600 2 5+000 s.d 5+100 3 2+600 s.d 2+700 2 5+100 s.d 5+200 3 2+700 s.d 2+800 2 5+200 s.d 5+300 3 2+800 s.d 2+900 2 5+300 s.d 5+400 3 2+900 s.d 3+000 2 5+400 s.d 5+500 3 3+000 s.d 3+100 3 5+500 s.d 5+600 3 3+100 s.d 3+200 3 5+600 s.d 5+700 3 3+200 s.d 3+300 2 5+700 s.d 5+800 3 3+300 s.d 3+400 2 5+800 s.d 5+900 2 3+400 s.d 3+500 2 5+900 s.d 6+000 3 3+500 s.d 3+600 2 6+000 s.d 6+100 2 3+600 s.d 3+700 2 6+100 s.d 6+200 2 3+700 s.d 3+800 2 6+200 s.d 6+300 2 3+800 s.d 3+900 2 6+300 s.d 6+400 3 3+900 s.d 4+000 2 6+400 s.d 6+500 3 4+000 s.d 4+100 1 6+500 s.d 6+600 3 4+100 s.d 4+200 2 6+600 s.d 6+700 2 4+200 s.d 4+300 3 6+700 s.d 6+800 3 4+300 s.d 4+400 1 6+800 s.d 6+900 3 4+400 s.d 4+500 1 6+900 s.d 7+000 3 4+500 s.d 4+600 3 7+000 s.d 7+100 3 Keterangan : 1 : Kerusakan yang terjadi ± 10 atau masih dalam tingkat keparahan yang rendah, jalan termasuk yang kelompok dalam ini tidak memerlukan pemeliharaan yang spesifik. 2 : Kerusakan yang terjadi kurang dari 30 dan mengalami tingkat kerusakan ringan, unruk penanggulangan hanya butuh pemeliharaan ringan seperti penambalan lubang, crack sealing, dan ravelling. 3 : Kerusakan yang terjadi kurang dari 60 dan mengalami kerusakan yang tinggi dan tingkat keparahan yang rendah, jalan ini memerlukan tingkat pemeliharaan sedang seperti: manual pacthing, sealing, dan skin patching. 4 : Kerusakan yang terjadi lebih dari 60, berada dalam tingkat keparahan yang tinggi. Perkerasan memerlukan perbaikan seperti manual patcing base , overlay, untuk kerusakan profile distortion memerlukan perbaikan sedang hingga tinggi yaitu perbaikan konstruksi. Dari hasil tabel 4.19 didapatkan persentase kondisi kerusakan jalan Mastrip STA 2+100 – 7+100 arah Bambe menuju Kebraon sebagai berikut: - Persentase kategori 1 dengan total 8 - Persentase kategori 2 dengan total 46 - Persentase kategori 3 dengan total 42 - Persentase kategori 4 dengan total 4 Dari total kondisi kerusakan tersebut kerusakan didominasi dengan kategori 2 yaitu kerusakan ringan hingga kerusakan tinggi dengan tingkat keparahan rendah. Cara untuk menanggulanginya adalah dengan cara dengan penambalan lubang.

4.4 Evaluasi Data Traffic Counting dan EAL