Prinsip Perencanaan Perkerasan jalan Beban Lalu Lintas

Perhitungan pengaruh kendaraan komersil terhadap kapasitas atau tingkat pelayanan harus dilakukan dengan teliti karena harga puncak lalu lintas mobil penumpang dan truk tidak bersamaan waktunya. Dalam beberapa kasus perbedaan ini sangat nyata. Oglesby Hicks, 1993

2.5 Prinsip Perencanaan Perkerasan jalan

Prinsip dalam perencanaan perkerasan jalan adalah bagaimana menyebarakan beban kendaraan yang bertumpu pada rodanya sampai tanah dasar subgrade sehingga beban tersebut mampu dipikul oleh tanah dasar Mochtar, 1990. Dengan kata lain bahwa tegangan yang ditimbulkan oleh beban roda kendaraan pada saat sampai tanah dasar harus lebih kecil dari tegangan ijin tanah dasar. Hal ini dapat digambarakan pada gambar 2.1 dan 2.2 Gambar 2.1 Penyebaran Beban Roda Pada gambar di atas tanah akan mengalami tegangan tekan dan perkerasan jalan akan menjadi seperti gambar berikut ini. 10 Gambar 2.2 Penyebaran Beban Roda Prinsip perencanaan perkerasan jalan dengan menggunakan: a. Prinsip beban berulang repetisi beban Yaitu tidak berdasarkan pada beban terbesar yang lewat ultimate load, tapi pada akumulasi beban beban yang direncanakan akan lewat. Gambar 2.3 Repetisi Beban 11 12 b. Prinsip kelelahan beban fatique Yaitu jalan beraspal akan mengalami kerusakan permanen akibat beban desain yang melampaui batas kelelahan bahan campuran bahan tersebut, sehingga pada tahap ini umur perkerasan sudah terlampaui. Perencanaan batas strain retak lelahputus dan besarnya pada beban yang berulang, artinya semakin banyak beban yang lewat, maka kelelahan akan cepat terjadi, apalagi beban yang berulang beratnya lebih besar maka akan semakin mempercepat proses kelelahan bahan tersebut.

2.6 Beban Lalu Lintas

Beban sumbu standart Beban perkerasan jalan hanya diasumsikan hanya akibat beban hidup yaitu beban lalu lintas saja, sedangkan beban mati relatif lebih kecil dan diabaikan. Beban rencana lalu lintas merupakan sejumlah repetisi sumbu standar. Beban sumbu standart dalam perencanaan perkerasan berapa beban sumbu as tunggal, roda gandar seberat 18 kips atau 18.000 lbs atau 8,16 ton. Angka ekuivalen AE atau Equivalent Axle Load EAL suatu beban sumbu standar adalah adalah jumlah lintasan kendaraan as tunggal sebesar 18 kips yang mempunyai derajat kejenuhan DF : Dermage Faktor yang sama apabila jenis as tersebut lewat satu kali. Dapat diartikan pula bila satu kendaraan lewat satu kali = as 18 kips lewat AE kali. Beban sumbu standar mempunyai DF = 1 Angka Ekuivalen AE masing masing golongan beban sumbu tiap kendaraan, ditentukan dengan rumus berikut: 1 . 2 . .......... 8160 4              kg dalam tunggal sumbu satu beban tunggal AEsumbu 2 . 2 ... 8160 086 . 4              kg dalam tunggal sumbu satu beban tunggal AEsumbu 3 . 2 ... 8160 016 . 4              kg dalam tunggal sumbu satu beban tunggal AEsumbu EAL merupakan dari data lalu lintas yang diperoleh hasil survei Traffic Counting. Dari rumus di atas dapat dilihat penggunaan as tandem atau tridem menguntungkan karena AE atau DF masing masing hanya 8.6 dan 1.6.Dirgolaksono Mochtar, 1990. Gambar 2.5 Beban SumbuGandar Sumber : Kontruksi Jalan Raya 2005 13

2.7 Jenis Kendaraan Berat