persamaan-persamaan yang merupakan prinsip dari bantuan hukum. Adapun prinsip tersebut secara keseluruhan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bantuan hukum merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan suatu
pendidikan khusus dan keahlian khusus, ia merupakan suatu pekerjaan yang bersifat profesional.
2. Bantuan hukum merupakan suatu pekerjaan pemberian jasa, dimana ada orang
tertentu yang memberikan jasa kepada orang yang memerlukan. 3.
Bantuan hukum merupakan hak, artinya ia merupakan sesuatu yang dapat dituntut pemenuhannya oleh setiap subjek hukum.
Untuk kepentingan penulisan skripsi ini bantuan hukum akan dibatasi pada bantuan hukum secara cuma-cuma dalam proses peradilan pidana yang diberikan
oleh Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat.
2. Pengertian Lembaga Bantuan Hukum
Istilah lembaga berasal dari kata institution yang menunjuk pada pengertian tentang sesuatu yang telah mapan.
21
21
Abdulsyani, Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, hal. 75.
Dalam pengertian sosiologis lembaga dapat dilukiskan sebagai organ yang berfungsi dalam kehidupan
masyarakat. Menurut Malinowski pengertian lembaga dapat diartikan sebagai sekelompok orang-orang yang bersatu dan karena itu terorganisir untuk tujuan
tertentu, yang memiliki sarana kebendaan dan teknis untuk mencapai tujuan tersebut dan paling tidak melakukan usaha yang diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu tadi, yang mendukung sistem nilai tertentu, etika, dan kepercayaan-
Universitas Sumatera Utara
kepercayaan yang memberikan pembenaran kepada tujuan dan yang dalam rangka mencapai tujuan tadi berulang kali melakukan jenis-jenis perbuatan yang sedikit
banyak dapat diramalkan.
22
Menurut Frans Hendra Winarta pengertian Lembaga Bantuan Hukum adalah suatu lembaga yang berperan untuk memberikan bantuan hukum legal
aid kepada orang miskin yang tidak bisa membayar Advokat profesional untuk membela kepentingannya.
23
Biasa dikenal dengan pro bono publico work, dimana para pembelanya adalah mahasiswa jurusan hukum atau sarjana muda hukum
dalam rangka turut serta dalam pengglembengan untuk menjadi Advokat dan mencari pengalaman praktek lapangan. Sedangkan Adnan Buyung Nasution
berpendapat bahwa Lembaga Bantuan Hukum adalah suatu lembaga yang khusus bertujuan memberikan bantuan hukum kepada rakyat kecil yang buta hukum dan
tidak mampu.
24
Pembentukan Lembaga Bantuan Hukum yang digagas oleh Adnan Buyung Nasution tergolong sebagai usaha yang berani, karena suatu usaha untuk
melaksanakan program pelayanan hukum bagi kaum miskin bukanlah tugas sederhana dan ringan. Ia tidak saja menuntut kesediaan berkorban secara materi,
akan tetapi mensyaratkan pula adanya kesadaran kemasyarakatan kita sebagai
22
T. O. Ihromi, Antropologi dan Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000, hal. 57.
23
Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia: Citra, Idealisme Dan Keprihatinan, Op. cit., hal. 75.
24
Abdurrahman, Op. cit., hal. 166.
Universitas Sumatera Utara
kelompok elite, khususnya dalam memandang golongan miskin penghuni lapisan bawah piramida masyarakat Indonesia.
25
1 Memberikan bantuan hukum kepada mayarakat miskin dan buta hukum
Tujuan pembentukan Lembaga Bantuan Hukum meliputi tiga hal, yaitu:
2 Menumbuhkan dan membina kesadaran warga masyarakat akan hak-hak
sebagai subjek hukum. 3
Mengadakan pembaharuan hukum sesuai dengan tuntutan zaman. Tujuan pertama dan kedua Lembaga Bantuan Hukum secara jelas untuk
mewujudkan program yang bersifat memassa dengan menjalankan pelayanan hukum bagi kaum miskin. Inilah yang paling menonjol dari Lembaga Bantuan
Hukum dalam menjalankan tujuannya. Sedangkan tujuan ketiga Lembaga Bantuan Hukum yang menyangkut pembaharuan hukum belumlah menegaskan
sama sekali sikap kita dibidang ini. Walaupun ini pernah dilakukan oleh Lembaga Bantuan Hukum Jakarta dalam mempersoalkan Undang-Undang Subversi.
Dalam perkembangannya Lembaga Bantuan Hukum terbagi dalam dua kelompok yaitu:
1. Lembaga Bantuan Hukum Swasta
Lembaga inilah yang telah muncul dan berkembang belakangan ini. Anggotanya pada umumnya terdiri dari kelompok yang bergerak dalam
profesi hukum sebagai Pengacara. Konsep dan perannya jauh lebih luas dari sekadar memberi bantuan hukum secara formal di depan sidang pengadilan
25
Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum Di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1981, hal. 110.
Universitas Sumatera Utara
terhadap rakyat kecil yang miskin dan buta hukum. Konsep dan programnya dapat dikatakan :
a. Menitikberatkan bantuan dan nasihat hukum terhadap lapisan masyarakat
kecil yang tidak mampu. b.
Memberi nasihat hukum di luar pengadilan terhadap buruh, tani, nelayan, dan pegawai negeri yang merasa haknya “diperkosa”.
c. Mendampingi atau memberi bantuan hukum secara langsung di sidang
pengadilan baik yang meliputi perkara perdata dan pidana. d.
Bantuan dan nasihat hukum yang mereka berikan dilakukan secara cuma- cuma.
2. Lembaga Bantuan Hukum Yang Bernaung Pada Perguruan Tinggi Lembaga ini sering dikenal dengan nama Biro Bantuan Hukum. Lembaga
inipun hampir sama dengan Lembaga Bantuan Hukum swasta, tetapi lembaga ini kurang populer dan mengalami kemunduran.
26
a. Konsentrasi Advokat yang terpecah.
Ada beberapa hal yang menyebabkan Biro Bantuan Hukum di Fakultas-fakultas Hukum Perguruan
Tinggi Negeri mengalami kemunduran, antara lain:
Sebagaimana diketahui, para Advokat pada Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi adalah dosen-dosen yang mempunyai tugas pokok
sebagai tenaga pengajar yang harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan hukum secara komprehensif agar dapat melaksanakan
kewajibannya untuk mengajar dengan baik. Hal ini tentu sangat menyita
26
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum: Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Op. cit., Hal. 50.
Universitas Sumatera Utara
pikiran dan tenaga mereka sehingga konsentrasi merekapun terpecah, antara menjadi pengajar yang berprestasi sehingga dapat berkarier
dilingkungan akademik atau menjadi Advokat idealis yang menolong masyarakat miskin sekaligus membina mahasiswanya untuk menjadi
praktisi hukum yang handal di masa mendatang. b.
Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi bersifat “nonprofit oriented” Hal ini sehubungan dengan tingkat penghasilan dosen yang sangat rendah
yang mana juga berstatus Advokat pada Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi. Dosen-dosen yang berstatus sebagai Advokat pada biro
bantuan hukum di perguruan tinggi yang notabene “nonprofit oriented” semakin sulit mengejar kemajuan mereka dalam hal penghasilan
dibandingkan dengan profesi lain. Khususnya dibandingkan dengan Advokat profesional yang biasanya berpenghasilan lebih besar walaupun
penguasaan terhadap materi dan praktek hukumnya biasanya sebanding, bahkan terkadang lebih rendah daripada dosen tersebut.
c. Keterbatasan pendanaan.
Biro-biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi mengalami kemunduran seringkali dikarenakan jumlah dana yang dialokasikan oleh perguruan
tinggi kepada Biro Bantuan Hukum tersebut tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti pengadaan perpustakaan
hukum yang representative, pelatihan dan pendidikan kepada tenaga- tenaga Advokat pada Biro Bantuan Hukum tersebut tentang masalah-
Universitas Sumatera Utara
masalah hukum aktual, dan hal-hal lain yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan biro bantuan hukum tersebut.
3. Dasar Pemberian Bantuan Hukum