Hingga saat ini, keberadaan dan keberlanjutan Lembaga Bantuan Hukum tidak lain karena dukungan pendanaan yang di dapat dari 4 sumber utama: dana dari
internal lembaga berupa sumbangan dari dewan Pembina dan badan-badan pengurus Lembaga Bantuan Hukum, dana sumbangan masyarakat, alokasi
anggaran dari pemerintah daerah dan pendanaan dari lembaga dana internasional.
C. Data Penanganan dan Penyelesaian Perkara Pidana Oleh LBH Medan Selama Tahun 2007-2010
Berdasarkan hasil penelitian, data penanganan dan penyelesaian perkara oleh LBH Medan adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Jumlah Kasus Per Tahun Yang Ditangani LBH Medan
No Tahun
Jumlah Kasus 1.
2007 119
2. 2008
257 3.
2009 158
4. 2010
249 Sumber : Data Primer, 2011
Dari data tersebut diatas tidak ditemukan rincian kasus-kasus yang ditangani oleh LBH Medan, hanya pada tahun 2009 ada rinciannya yaitu dari 158
kasus yang ditangani oleh LBH Medan ada sekitar 85 kasus pidana dan 73 kasus perdata yang ditangani oleh LBH Medan. Namun rincian ini tidak dapat
ditentukan berapa yang terselesaikan pada tingkat Konsultasi, berapa pada tingkat Kepolisian dan berapa yang sampai ke Pengadilan. Namun pada tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
terdapat rinciannya secara jelas yaitu dari total 249 kasus yang diterima oleh LBH Medan, ada sekitar 163 perkara pidana yang terbagi menjadi 3 tingkatan yakni
pada tingkat Konsultasi terdapat 109 kasus dan pada tingkat Kepolisian terdapat 23 kasus serta di tingkat Pengadilan sebanyak 11 kasus. Sedangkan sisanya ada
sekitar 86 perkara perdata yang juga dibagai dalam 3 tingkatan yaitu pada tingkat Konsultasi ada sebanyak 67 kasus, pada tingkat surat menyurat sebanyak 7 kasus
dan pada tingkat Pengadilan sebanyak 11 kasus. Dari rinciannya ini dapat digambarkan bahwa penanganan dan penyelesaian kasus pidana lebih banyak
bertumpu pada tingkat Konsultasi. Dari 163 kasus yang masuk lebih dari setengah diselesaikan pada tingkat konsultasi sedangkan yang masuk ke pengadilan hanya
sekitar 11 kasus.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TUGAS DAN KEWENANGAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM
PROSES PERADILAN PIDANA
A. Subjek Pemberian Bantuan Hukum
Pada prinsipnya setiap orang dapat memberikan bantuan hukum bilamana ia mempunyai keahlian dalam bidang hukum, akan tetapi demi tertibnya
pelaksanaan bantuan hukum diberikan batasan dan persayaratan dalam berbagai peraturan. Persoalan selanjutnya adalah siapa yang seharusnya bertindak untuk
menjadi pelaksana pemberi bantuan hukum di negara kita sekarang ini, mengingat banyaknya dan beraneka ragam para pemberi bantuan hukum yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
46
1. Advokat yang merupakan anggota suatu organisasi Advokat dan juga menjadi
anggota Lembaga Bantuan Hukum LBH. 2.
Advokat yang merupakan anggota suatu organisasi Advokat dan bukan menjadi anggota Lembaga Bantuan Hukum LBH.
3. Advokat yang bertindak sebagai Penasehat Hukum dari suatu perusahaan.
4. Advokat yang tidak menjadi anggota perkumpulan manapun.
5. Pengacara Praktek atau Pokrol.
6. Sarjana-sarjana hukum yang bekerja pada biro-biro hukuminstansi
pemerintah. 7.
Dosen-dosen dan Mahasiswa-mahasiswa Fakultas Hukum. 8.
Konsultan-konsultan hukum.
46
Abdurrahman, Op. cit., hal 295.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi yang disebutkan di atas tersebut memang dapat bertindak sebagai pemberi bantuan hukum pada umumnya, tetapi apakah mereka juga yang
bertindak sebagai pemberi bantuan hukum bagi golongan miskin public defender?. Dalam hal ini, penanganan bantuan hukum kepada golongan miskin
sudah seharusnya dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional, yaitu mereka yang bukan hanya berpendidikan sarjana hukum saja tetapi menekuni pemberian
bantuan hukum sebagai pekerjaaan pokok mereka sehari-hari. Hal demikian adalah idealnya daripada program bantuan hukum bagi golongan miskin. Akan
tetapi kenyataan yang kita lihat menunjukkan tenaga-tenaga profesional sebagaimana digambarkan tersebut diatas tidak banyak jumlahnya dan
distribusinya tidak merata dari satu tempat ke tempat lain. Dengan demikian maka yang harus memegang posisi utama dalam hubungan ini adalah para Advokat
bukan hanya Advokat yang berada dibawah naungan Lembaga Bantuan Hukum LBH. Dalam perkembangannya Lembaga Bantuan Hukum Medan
memanfaatkan tenaga Paralegal untuk membantu dalam penyelesaian perkara. Secara umum, istilah Paralegal mengacu kepada orang yang bukan berlatar
belakang pendidikan hukum, tetapi melakukan pekerjaan Penasehat Hukum dan sekaligus memberikan pendidikan hukum bagi masyarakat.
47
47
Hasil Wawancara Dengan Bapak Muslim Tanjung, Wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum Medan, Medan, Pada Tanggal 22 Oktober 2009.
Istilah Paralegal juga mengacu pada orang yang bekerja sebagai pembantu para profesional hukum
seperti Advokat. Paralegal umumnya para pimpinan organisasi rakyat dan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memberikan penyadaran hukum
dan pendampingan hukum bagi masyarakat. Keberadaan Paralegal ini sangat
Universitas Sumatera Utara
membantu para pekerja bantuan hukum di Lembaga Bantuan Hukum sekaligus menjawab keterbatasan sumber daya dalam melakukan pendidikan dan
pendampingan hukum secara langsung dalam wilayah yang sangat luas. Untuk menjadi Paralegal, seseorang harus terlebih dahulu mengikuti pelatihan training.
Setelah menjadi Paralegal pun pelatihan tetap juga diperlukan, oleh karena itu ada beberapa macam pelatihan, seperti Basic Training bagi semua Paralegal;
Specialised Training bagi Paralegal yang bekerja dalam bidang tertentu; Inservice Training bagi Paralegal yang bekerja dengan Paralegal yang sudah
berpengalaman; Refreseher Training untuk meningkatkan mutu dan kapasitas Paralegal; Training for the Trainers diperuntukkan bagi Paralegal yang sudah
berpengalaman yang akan menjadi pelatih trainer bagi Paralegal yang baru. Materi pelatihan Paralegal meliputi keterampilan hukum praktis;
keterampilan konsultasi, pengetahuan dasar tentang asas-asas hukum dan hukum acara, bekerja dengan Advokat, kemampuan membuka jaringan, bekerja dalam
masyarakat dan advokasi. Satu hal yang perlu mendapat penekanan bahwa meskipun Paralegal memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang hukum,
tetapi mereka tidak mendapatkan pendidikan formal setingkat sarjana. Mereka hanya mendapatkan pelatihan dasar pengetahuan dan keterampilan hukum saja.
Selain itu Paralegal bukanlah ‘Advokat’ dalam pengertian profesioanal yang berlisensi. Oleh karena itu dalam melakukan pekerjaannya di bidang hukum,
Paralegal memiliki keterbatasan-keterbatasan, misalnya Paralegal tidak bisa beracara di pengadilan atau peradilan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tidak banyak yang tahu bahwa bantuan hukum adalah bagian dari profesi Advokat. Kewajiban membela orang miskin bagi profesi Advokat tidak terlepas
dari prinsip persamaan di depan hukum equality before the law dan hak untuk didampingi Advokat access to legal counsel yang merupakan hak asasi manusia
bagi semua orang tanpa terkecuali, termasuk fakir miskin justice for all. Namun demikian, mungkin tidak seluruh Advokat yang akan bergerak dibidang ini, akan
tetapi hanya Advokat tertentu yang diarahkan secara khusus untuk menangani persoalan pemberian bantuan hukum bagi golongan miskin. Untuk keperluan ini
maka perlu kaderisasi Advokat-Advokat muda yang militan yang sudah dipersiapkan sejak dari bangku kuliah.
B. Objek Pemberian Bantuan Hukum