Hak Lembaga Bantuan Hukum LBH Dalam Proses Peradilan Pidana

BAB IV FUNGSI DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM LBH DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

A. Hak Lembaga Bantuan Hukum LBH Dalam Proses Peradilan Pidana

Dalam Kamus Umum Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris susunan WJS. Poerwadarminta terbitan PN Balai Pustaka 1976 hak disebutkan berasal dari kata “authority” mempunyai arti mempunyai kekuasaan, “competency” mempunyai arti kecakapan; kemampuan; “right” mempunyai arti hak; adil; tepat; benar; baik; lurus; menegakkan; “property” mempunyai arti milik, punya; “truth” mempunyai arti kenyataan; keadilan, “privilege” mempunyai arti hak istimewa. 52 Dalam proses peradilan pidana Lembaga Bantuan Hukum sebagai lembaga yang berwenang memberikan bantuan hukum kepada tersangka tentunya memiliki hak. Seperti halnya Advokat yang berada pada organisasi Advokat, maka Lembaga Bantuan Hukum juga memiliki hak yang sama seperti yang terdapat dalam Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat. Dalam Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa hak mempunyai pengertian sempit dan pengertian luas. Hak dalam arti sempit, yaitu pengalokasian kekuasaan yang dilakukan secara teratur atau tuntutan kepada orang lain untuk melakukan kewajibannya. Sedangkan hak dalam pengertian luas mengandung arti pengalokasian kekuasaan yang dilakukan secara teratur atau tuntutan kepada orang lain untuk melakukan kewajibannya dengan adanya unsur kemerdekaan dan imunitas. 52 Dwi Nurdiansyah Santosa, Op. cit., hal. 44. Universitas Sumatera Utara Undang-undang ini disebutkan tentang hak seorang Advokat sebagai berikut: 53 1. Hak kebebasan dan kemandirian independence Hak kebebasan dan kemandirian independence seorang Advokat tertuang pada pasal 14 dan pasal 15, sebagai berikut : Pasal 14 : “Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perUndang-undangan.” Pasal 15 : “Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perUndang-undangan.” Kebebasan mengeluarkan pendapat adalah membuat pernyataan-pernyataan, baik secara lisan maupun tulisan dalam perkara-perkara yang menjadi tanggung jawabnya dalam sidang pengadilan sesuai kapsitasnya sebagai Advokat. Sedangkan kebebasan dalam menjalankan tugasnya adalah upaya dirinya dalam melakukan pembelaan secara hukum baik di dalam maupun di luar persidangan. Advokat bebas menentukan sikap dan langkah hukumnya selama tidak bertentangan dengan hukum. Bahkan demi kepentingan kliennya ia dapat menasihati orang yang menjadi tanggung jawabnya untuk melakukan langkah-langkah hukum lainnya demi kepentingan orang tersebut. 54 53 H. A. Sukris Sarmadi, Advokat: Litigasi Non Litigasi Pengadilan, Bandung: Mandar Maju, 2009, hal. 59-69. 54 Hasil Wawancara dengan Bapak Sugianto, staff LBH Medan, Medan, PadaTanggal 22 Oktober 2009. Dalam peradilan pidana ia memberikan nasihat hukumnya agar orang yang menjadi tanggung jawabnya tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam proses Universitas Sumatera Utara peradilan atas dirinya dan membuat langkah yang dibenarkan hukum agar orang yang menjadi tanggung jawabnya dapat memperoleh hak-haknya secara penuh dan memposisikannya pada posisi yang setimpal dengan perbuatan kejahatan atau pelanggaran yang ia lakukan. 2. Hak Imunitas Hak imunitas adalah hak kekebalan seorang Advokat dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya, bahwa ia tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana ketika menjalankan profesinya. Ini terdapat pada pasal 16 dan pasal 18 ayat 2, sebagai berikut: Pasal 16 : “Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan” Pasal 18 ayat 2 : “Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh pihak yang berwenang dan atau masyarakat” Dengan adanya hak imunitas ini menjadikan Advokat dapat leluasa membela kepentingan kliennya dalam sidang pengadilan. Selanjutnya untuk keperluan tersebut Advokat berhak untuk menghadap instansi-instansi, jawatan-jawatan, hakim-hakim, pejabat-pejabat instansi pemerintah, swasta, militer, sipil, guna kepentingan pengurusan, penyelesaian pembelaan ataupun perkara yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Hak meminta informasi Universitas Sumatera Utara Hak untuk memperoleh informasi terhadap perkara yang dihadapinya merupakan kemutlakan atas diri seseorang Advokat, baik karena kepentingan untuk menjalankan tugasnya maupun karena kepentingan hukum dari orang yang menjadi tanggung jawabnya klien. Hal ini dituangkan dalam pasal 17, sebagai berikut: Pasal 17 : “Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perUndang-undangan” Dalam hal perkara pidana dalam hal ini adalah pada tingkat pemeriksaan kepolisian, ia berhak untuk mengetahui kedudukan, tuntutan yang disangkakan terhadap kliennya dan segala berita acara yang ada di kepolisian menyangkut hubungan dengan kliennya. Pengertian informasi disini bukan hanya dalam arti lisan dan tertulis saja tetapi juga informasi langsung keadaan kliennya. Tentang hal ini sebenarnya telah disebutkan dalam Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang kitab Undang-undang hukum acara pidana KUHAP, sebagai berikut : a. Pasal 69 KUHAP yaitu: Penasehat Hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan oleh Undang-undang. b. Pasal 70 1 KUHAP yaitu: Penasehat Hukum berhak menghubungi dan berbicara dengan tersangka pada setiap tingkat pemeriksaan dan setiap waktu untuk kepentingan pembelaan perkaranya. c. Pasal 72 KUHAP yaitu: Penasehat Hukum berhak menerima turunan berita acara pemeriksaan. d. Pasal 73 KUHAP yaitu: Penasehat Hukum berhak mengirim dan Universitas Sumatera Utara menerima surat dari tersangka setiap kali dikehendaki olehnya. Selanjutnya untuk keperluan tersebut Advokat berhak untuk memperoleh informasi terhadap instansi-instansi, jawatan-jawatan, hakim-hakim, pejabat- pejabat instansi pemerintah, swasta, militer, sipil, guna kepentingan pengurusan, penyelesaian pembelaan ataupun perkara yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Hak Ingkar Advokat berhak untuk mengajukan keberatan-keberatannya dalam persidangan. Ia berhak melakukan tangkisan-tangkisan eksepsi atas perkara yang dibelanya. Dalam perkara pidana ia berhak bukan hanya melakukan eksepsi tetapi juga mengingkari, mengajukan keberatan dan menganulir segala tuntutan jaksa bahkan atas segala putusan dalam persidangan atau keberatannya karena keberatan klien sebagai terdakwa yang untuk itu mengajukan banding, kasasi dan seterusnya. 5. Hak berkedudukan sama dengan penegak hukum lainnya Dalam persidangan baik Advokat, hakim maupun penuntut umum memiliki hak yang sama dalam upaya terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil dan memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran, keadilan, dan hak asasi manusia. Dalam pasal 5 ayat 1 Undang-undang no. 18 tahun 2003, sebagai berikut : “Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perUndang-undangan” Dalam penjelasannya disebutkan : Universitas Sumatera Utara “Yang dimaksud dengan Advokat berstatus sebagai penegak hukum adalah Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan” Sedangkan dalam Kode Etik Advokat Pasal 8 huruf a dinyatakan: “Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat officium nobile dan karenanya dalam menjalankan profesinya selaku penegak hukum di pengadilan sejajar dengan Jaksa dan Hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada di bawah perlindungan hukum, Undang-undang dan kode etik ini. 6. Hak untuk melindungi dokumen dan rahasia klien Kerahasiaan klien adalah satu hal yang sangat penting dijaga, baik demi kepentingan klien itu sendiri dan hubungan dirinya dengan seorang Advokat maupun hubungannya dengan hukum. Klien biasanya telah disesuaikan untuk terbuka terhadap Advokatnya menyangkut persoalan hukum yang dimintakannya dapat diselesaikan. Demi kepentingan klien itu pula biasanya seorang Advokat membuat berbagai nasihat untuk kepentingan kliennya. Dalam pasal 19 angka 2 dinyatakan: ”Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat.” Dalam pasal 19 angka 2 di atas, perlindungan hak kerahasiaan seorang klien sangatlah diutamakan.

B. Kewajiban Lembaga Bantuan Hukum LBH Dalam Proses Peradilan Pidana

Dokumen yang terkait

Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma (Pro Bono Publico) dalam Perkara Pidana di Kota Medan Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

16 268 163

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

2 53 120

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 2 11

PENDAHULUAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 3 15

PENUTUP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 3 5

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 9

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 1

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 26

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 2

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMB

0 0 19