Perkembangan Lembaga Bantuan Hukum

7. 1997 – 2000 : Kusbianto, SH 8. 2000 – 2003 : Irham Buana Nasution, SH 9. 2003 – 2006 : Irham Buana Nasution, SH 10. 2006 – 2009 : Ikwaluddin Simatupang, SH., M.Hum 11. 2009 – 2012 : Nuriyono, SH Dari uraian diatas, tergambar sangat jelas bahwa lahirnya Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia bukan berasal dari inisiatif negara melainkan berasal dari kesadaran kolektif atas sesuatu yang timpang di masyarakat. Namun demikian pemerintah juga turut mendukung lahirnya Lembaga-lembaga Bantuan Hukum di Indonesia yang jumlahnya sekarang sudah mencapai puluhan bahkan ratusan. Tentu saja hal ini sangat menggembirakan karena hal itu berarti ada perkembangan yang meningkat dalam bantuan hukum di negara kita.

B. Perkembangan Lembaga Bantuan Hukum

Tatkala Lembaga Bantuan Hukum membukakan pintunya bagi klien-klien miskin yang berjubel, kecil alasan untuk berharap banyak kepadanya. 43 43 Hasil wawancara dengan Bapak Sugianto, staff LBH Medan, Medan, Pada Tanggal 22 Oktober 2009. Bahkan banyak orang menduga bahwa Lembaga Bantuan Hukum hanya akan bertahan paling lama lima tahun. Bantuan hukum bagi orang miskin cukup masuk akal, tetapi impian Lembaga Bantuan Hukum tentang perombakan hukum, politik dan sosial tampaknya melebihi kemampuan terbaiknya, tidak lebih meyakinkan Universitas Sumatera Utara daripada retorika perubahan pemerintah. Di luar partai politik, dan boleh jadi selain yayasan sosial dan pendidikan Islam Muhammadiyah, tidak banyak organisasi mandiri yang bertujuan mengadakan perubahan yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam sejarah modern Indonesia. Lapisan menengah sektor swasta juga terlalu kecil untuk mengadakan perubahan, perekonomian swasta pribumi terlalu lemah untuk menopangnya dan pemerintah tidak tunduk sama sekali kepada organisasi swasta yang melontarkan kritik kepada kekuasaan pemerintah. Sejak lahirnya Lembaga Bantuan Hukum, telah berhasil tidak saja dalam mendorong dan mempopulerkan gagasan dan konsep bantuan hukum kepada masyarakat, akan tetapi juga melalui aktivitasnya dan keberhasilannya ia telah menjadi terkenal dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Lembaga Bantuan Hukum telah berkembang tidak saja dalam jumlah perkara yang ditanganinya, tetapi juga dalam mengusahakan berbagai program aksi yang sesuai dengan sifat dan ruang lingkup Lembaga Bantuan Hukum yang luas. 44 Selama pertumbuhan dan perkembangannya yang cepat, Lembaga Bantuan Hukum sering harus berhadapan dengan penguasa, yang merasa dipermalukan karena Lembaga Bantuan Hukum bersedia menangani perkara- perkara yang kontroversial. Secara sengaja ataupun tidak, kepentingan pembelaan perkara menempatkan Lembaga Bantuan Hukum kedudukan yang konfrontatif dengan penguasa. Dalam dekade awal pembentukannya, dikarenakan bertambah populernya gagasan dan konsep bantuan hukum serta tanggapan masyarakat 44 Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Bantuan Hukum: Akses Masyarakat Marginal Terhadap Keadilan, Jakarta, LBH Jakarta, 2007 hal. 16. Universitas Sumatera Utara terutama di daerah, maka berdirilah lembaga-lembaga lain yang memberi pelayanan bantuan hukum yang sama. Lembaga Bantuan Hukum yang bernaung dibawah LBHYLBHI sendiri setelah awal pertama kalinya didirikan di Jakarta kemudian berkembang hampir di seluruh Indonesia. Sampai saat ini ada 15 kantor Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia mulai dari Aceh, Medan, Padang, Pakanbaru, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogya, Surabaya, Bali, Ujung Pandang, Manado dan Bali. Menginjak usia ke-25, Daniel S Lev, sempat menyatakan, pada saat berdiri tahun 1970, banyak orang menduga bahwa Lembaga Bantuan Hukum hanya akan bertahan paling lama lima tahun. Menurut Lev, kemampuan Lembaga Bantuan Hukum tetap tegar berdiri selama 25 tahun sungguh diluar dugaan. Kini Lembaga Bantuan Hukum sudah memasuki 36 tahun, per 28 Oktober 2006. Akronim atau singkatan Lembaga Bantuan Hukum dapat dikatakan sudah menjadi singkatan yang diketahui masyarakat luas. Nomor telepon Lembaga Bantuan Hukum diberbagai provinsi, menjadi salah satu nomor telepon penting dalam Yellow Pages, buku petunjuk penggunaan telepon terbitan Telkom. Kantor Lembaga Bantuan Hukum dipersamakan dengan kantor polisi atau kantor pemadam kebakaran, penting bagi masyarakat untuk menyimpan atau mengetahui nomor teleponnya, untuk sewaktu-waktu bisa menghubungi. Demikian juga, akronim Lembaga Bantuan Hukum telah dimuat dalam Kamus Bahasa Indonesia – Bahasa Inggris. Menunjukkan singkatan Lembaga Bantuan Hukum telah menjadi akronim sehari-hari. Bahkan dalam fora regional Universitas Sumatera Utara dan internasional, pelafalan el-be-ha LBH telah dikenal luas, selain pelafalan el- bie-eic LBH, dalam abjad bahasa Inggris. Tidak hanya ditingkat domestik, Lembaga Bantuan Hukum juga dirujuk oleh publikasi regional dan internasional, sebagai salah satu lembaga penting yang memberikan pelayanan bantuan hukum, dan kerja hak asasi manusia. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan Lembaga Bantuan Hukum hingga hari ini terus kokoh berdiri, diantaranya: 45 1. Lembaga Bantuan Hukum Memiliki Karakter dan Ciri Khas Ketika konsep pendirian Lembaga Bantuan Hukum dipresentasikan pada tahun 1970, kehadirannya tidak semata-mata menjalankan profesinya sebagai mata pencaharian belaka atau kemuliaan semata-mata, melainkan berbarengan dengan itu sadar dan berperan dalam perjuangan memerdekakan bangsanya dari penjajahan dan penindasan kekuasaan kolonial. Jika diselami, semangat kepeloporan dan kerja keras tanpa memikirkan upah inilah yang terus menular hingga sekarang ini dan menjadi karakter dan ciri khas Lembaga Bantuan Hukum. Karakter dan ciri khas Lembaga Bantuan Hukum banyak dipengaruhi oleh para pendiri dan tokoh masyarakat yang terpandang pada awal-awal pendiriannya seperti: Lukman Wiriadinata, Yap Thiam Hiem, Suardi Tasrif, Iskak, Suyudi, dan Sastro Mulyono. 2. Dukungan Intelektual organik di masanya Ada banyak akademisi yang berpengaruh dalam membentuk aktivis Lembaga Bantuan Hukum dalam mengembangkan sekaligus menafsirkan bantuan 45 http:apatra.blogspot.com200811bantuan-hukum-indonesia-mengurai_04 html. diakses pada tanggal 21 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara hukum struktural. Diantaranya: Paul Moedigdo, Soetandyo Wignjosoebroto, Satjipto Rahardjo dan juga Daniel S. Lev. Para aktivis dan akademisi itulah yang banyak menopang secara teoritik dan memberikan landasan pengetahuan bagi aktivis Lembaga Bantuan Hukum. Jika diamati, masing-masing Lembaga Bantuan Hukum mempunyai akademisi penopang intelektual dan pengetahuan para Advokat dan aktivisnya. Lembaga Bantuan Hukum Surabaya dengan Soetandyo Wignjosoebroto dan Suwoto Mulyosudarmo. Lembaga Bantuan Hukum Semarang dengan Satjipto Rahardjo. Lembaga Bantuan Hukum Bandung dengan Goenawan Wiradi. Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta dengan Ichlasul Amal. Sementara untuk Lembaga Bantuan Hukum Medan tercatat akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu Mariam Darus dan M. Solly Lubis yang banyak mendukung kegiatan Lembaga Bantuan Hukum di era 1980-an dan awal 1990-an. 3. Kepercayaan dan legitimasi dari Masyarakat Kepercayaan dan legitimasi yang datang dari masyarakat memperkokoh keberadaan dan kelembagaan Lembaga Bantuan Hukum sebagai sebuah lembaga. Perhatian dari semua pihak serta dukungannya membuat Lembaga Bantuan Hukum mampu bertahan dan diharapkan terus berkiprah memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin, kelompok marginal dan dimarginalkan. Prinsip membela tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, suku, etnis, asal-usul, agama, keyakinan politik adalah prinsip yang harus dipertahankan agar kepercayaan dan legitimasi masyarakat terus Universitas Sumatera Utara diperoleh. Di awal berdirinya Lembaga Bantuan Hukum, sejumlah kasus yang dapat mewakili keyakinan pembelaan semacam itu antara lain ditunjukkan oleh para Advokat publik Lembaga Bantuan Hukum: pembelaan para terdakwa yang dituduh terlibat G-30-SPKI, kasus sengketa tanah Halim Perdana Kusumah antara sekitar 500 kepala keluarga dengan Angkatan Udara Republik Indonesia seluas 1000 ha, pembelaan terhadap Jenderal H.R Dharsono dan Hariman Siregar dalam kasus Malari 1974. Di era Orde Baru, sejumlah kasus besar yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum antara lain: pembelaan terhadap sejumlah aktivis pro-demokrasi, termasuk wartawanjurnalis yang dituduh subversif di berbagai kota besar di Indonesia. Di Era Millennium kasus yang mengemuka yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum antara lain: kasus Abu Bakar Ba’asyir dan para aktivis muslim yang ditangkap sewenang-wenang disejumlah tempat pada tahun 2004. Pembelaan terhadap kasus kebebasan beragama terhadap Ahmaddiyah dan Lia Eden. 4. Transparansi dan Akuntabilitas Sejak awal berdirinya Lembaga Bantuan Hukum, tradisi penerbitan laporan keuangan sudah dilakukan. Pada tahun 2003 Lembaga Bantuan Hukum YLBHI menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat pertama yang mempublikasikan laporan keuangannya di 5 surat kabar nasional termasuk harian berbahasa Inggris. 5. Dukungan Pendanaan Bagi Aktivitas dan Operasional Bantuan Hukum Universitas Sumatera Utara Hingga saat ini, keberadaan dan keberlanjutan Lembaga Bantuan Hukum tidak lain karena dukungan pendanaan yang di dapat dari 4 sumber utama: dana dari internal lembaga berupa sumbangan dari dewan Pembina dan badan-badan pengurus Lembaga Bantuan Hukum, dana sumbangan masyarakat, alokasi anggaran dari pemerintah daerah dan pendanaan dari lembaga dana internasional.

C. Data Penanganan dan Penyelesaian Perkara Pidana Oleh LBH Medan Selama Tahun 2007-2010

Dokumen yang terkait

Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma (Pro Bono Publico) dalam Perkara Pidana di Kota Medan Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

16 268 163

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

2 53 120

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 2 11

PENDAHULUAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 3 15

PENUTUP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 3 5

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 9

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 1

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 26

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 2

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMB

0 0 19