Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta

(1)

DI SMP NEGERI 264 JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

LAILATUL MAHMUDAH

NIM : 107011000151

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Kata Kunci : Media Komik, Pencapaian Kompetensi Pembelajaran

Media komik adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman antara pendidik dan peserta didik berupa cerita dalam bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu rentetan cerita yang dibuat dan dilengkapi dengan balon-balon kata sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.

Penelitian skripsi ini ingin mengetahui keefektifan penggunaan media komik dalam pencapaian kompetensi pembelajaran SKI pada materi Sejarah Nabi Muhammad Pada

Masa Pengasuhan Halimah Sa’diyah. Jenis penelitian yang digunakan adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media komik dapat digunakan secara efektif dalam mencapai kompetensi pembelajaran SKI pada materi Sejarah Nabi Muhammad Pada Masa Pengasuhan Halimah Sa’diyah. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan pencapaian kompetensi dari tiap siklus yang dilakukan oleh peneliti dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 70 pada prasiklus siswa yang lulus mencapai 40,62%, pada siklus 1 siswa yang mencapai KKM sebesar meningkat menjadi 71,87%, dan pada siklus ke II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu siswa yang mencapai KKM sebesar 100%.


(6)

ii

Segala puji hanya milik Allah SWT, kepada-Nya semua makhluk tunduk atas kekuasaan-Nya. Dengan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan untuk baginda nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun tenaga, waktu dan pikiran telah diperjuangkan demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Karya ini penulis persembahkan dengan setulus hati untuk orang tua tercinta dan keluarga kecilku, yang selama ini mengisi hari-hari penulis serta selalu mendoakan penulis. Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Nurlena, MA, Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Trbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan-kebijakan yang dibuat selalu mengarah pada kontinuitas eksistensi mahasiswanya

3. Ibu Marhamah Saleh Lc, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan gama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas pelayanan terbaik yang telah diberikan kepada mahasiswanya.

4. Bapak Drs. Rusdi Jamil, MA. Selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala waktu, nasehat dan bimbingannya kepada penulis.


(7)

iii

6. Seluruh dosen dan staff karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada khususnya, yang telah memberikan ilmu dan bimbingan melalui pengajaran dan diskusi yang berkaitan dengan skripsi ini.

7. Penghormatan tulus serta salam cinta dan sayang untuk orang tua, Abi H. Abdurrahman (Alm), semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang paling baik di sisi-Nya, walaupun abi telah tenang di sana, do’amu slalu menyertai langkahku, dan ummi Hj. Khairiyah yang telah dengan tulus ikhlas menuntun, mendidik dan mencurahkan kasih sayangnya serta tanpa lelah memberikan

bantuan moriil, material, semangat dan kekuatan do’a untuk anak tercintanya.

Semoga Allah slalu meridhai jalan hidup mu dunia akhirat.

8. Suami ku Afrizal Muslim yang telah mencurahkan rasa cinta dan sayangnya

kepada penulis, serta dukungan dan semangat serta do’a yang tak henti -hentinya, semoga Allah selalu meridhai hidup mu.

9. Dede bayi yang saat ini masih ada dalam kandungan, karena mu bunda jadi semangat menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah slalu melindungi mu dan menjadikan mu anak yang dapat membawa kebaikan bagi ayah dan bunda dunia dan akhirat.

10.Keluarga besar El-Rahman yang telah dengan tulus memberikan kasih sayang, semangat dan doa kepada penulis.

11.Keluarga besar H. Munjih (mertua), yang telah menjadi keluarga kedua bagi penulis.

12.Teman-teman tercinta dan seperjuangan dalam menuntut ilmu ; kelas PAI A, Peminatan PAI Sejarah, Kelompok PPKT di SMP Negeri 87 Jakarta, kebersamaan dengan kalian selalu menjadi kenangan terindah

13.Golden Friends (Nuzulia Apriliani, S. Pd. I, Ahmad Hubbudin, S. Pd. I , Ahmad syarif, S. Pd. I, Lia Widyawati, dan Ahmad Farhan), persahabatan bersama kalian adalah yang terindah.


(8)

iv

Rofiqoh, S. Pd. I) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca, semoga Allah SWT meridhai dan dicatat sebagai amal ibadah di sisi-Nya.

Jakarta, 09 Februari 2014

Penulis


(9)

v

PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

...

i

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI

...

v

DAFTAR TABEL

... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusuan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Efektivitas ... 7

2. Hakikat Media Pembelajaran ... 9

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 9

b. Fungsi Media Pembelajaran ... 10

c. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran ... 13

3. Hakikat Media Komik a) Pengertian Komik ... 13

b) Sejarah Komik ... 14

c) Unsur-unsur Komik ... 15

d) Macam-macam Komik ... 17


(10)

vi

5. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

C. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian dan Siklus Penelitian ... 24

1. Metode Penelitian ... 24

2. Siklus Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 28

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 28

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32

G. Sumber Data ... 32

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

I. Teknik Pengumpulan Data ... 33

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 33

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 34

1. Teknik Skoring ... 34

2. Teknik Pengambilan Kesimpulan ... 35

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 35

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

B. Analisis Data ... 36


(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(12)

viii

Tabel 4.3 Daftar Nilai Prasiklus Terendah sampai tertinggi ……. 40 Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Prasiklus ……. 41 Tabel 4.5 Jadwal Siklus Penelitian Tindakan Kelas ………. 43 Tabel 4.6 Tahapan Kegiatan Pembelajaran Siklus I ………. 44 Tabel 4.7 Daftar Nilai Perolehan Individu Siklus I ………. 46 Tabel 4.8 Daftar Nilai Siklus I Terendah sampai tertinggi ……. 48 Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus I ……. 49 Tabel 4. 10 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus I ……. 51 Tabel 4. 11 Tahapan Kegiatan Pembelajaran Siklus II ………. 53 Tabel 4. 12 Daftar Nilai Perolehan Individu Siklus II ………. 55 Tabel 4. 13 Daftar Nilai Siklus II Terendah sampai tertinggi ……. 57 Tabel 4. 14 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus II ……. 59 Tabel 4. 15 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus II ……. 60 Tabel 4. 16 Perolehan Nilai Hasil Pencapaian Kompetensi

Pembelajaran SKI Pada Prasiklus Sampai


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan suatu proses komunikasi. Dalam kegiatan belajar mengajar terjalin komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Dimana pendidik sebagai komunikator yang memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta didik yang dalam hal ini berperan sebagai komunikan.

Dalam komunikasi antara pendidik dan peserta didik sering menemui hambatan-hambatan dalam memahami apa yang dilihat, didengar, dibaca, dan diamati, sehingga komunikasi tidak berjalan secara efektif dan efisien.

Komunikasi yang tidak berjalan secara efektif dan efisien antara lain disebabkan oleh verbalisme (guru menerangkan hanya secara lisan atau melalui kata-kata), perhatian yang bercabang, kekacauan penafsiran, tidak adanya tanggapan secara aktif, kurangnya perhatian dari peserta didik, keadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, dan sikap pasif anak didik.1

Agar komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien, maka guru harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yakni dengan menyiapkan dan mengadakan media pembelajaran sebagai sumber-sumber belajar selain dirinya, yang dijadikan stimulus dan direspon oleh peserta didik sehingga pengalamannya bertambah.

1

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h. 6


(14)

Media pembelajaran yang disiapkan dan diadakan oleh pendidik haruslah bernilai guna dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan mempertimbangkan segala kelebihan dan kekurangan dari media yang akan digunakan.

Media dalam konteks pembelajaran adalah bahasanya guru. Bahasa guru tersebut dalam proses pembelajaran tersebut dapat secara verbal maupun non-verbal. Bahasa verbal adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan satu kata atau lebih, bahasa non-verbal adalah semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang biasa digunakan.2

Arsyad menyatakan bahwa selain dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Dalam hal ini, pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi salah satu pelajaran yang penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan media. Sejarah Kebudayaan Islam sebagai pelajaran agama, seharusnya dapat diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Agar pelajaran SKI berlangsung baik, maka harus menggunakan media yang relevan dengan materi yang diajarkan. Pelajaran SKI di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat penting dalam pembentukan akhlak, cara berfikir, dan kepribadian siswa, agar pelajaran ini dapat diserap oleh siswa secara efektif maka dalam penyampaiannya tidak cukup hanya dengan penjelasan guru saja, karena itu penggunaan media sangat membantu siswa dalam menerima pelajaran.

Agar tercipta proses pembelajaran SKI yang efektif dan efisien, maka penggunaan media pembelajaran sangat berperan dalam penyampaian materi pelajaran SKI, salah satunya adalah dengan menggunakan media komik.

Menurut Masdiono, “Komik merupakan bagian rangkaian gambar yang menceritakan suatu kisah”.3

2

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), h. 9

3


(15)

Kenapa penulis lebih memilih media komik dalam pembelajaran SKI?, karena komik merupakan bacaan yang dikenal oleh hampir semua orang, mulai dari anak sampai dengan orang dewasa. Di kalangan anak-anak, komik sudah tidak asing lagi bahkan dapat dikatakan bahwa anak-anak lebih senang membaca komik dibandingkan dengan buku pelajaran agama.

Bagi anak-anak kegiatan membaca komik dan cerita bergambar merupakan kegiatan yang sangat menghibur dan menyenangkan. Dengan gambar-gambar yang atraktif, berwarna, dengan format sampul yang menarik dan bagus sehingga dilihat dari penampilannya saja, anak sudah mulai tertarik untuk melihat dan segera membaca komik tersebut.4

Kondisi di atas menggambarkan bahwa komik sudah begitu dikenal dan disukai di kalangan anak-anak. Akan tetapi, sayangnya komik yang ada dan beredar saat ini sebagian besar hanya sebagai hiburan semata, tanpa ada unsur edukasi yang ada di dalamnya. Komik yang ada saat ini hanya memuat tentang kehidupan sosial dan pendidikan moral. Untuk itu perlu adanya sebuah inovasi baru, dimana sebuah komik tidak hanya sebagai media penghibur, akan tetapi dapat juga difungsikan sebagai media pembelajaran yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau nilai-nilai agama.

Atas dasar pemikiran itulah, untuk melihat bagaimana efek atau pengaruh dari penggunaan media komik dalam pencapaian kompetensi pembelajaran SKI, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Komik Terhadap Pencapaian

Kompetensi Pembelajaran SKI di SMP Negeri 264 Jakarta”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Adanya siswa yang kurang suka dengan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang peneliti lakukan sebelum melaksanankan penelitian, peserta didik tidak semangat dalam belajar.

4

Rahma Sugiharta, Perilaku dan Kebiasaan Anak Gemar Membaca, Prisma No. 2, 1997, h. 43


(16)

2. Banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran SKI adalah pelajaran yang membosankan, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada 32 peserta didik, setidaknya 27 peserta didik menyatakan bahwa SKI adalah pelajaran yang membosankan dan tidak menyenangkan

3. Kurang variatifnya proses pembelajaran yang berlangsung dalam kelas. Selama peneliti melaksanakan observasi, guru hanya mengajar dengan menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media apapun.

4. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menguasai materi sejarah kebudayaan islam, hal ini dapat diketahui dari nilai hasil belajar siswa berdasarkan data dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama islam.

5. Penggunaan media komik secara efektif dapat meningkatkan pencapaian kompetensi pembelajaran SKI.

C.

Pembatasan Masalah

Dari berbagai identifikasi masalah di atas, peneliti sangat menyadari bahwa dalam melakukan penelitian, peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian, baik dari segi waktu, biaya, dan tenaga. Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka peneliti membatasi permasalahan pada efektifitas penggunaan media komik terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran SKI, dengan rincian sebagai berikut :

1. Efektifitas penggunaan media komik terhadap pembelajaran SKI terbatas pada keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Materi dalam penelitian ini adalah sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

3. Media komik yang digunakan terbatas pada komik didaktik (pendidikan) 4. Pencapaian kompetensi siswa terbatas pada pemahaman (understanding) 5. Siswa yang diteliti yaitu kelas VII-A SMPN 264 Jakarta


(17)

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media komik terhadap materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan

Halimah Sa’diyah?

2. Adakah perbedaan hasil belajar SKI pada materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah dalam pembelajaran SKI pada fase pratindakan dengan hasil setelah diadakan tindakan?

3. Bagaimana tingkat efektivitas penggunaan medi komik pada pembelajaran SKI pada materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan

Halimah Sa’diyah?

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai penggunaan media komik pada pembelajaran SKI di SMPN 264 Jakarta, dengan rincian sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh informasi tentang penguasaan peserta didik terhadap materi sejarah Nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah dalam pembelajaran SKI

2. Untuk memperoleh informasi tentang efektifitas penggunaan media komik dalam pembelajaran SKI terhadap penguasaan materi sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain : 1. Bagi Departemen Pendidikan Agama

Sebagai informasi bagi Departemen Pendidikan Agama dalam usaha meningkatkan kualitas dan tujuan pendidikan agama islam, khususnya pada mata pelajaran SKI.


(18)

2. Bagi Instansi Sekolah atau Madrasah

Sebagai sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sekolah, pada kegiatan belajar mengajar menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.

3. Bagi Tenaga Pendidik (Guru)

Menjadi motivasi dalam melaksanakan tugas pendidik sehingga terus mengembangkan dan mengkombinasikan dengan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sebagai bahan integral dalam proses pembelajaran untuk keberhasilan dalam mencapai kompetensi pembelajaran SKI.


(19)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoretik

1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, ada efeknya, pengaruhnya, akibatnya, atau kesannya.5

Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengalaman belajar 10% diambil dari apa yang didengar, 20% dari yang kita baca, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita kihat dan dengar, 70% dari yang kita katakan dan lakukan.

Susilo dan Kasihadi mengatakan bahwa dalam bidang pendidikan,

efektif dapat ditinjau dari dua segi, yaitu “segi efektif mengajar guru dan segi efektif belajar murid. Efekif mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektif belajar murid terutama menyangkut tujtuan-tujuan pelajaran yang diinginkan melalui kegiatan belajar mengajar

yang ditempuh”.6

Efektifitas pembelajaran banyak bergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan siswa itu sendiri, baik individu maupun kelompok.

Gibs dan Mulyasa menyatakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya yaitu:

5

Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 2003, h. 284

6

Madyo E. Susilo, R. B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effhar Offset, 1990), cet, ke-1, h. 63


(20)

a. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut

b. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah

c. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter

e. Melibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.7

Menurut Djamarah ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu : Istimewa/maksimal, baik sekali/optimal, baik/minimal, dan kurang. Kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Istimewa/maksimal : apanila seluruh (100%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa

3. Baik/minimal : apabila hanya (60% - 75%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa

4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa.8

Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki efektivitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan”.9

7

http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/12/efektivitas-pembelajaran-430156.html, diakses pada tanggal 12 Desember 2012

8

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi belajar mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h. 121

9

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008), cet. ke-XI, h. 8


(21)

Menurut Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan “media yaitu segala bentuk yang

dipergunakan untuk suatu penyaluran informasi”. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan “media sebagai benda

yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar

mengajar dan dapat mempengaruhi efektivitas program instruksional”.10

Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang siswa untuk belajar, misalnya : buku, film, kaset, dan film bingkai.11

Menurut Donald P. Ely dan Vernon I. Gerlach pengertian media ada dua bagian yaitu arti sempit dan arti luas. Arti sempit, bahwa media berwujud grafik, foto, alat mekanik, dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses, serta menyampaikan informasi. Dalam arti luas, media adalah kegiatan yang menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.12

Dalam kegiatan belajar mengajar, media dapat diartikan sebagai sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah.13

Menurut Ade Kosnandar, “Penggunaan media dalam

pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk memahami apa yang dipelajarinya, menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi belajar, mengurangi kesalah pahaman, informasi yang disampaikan menjadi lebih konsisten, sehingga apa yang dipelajari siswa dapat lebih melekat dalam struktur kognitifnya, dan dapat mencapai hasil

10

Asnawir dan Basyirudin Usman. op.cit., h. 11

11

Arief S. Sadiman, dkk. loc.cit.

12

Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), cet. Ke-1, h. 2

13


(22)

belajar seperti yang diharapkan dibandingkan dengan tanpa

menggunakan media”.14

Dari beberapa definisi media yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman antara pendidik dan peserta didik berupa alat-alat atau benda-benda fisik yang dapat digunakan sebagai sarana untuk merangsang perasaan, fikiran, minat, dan motivasi peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Pada dasarnya, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Dimana dalam fungsi ini media sebagai pengganti pendidik, menyalurkan, menyampaikan informasi dan menghubungkan antara pendidik dan peserta didik.

Media berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami.

Dalam surah Al-„Alaq ayat 3-5 dijelaskan bahwa media memiliki peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai berikut :

ـقإ

ا . ا ــك اا كــب و أ ــ

ناــســنإا ـّــ ـــع . ــقلاــب ــ ــع ي ل

ــعــــي ـلاــ

Artinya : “ Bacalah dan Tuhan mu lah yang Maha Pemurah. Yang

mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-„Alaq : 3-5)

14Ade Kosnandar, “Guru dan Media Pembelajaran” Jurnal Teknodik

No. 13 Tahun VII, Desember 2003, h. 77


(23)

Dari beberapa ayat di atas, dapat kita lihat bahwa Allah menjelaskan dalam proses pembelajaran atau proses pentransferan pengetahuan kepada manusia dari yang semula tidak tahu menjadi tahu, itu menggunakan perantara berupa pena. Menurut tafsir, pena di sini yang dimaksud adalah baca dan tulis.15

Secara tidak langsung Allah mengisyaratkan bahwa Allah akan memberikan pengetahuan kepada manusia, akan tetapi itu tidak langsung terjadi begitu saja, tidak mungkin Allah tiba-tiba mentransferkan pengetahuan langsung ke otak kita. Akan tetapi, Allah memberikan pengetahuan kepada kita melalui perantara.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Allah juga mengisyaratkan bahwa penggunaan media itu memang penting dalam proses pembelajaran.

Menurut Asnawir dan Basyirudin Usman, media pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa/mahasiswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru/dosen

2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak menjadi konkrit)

3) Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan)

4) Semua indra murid dapat diaktifkan, sehingga kelemahan satu indra dapat diimbangi oleh kekuatan indra lainnya.

5) Dapat membangkitkan dunia teori dan realitanya.16

Menurut Arief Sadiman, dkk, Media pendidikan memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.

15

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol. 15. (Jakarta : Lentera Hati, 2000), h. 327

16


(24)

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berfungsi :

a) Menimbulkan gairah belajar

b) Memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan

c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4) Mengatasi masalah perbedaan latar belakang dan lingkungan antara pendidik dengan peserta didik, dalam hal ini media berfungsi : a) Memberikan perangsang yang sama

b) Mempersamakan pengalaman c) Menimbulkan persepsi yang sama.17

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi media adalah : (a) mempermudah peserta didik untuk belajar dan mempermudah guru dalam mengajar, (b) mempermudah peserta didik dalam memahami hal-hal yang abstrak, (c) membantu meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik, (d) memberikan pengalaman yang nyata kepada peserta didik.

c. Ciri-ciri Umum Media Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik, ciri-ciri umum media pembelajaran adalah :

1) Media pendidikan merupakan benda-benda yang dapat diamati oleh panca indera

2) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis, sehingga perbedaan persepsi antar peserta didik pada suatu informasi dapat diperkecil.

3) Media pendidikan merupakan alat bantu belajar yang dapat digunakan baik di dalam maupun di luar kelas.

17


(25)

4) Media pendidikan digunakan untuk memperlancar komunikasi antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.18

Dalam buku Yudhi Munadi disebutkan bahwa ciri-ciri umum media pembelajaran adalah media mampu merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksikan, dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek.19

3. Hakikat Media Komik a) Pengertian Komik

Kata komik berasal dari Bahasa Perancis yaitu Comique, sebagai kata sifat artinya lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya pelawak atau badut. Komik yang diterbitkan dalam bentuk buku disebut comic book, tapi secara umum seluruhnya disebut komik.20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komik adalah cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu.21

Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Media Pengajaran, definisi komik adalah sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca.22

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, komik adalah cerita serial bergambar yang merupakan perpaduan seni gambar dan seni sastra, gambar-gambar dalam komik umumnya dilengkapi dengan

18

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11

19

Munadi, op. cit., h. 36

20

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 1997), h. 54

21

Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 452

22

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2011), cet. IX, h. 64


(26)

balon-balon kata dan kadang disertai dengan narasi sebagai penjelasan.23

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian komik adalah cerita dalam bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu rentetan cerita yang dibuat dan dilengkapi dengan balon-balon kata yang bersifat lucu dan menghibur, biasanya terdapat dalam majalah, surat kabar, atau dibuat dalam bentuk buku.

Dengan sifat komik yang lucu dan menghibur serta mudah dicerna dan difahami, maka komik akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai media pembelajaran bagi seorang guru untuk menyampaikan berbagai informasi atau gagasan yang terkait dengan bahan ajar kepada peserta didiknya di kelas.

b) Sejarah Komik

Walaupun komik telah menjadi bahan bacaan yang merata di seluruh dunia dan penggemarnya boleh dikatakan berada pada semua tingkat usia, tapi jarang sekali orang yang mengetahui kapan komik untuk pertama kali diciptakan atau kapan mula adanya komik.

Budaya komik dimulai sejak zaman prasejarah, pada waktu itu orang prasejarah membuat gambar di gua-gua, termasuk juga huruf mesir kuno. Adapun komik yang dikenal sekarang mula-mula berkembang di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 897, komik Amerika lebih banyak menceritakan tentang superhero, pahlawan antariksa, dan tema sains fisika. Sedangkan komik Eropa lebih berbentuk petualangan dan humor.

Sedangkan di Indonesia, cerita gambar dijumpai di Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Pada dinding lima diantara sepuluh tingkat borobudur terdapat rangkaian ukiran gambar timbul 1300 panel berisi kisah manusia sejak kelahiran sampai kematian. Sedangkan di

23


(27)

Prambanan, pada dinding tiga di antara candi-candi terukir rangkaian gambar timbul tentang kisah Ramayana dan Kresnayana.

Pada akhir tahun 1960-an, eksistensi komik semakin mendapat perhatian seperti ditunjukkan dengan pembuatan film berdasarkan komik. Si Buta dari Gua Hantu adalah komik pertama di Indonesia yang difilmkan. Tahun 1970-an dan berlanjut ke tahun 1980-an merupakan masa subur bagi pemasaran komik-komik luar negeri yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Komik-komik tersebut umunya berasal dari Amerika Serikat, beberapa negara Eropa, serta dari Jepang.24

Penelitian terhadap sejumlah komik telah menunjukkan bahwa buku-buku komik dibaca oleh anak-anak ditingkat menengah dan hampir setengahnya dari siswa SMA, dan dibaca oleh kira-kira 1/3 dari penduduk Amerika, antara umur 18 dan 30 tahun. Oleh para siswa SMP dan SMA buku komik hanya dibaca sesekali. Penyelidikan ini membuktikan bahwa komik telah memberi pengaruh yang besar dalam kehidupan para remaja dan para orang tua.25

c) Unsur-unsur Komik

Toni Masdiono dalam bukunya yang berjudul 14 Jurus Membuat Komik membagi unsur-unsur komik atas halaman pembuka dan halaman isi. Pada halaman pembuka biasanya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Judul, biasanya diambil dari tema cerita ang diangkat atau sang tokoh utama. Ukuan huruf dibuat capital dan besar serta berwarna mencolok, sehingga mudah dibaca oleh pembaca.

2. Credit, merupakan berbagai keterangan mengenai tim pembuat komik tersebut seperti nama pegarang, penggambar pensil, dan pengisi warna.

24

Ibid.

25


(28)

3. Indica, merupakan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penerbit dan waktu terbitnya hingga pemegang hak cipta atas komik tersebut.

Sedangkan unsur-unsur yang terdapat pada halaman isi adalah sebagai berikut :

1. Panel, berfungsi sebagai ruang tempat diletakkannya gambar-gambar sehingga akan tercipta suatu alur cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca. Agar komik dapat tampil menarik dan sesuai dengan alur, maka peralihan antara satu panel dengan panel lainnya harus mampu menuntun alur cerita yang dibawa. 2. Gang, berfungsi sebagai ruang waktu yang menjembatani antara

satu panel dengan panel lainnya. Melalui gang inilah imajinasi pembaca mengambil dua gambar yang terpisah dan mengubahnya menjadi gagasan.

3. Narasi, merupakan keterangan-keterangan yang menjelaskan dialog suatu percakapan, waktu maupun tempat dan kejadian. Karena itulah narasi pada komik cukup penting peranannya. 4. Balon kata dan efek suara, merupakan suatu lambing yang

mengekspresikan suara dialog suatu percakapan. Dalam balon kata dan efek suara biasanya digunakan variasi bentuk huruf yang sering disesuaikan dengan bunyi-bunyi non verbal.26

d) Macam-macam Komik

Komik sebagai media massa hadir dengan berbagai jenis dan materi sesuai dengan kebutuhan khalayak atau konsumen. Dalam hal ini, untuk komik Indonesia Marcel Boneff membaginya ke dalam berbagai jenis komik, yaitu:

1. Komik wayang

Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis asli komik Indonesia. Lakon pokok (karakter utama) komik wayang adalah

26


(29)

hasil tradisi lama yang hadir dari sumber hindu, yang kemudian diolah dan diperkaya dengan unsure lokal, beberapa diantaranya berasal dari kesusastraan jawa kuno, seperti Mahabarata dan Ramayana

2. Komik silat

Komik silat atau pencak berarti teknik bela diri, sebagaimana karate dari Jepang, atau kun tao dari Cina. Komik silat ini banyak mengambil ilham dari seni bela diri dan juga legenda-legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan pengalaman petualangan para pendekar dalam membela kebenaran dan memerangi kejahatan, dan kebaikanlah yang akan memenangkannya.

3. Komik humor

Komik humor dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang lucu dan membuat pembacanya tertawa. Baik karakter tokoh yang biasanya digambarkan dengan fisik yang lucu atau jenaka maupun tema yang diangkat, dan dengan memanfaatkan banyak segi anekdotis, komik humor langsung menyentuh kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan orang untuk memahaminya.

4. Komik roman remaja

Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendiri selalu berarti kisah cinta, dan kata remaja digunakan untuk menunjukkan bahwa komik ini ditujukan untuk kaum muda, dimana ceritanya tentu saja romantic. Adapun sumber ilhamnya bermacam-macam. Tema yang diambil pun berkisar tentang kehidupan kaum muda dan liku-liku kehidupannya.

5. Komik didaktis

Komik didaktis merujuk pada komik yang bermaterikan ideologi, ajaran-ajaran agama, kisah-kisah perjuangan tokoh dan materi-materi lainnya yang memiliki nilai-nilai pendidikan bagi para pembacanya. Komik jenis ini memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu


(30)

fungsi hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk tujuan edukatif (pendidikan).27

Komik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis komik didaktis, yaitu komik-komik yang berisikan ajaran-ajaran agama, nilai-niali pendidikan dan materi pembelajaran, dimana jenis komik ini adalah yang paling cocok digunakan sebagai media pembelajaran SKI.

e) Komik Sebagai Media Pembelajaran

Merupakan tugas guru untuk menyediakan suasana yang menyenangkan selama proses belajar. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan komik sebagai media pembelajaran.

Mengapa komik? Karena anak- anak, sebagaimana orang dewasa juga, menyukai komik. Oleh karena itu, jika media yang menyenangkan ini dipakai dalam proses pembelajaran, ia akan membawa suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. Jika siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran itu. Keterlibatan secara total ini penting untuk melahirkan hasil akhir yang sukses.

Sebenarnya, komik telah lama digunakan sebagai media pembelajaran. Robert Thorndike bekerja sama dengan DC Comics dan Harold Downes menciptakan buku latihan bahasa yang menggunakan gambar-gambar Superman (Sones, 1944). Para pendidik di Amerika juga menciptakan komik yang mendukung kurikulum pendidikan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Orang-orang mulai percaya bahwa komik telah berperan dalam menciptakan kenakalan remaja. Yang lain percaya bahwa komik menghalangi minat baca, imajinasi, dan menyebabkan iritasi mata (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995). Komik

27

Marcel Boneff, Komik Indonesia, (Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2008), h. 104-135


(31)

juga dituduh sebagai musuh dari membaca serius (Dorrell, Curtis, & Rampal, 1995). Karena asumsi-asumsi negatif ini, komik tidak lagi ditemukan di ruang pembelajaran. Kondisi ini berlanjut sampai 1970an.

Beberapa tahun kemudian, komik akhirnya mendapat tempat di dunia pendidikan. Neil William mengganti buku ESLnya yang masih tradisional dengan komik Calvin and Hobbes untuk mengajar di American Language Institute of New York University (1995). Dan banyak pustakawan yang percaya bahwa komik dapat mengalihkan perhatian pelajar dari televisi dan video games.28

Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pembelajaran sebaiknya dipadu dengan metode mengajar, sehingga komik akan dapat menjadi alat pengajaran yang efektif.

Komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana anak membacanya tanpa harus dibujuk. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Guru harus membantu para siswa menemukan komik yang baik dan mengasyikkan.29

Perlu disadari oleh para guru bahwa dewasa ini banyak banyak bacaan komik di pasaran yang sifatnya tak selalu mendidik, yang demikian itu harus difahami oleh peserta didik supaya tidak tersesat dalam oleh bacaan komik yang demikian. Guru harus mengarahkan mereka supaya selektif dalam membaca komik tetapi jangan sampai peserta didik terlalu terlena dengan bacaan komik sehingga lupa dengan buku bacaan pelajaran.30

28

Gane Yang, Strengths of Comics in Education, h, 1-4 dalam http://www.humblecomics.com/comicsedu/about.html, diakses 15 Desember 2011

29

Sudjana, op.cit., h. 68

30


(32)

Charles Thacker dalam artikelnya menyatakan bahwa penggunaan media komik memiliki beberapa keunggulan besar, mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, komik dapat membantu para siswa meneliti, menyatukan, dan menyerap isi materi pelajaran yang sulit.31

Kelebihan komik yang lainnya adalah penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita yang kuat. Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga membuat pembaca membacanya hingga selesai. Hal inilah juga yang mengispirasi komik yang isinya materi-materi pelajaran. Komik pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk membaca, sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa.32

4. Kompetensi Pembelajaran a. Pengertian Kompetensi

Dalam konteks pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.33

Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didikyng mengacu pada pengalaman langsung.

Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti

31

Charles Thecker, How to Use Comic Life in Classroom, h. 7, dalam http://www..mancinstruct.com/node/69, diakses 25 April 2012

32

Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung : PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2011), h. 116

33

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 70


(33)

penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil belajar.34

Kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dideskripsikan secara eksplisit dalam kurikulum, sehingga dijadikan standar dalam pencapaian tujuan dalam kurikulum. Dalam kompetensi sebagai tujuan, terdapat beberapa aspek di dalamnya, yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif 2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang

dimiliki setiap individu.

3. Kemahiran (Skill), yaitu kemampuan individu dalam melaksanakan secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

4. Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

5. Sikap (attitude), yaitu pandangan indiidu terhadap sesuatu. Sikap erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki individu, artinya mengapa individu bersikap demikian?, itu disebabkan nilai yang dimilikinya. 6. Minat (interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu perbuatan. Minat adalah aspek yang dapat menentukan motivasi seseorang melakukan aktivitas tertentu.35

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya aktivitas

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini ternyata mempunyai arti yang sangat luas, yakni perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu atau berpengetahuan, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.36

34

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konseep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 38

35

Sanjaya, op. cit., h.70-71

36

Muhammad Starawaji, “Pengertian Pembelajaran” dalam


(34)

Menurut Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul

“Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran” menjelaskan

bahwa pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri.37

Menurut pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah usaha mempengaruhi keadaan individu agar mau belajar dari keadaan yang tidak tahu menjadi tahu.

5. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam didefinisikan sebagai “Kemajuan dan

tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode kekuasaan islam mulai dari periode Nabi Muhammad SAW sampai perkembangan

kekuasaan islam sekarang”.38

Menurut Abudin Nata dalam bukunya yang berjudul Metodologi Studi Islam, yang dimaksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah

Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan agama islam. Diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai oleh umat islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.39

Dari berbagai macam definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam adalah ilmu pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa mulai dari zaman Nabi Muhammad sampai dengan masa sekarang, yang berkaitan dengan pertumbuhan, penyebaran, perkembangan, pemikiran umat islam, serta tokoh-tokoh yang terlibat di

37

Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. I, h. 85

38

Muhammad Al-Hafizh, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam, dalam

http://alhafizh84.wordpress.com/, 02 Desember 2012

39

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. IV, h. 314


(35)

dalamnya, baik dari segi agama, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah hasil temuan penelitian yang relevan dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini : Sri

Mulyani, dalam skripsinya yang berjudul “Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai melalui Media Pembelajaran Komik dan Media

Gambar”, yang ditulis pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan media komik dan menggunakan media gambar. Siswa yang belajar menggunakan media komik mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar yang lebih baik yaitu 77,5 dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan media gambar yang hanya mendapat nilai rata-rata hasil belajar sebesar 65,88.40

C.

Hipotesis Tindakan

Situasi dalam penelitian ini adalah kelas yang peserta didiknya belum mencapai kompetensi pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan analisis masalah, peneliti menyimpulkan bahwa guru yang mengajar belum menggunakan media apapun, sehingga pencapaian kompetensi pembelajaran peserta didik belum maksimal. Hipotesis tindakannya adalah : bila guru mengajar dengan menggunakan media komik, maka peserta didik akan mencapai kompetensi pembelajaran yang diinginkan. Dalam masalah evaluasi guru dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan cara-cara evaluasi yang dapat memberikan dampak pada peningkatan pencapaian kompetensi pembelajaran peserta didik.

40

Sri Mulyani, Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Energy Bernuansa Nilai Melalui Media Pembelajaran Komik dan Media Gambar, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 82


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 264 Jakarta Barat 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada saat semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012, pada tanggal 11 April – 23 Mei 2012.

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa

meningkat”.41

Peneliti menggunakan metode PTK karena penelitian ini memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan memberikan tindakan kuratif (perbaikan) secara langsung atas masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran jika diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik artinya pihak yang terlibat dalam PTK yang dalam hal ini adalah guru mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi

41

Hamzah, B. Uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, (Jakarta : Bumi aksara, 2011), h. 41


(37)

dan memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Dilaksanakan dengan benar artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK.42

Pelaksannan PTK menganut beberapa prinsip, antara lain :

a) Permasalahan yang diangkat dan dipecahkan dalam PTK bersumber dari pengalaman tenaga pendidik itu sendiri dalam melaksanakan pembelajaran

b) Pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk tindakan tenaga pendidik dalam pembelajaran untuk melihat pengaruh jenis tindakan terhadap proses dan hasil belajar peserta didik

c) PTK dilaksanakan saat tenaga pendidik melaksanakan pembelajaran di kelasnya sehingga tidak diperlukan waktu yang lama

d) PTK dapat dilaksanakan secara mandiri atau secara kolaboratif

e) Hasil dari PTK dapat dijadikan sebagai metode oleh tenaga pendidik dalam meningkatkan mutu pembelajaran

f) Laporan pelaksanaan PTK dapat dijadikan karya tulis ilmiah tenaga pendidik43

2. Siklus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian. Selain itu, pada tahap ini juga peneliti menyiapkan instrument penelitian yang berupa lembar soal

42

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rajawali Press, 2008), cet. Ke-I, h. 41

43

Fitri Yuliawati, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Tenaga Pendidik Profesional,


(38)

untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanankan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya 3. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Dalam hal ini, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran (observer) yang mengamati segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun hasilnya.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan guru mata pelajaran, sehingga dapat diketahui kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya.


(39)

Adapun alur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan digambarkan sebagai berikut :44

Gambar 3.1

Siklus penelitian tindakan kelas

C.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A di SMP Negeri 264 Jakarta, Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang diteliti adalah sebanyak 32 orang.

44

Uno, op. cit., h. 88

Perencanaan Tindakan

Observasi dan Evaluasi

Siklus I

Refleksi

Rencana Tindakan Ulang Pelaksanaan

Tindakan

Siklus II

Refleksi

Observasi dan Evaluasi

Pelaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan Ulang


(40)

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan, dan pembuat laporan penelitian, artinya sebagai pelaksana utama. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan, dan menganalisis data sesuai dengan fokus penelitian sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini. Guru mata pelajaran berperan sebagai observer dan mitra.

Dengan terlibat langsung dalam penelitian ini diharapkan data yang terkumpul akurat dan terarah sehingga tujuan penelitian untuk pencapaian kompetensi pembelajaran SKI dengan menggunakan media komik dapat tercapai.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus pada materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Bila pada siklus pertama terdapat perkembangan, maka kegiatan pada penelitian siklus kedua lebih banyak diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang dianggap kurang pada siklus pertama.

Tahap yang dilakukan sebelum siklus I yaitu melaksanakan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru bidang studi dan kepala sekolah untuk mendiskusikan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan dialog tersebut diperoleh informasi dari guru bidang studi PAI bahwa pembelajaran SKI yang ada cenderung monoton, yaitu guru lebih sering menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanpa menggunakan media apapun, sehingga siswa merasa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar SKI, yang berpengaruh terhadap belum tercapainya kompetensi pembelajaran SKI yang diinginkan.


(41)

Setelah observasi awal dilakukan, tahap selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

a) Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini dilakukan persiapan-persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat rencana pengajaran, lembar observasi siswa dan guru, mengorganisir siswa, membuat alat evaluasi berupa lembar soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah.

b) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1) Peneliti mengelola dan mengorganisir kelas sebagai persiapan proses pembelajaran

2) Peneliti mengabsensi kehadiran siswa 3) Peneliti menanyakan kesiapan belajar murid

4) Pemilihan masalah, peneliti menentukan materi pembelajaran yaitu Sejarah Nabi Muhammad Pada Masa Pengasuhan Halimah

Sa’diyah

5) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang akan diajarkan

6) Memperkenalkan media yang akan digunakan yaitu berupa komik 7) Peneliti menjelaskan materi dengan menggunakan media komik 8) Menunjuk salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali

kisah yang ada dalam komik.

9) Peneliti mendiskusikan masalah-masalah yang masih belum dimengerti bersama siswa


(42)

10)Siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal berupa penarikan kesimpulan terhadap materi sejarah nabi Muhammad pada masa

pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian. c) Observasi

1) Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

2) keaktifan siswa dan peneliti selama proses pembelajaran SKI menggunakan media komik diamati oleh guru bidang studi PAI dengan menggunakan lembar observasi

3) Memberikan tes hasil belajar I, yaitu siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal berupa penarikan kesimpulan terhadap materi sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian.

d) Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi yang dilakukan oleh guru bidang studi PAI dengan peneliti dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi. Dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini dilakukan persiapan-persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat rencana pengajaran, lembar observasi siswa dan guru, mengorganisir siswa, membuat alat evaluasi berupa lembar soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah


(43)

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Peneliti mengelola dan mengorganisir kelas sebagai persiapan proses pembelajaran

2. Peneliti mengabsensi kehhadiran siswa 3. Peneliti menanyakan kesiapan belajar murid

4. Pemilihan masalah, peneliti menentukan materi pembelajaran yaitu Sejarah Nabi Muhammad Pada Masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah

5. Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang akan diajarkan

6. Peneliti menjelaskan materi tentang sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah

7. Masing-masing peserta didik diperintahkan untuk membaca materi tentang sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah

Sa’diyah melalui media komik.

8. Menunjuk salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali kisah yang ada dalam komik.

9. Peneliti mendiskusikan masalah-masalah yang masih belum dimengerti bersama siswa

10.Siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal berupa penarikan kesimpulan terhadap materi sejarah nabi Muhammad pada masa

pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian c. Observasi

1. Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan peneliti bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

2. Keaktifan siswa dan peneliti selama proses pembelajaran SKI menggunakan media komik diamati oleh guru bidang studi PAI dengan menggunakan lembar observasi.


(44)

3. Memberikan tes hasil belajar I, yaitu siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal berupa penarikan kesimpulan terhadap materi sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah sebagai bentuk penilaian

d. Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi yang dilakukan oleh guru bidang studi PAI dengan peneliti dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi. Dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Akan tetapi jika sudah ada perubahan dalam pencapaian kompetensi, maka tidak perlu dilaksanakan siklus berikutnya.

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan pencapaian kompetensi belajar SKI dengan menggunakan media komik, serta terciptanya proses belajar mengajar yang aktif dan efektif.

G.

Sumber Data

1. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang pencapaian kompetensi pembelajaran SKI siswa pada materi sejarah nabi Muhammad pada masa

pengasuhan Halimah Sa’diyah. 2. Guru

Untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan media komik terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran SKI pada materi sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

H.

Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi, dilakukan oleh peneliti bersama guru mata pelajaran PAI yang digunakan untuk mengamati sikap siswa dalam interaksi pelajaran SKI pada materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan


(45)

2. Lembar Soal, digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

3. Catatan Lapangan, yaitu catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami siswa dalam rangka pengumpulan data, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media komik. 4. Wawancara, dilakukan terhadap guru untuk mengetahui kondisi siswa secara

langsung, serta untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas dan masalah-masalah yang dihadapi selama proses belajar mengajar berlangsung.

I.

Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bidang studi PAI, serta siswa diminta untuk mengerjakan soal pada akhir tindakan pada setiap siklus, dan melakukan penilaian hasil tes siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung yang dibantu oleh guru bidang studi PAI. Hasil setiap penilaian tes tersebut didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Teknik pemeriksaan keterpercayaan dilihat berdasarkan indikator kinerja, indikator kinerja merupaka suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas. Indikator ini dapat dilihat pada :

1. Siswa

a. Tes, dimana sekurang-kurangnya 75% siswa diharapkan dapat mencapai kompetensi pembelajaran SKI pada materi sejarah nabi Muhammad pada masa anak-anak melalui media komik


(46)

2. Guru

a. Dokumentasi, tentang kehadiran siswa b. Observasi, tentang hasil observasi

K.

Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan presentase unuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran diantaranya :

a. Hasil belajar dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.

b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.

c. Implementasi pembelajaran dengan menganalisis tingkat keberhasilannya kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.

1. Teknik Skoring

Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada hasil penelitian. Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan kemampuan pencapaian kompetensi pembelajaran SKI melalui media komik. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Total Skor Rata-rata = Jumlah skor yang diperoleh siswa Jumlah siswa

Presentase Kelulusan KKM = Jumlah siswa lulus KKM X 100%


(47)

2. Teknik Pengambilan Kesimpulan

Adapun teknik pengambilan kesimpulan yang digunakan yaitu :

1) Jika pelaksanaan siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70,00 maka perlu dilakukan siklus selanjutnya (siklus 2, siklus 3, dan seterusnya)

2) Jika niali rata-rata siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70,00 maka pelaksanaan siklus selanjutnya tidak perlu dilakukan.

L.

Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah siklus pertama selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai indikator keberhasilan yaitu peningkatan pencapaian kompetensi pembelajaran SKI maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Jika hasil penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan dianggap penelitian tindakan kelas ini telah berhasil dilaksanakan.


(48)

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang diuraikan pada bab ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Mei 2012 di SMP Negeri 264 Cengkareng Jakarta Barat.

B.

Analisis Data

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti memperoleh data tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 dan perolehan individu yang dicapai oleh siswa/i kelas VII-A SMP Negeri 264 Jakarta saat guru menjelaskan tanpa menggunakan media.

Tabel 4.1

Interval Tingkat Penguasaan Siswa Interval

Tingkat Penguasaan

Keterangan

80 – 100 70 – 79 60 – 69 50 – 59 0 – 49

Sangat Berhasil Berhasil Cukup Berhasil Kurang Berhasil


(49)

Tabel 4.2

Daftar Nilai Perolehan Individu PraSiklus (Nilai KKM : 70)

No. Nama Nilai Keterangan

1. Abdillah Nurseno 65 Cukup Berhasil

2. Ade Oktavia 70 Berhasil

3. Agus Santoso 60 Cukup Berhasil

4. Alfredo Akbar 63 Cukup Berhasil

5. Amsori Mahsusi 65 Cukup Berhasil

6. Bella Viani 70 Berhasil

7. Diana Sulistyani 68 Cukup Berhasil

8. Eka Wahyu Febrianti 70 Berhasil

9. Fadhila Resa vivi .A 70 Berhasil

10. Fahruroji 65 Cukup Berhasil

11. Faisal Mu’min Eka .O 68 Cukup Berhasil

12. Fajar Hairul Anam 75 Berhasil

13. Feni Sabputri 73 Berhasil

14. Gina Lisnawati 63 Cukup Berhasil

15. Haryadi Duantara 65 Cukup Berhasil


(50)

17. Klisetyo Widitomo 63 Cukup Berhasil

18. Lalu Adam Sofyan 68 Cukup Berhasil

19. Luthfi Ningtias 60 Cukup Berhasil

20. Mayang Megaluhur 73 Berhasil

21. Mohammad Reynaldi 65 Cukup Berhasil

22. Muhammad Rafi 68 Cukup Berhasil

23. Nuari Fitrike 70 Berhasil

24. Perdo Marado 60 Cukup Berhasil

25. Pipit Yuliani 65 Cukup Berhasil

26. Retno Aulia Rachman 68 Cukup Berhasil

27. Rifky Awwaludin 70 Berhasil

28. Rivaldo 60 Cukup Berhasil

29. Santrilea Ramadhan 70 Berhasil

30. Sella 65 Cukup Berhasil

31. Suci Meriam Syalsabila 73 Berhasil

32. Zullia Pratiwi 70 Berhasil

Jumlah 2147

Rata-rata 67,09


(51)

Tabel 4.3

Urutan Nilai Prasiklus Terendah Sampai Tertinggi Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 264 Jakarta Barat

60 60 60 60 63 63 63 65

65 65 65 65 65 65 68 68

68 68 68 70 70 70 70 70

70 70 70 70 73 73 73 75

Gambar 4.1

Grafik Nilai Prasiklus

Berdasarkan tabel di atas, nilai prasiklus terendah adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 75. Dengan rincian sebagai berikut : nilai 60 ada 4 orang, nilai 63 ada 3 orang, nilai 65 ada 7 orang, nilai 68 ada 5 orang, nilai 70 ada 9 orang, nilai 73 ada 3 orang, dan nilai paling tinggi sebesar 75 ada 1 orang. Nilai rata-rata atau tingkat penguasaan yang diperoleh sebelum dilakukan


(52)

tindakan adalah sebesar 67,09. Sedangkan siswa yang memenuhi KKM hanya sebesar 40,62%.

Saat proses KBM berlangsung, dari 32 siswa tidak semua mengikuti kegiatan belajar dengan baik, hal ini dikarenakan guru belum bisa menciptakan interaksi yang baik dengan siswa, sehingga siswa kurang tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan pembelajaran dinilai masih kurang efektif. Untuk lebih jelasnya data hasil pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Prasiklus

NO KEGIATAN

ADA TIDAK

ADA Baik Cukup Kurang

1. Persiapan bahan ajar √

2. Media yang digunakan √

3. Model pembelajaran bervariasi √

4. Menumbuhkan perhatian siswa √

5. Membangkitkan motivasi

siswa

6. Datang tepat waktu √

7. Pengalokasian waktu belajar tepat

8. Menjelaskan langkah belajar tepat


(53)

jelas dan tepat

10. Menyampaikan komunikasi yang menarik

11. Melakukan evaluasi yang baik √

12. Membuat kesimpulan √

Keterangan :

Skala penilaian aspek yang dinilai : 10 – 59 : Kurang

60 – 79 : Cukup 80 – 100 : Baik

Dari hasil prasiklus pencapaian kompetensi pembelajaran SKI pada materi sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah kelas VII-A SMP Negeri 264 Jakarta Barat dinyatakan kurang berhasil, karena siswa yang lulus KKM hanya mencapai 40,62%. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus ditindak lanjuti dengan melakukan penelitian tindakan kelas agar siswa mencapai nilai yang diharapkan.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Hasil penelitian dari setiap siklus dideskripsikan, dianalisis, dan direfleksikan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kegiatan pembelajaran berikutnya.

Tabel 4.5

JJADWAL SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

SIKLUS PELAKSANAAN

WAKTU TANGGAL

I 06.30 – 08.05 WIB 02 Mei 2012


(54)

1. Pelaksanaan Siklus ke-1 a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan perencanaan tindakan dengan :

1) Membuat rencana pengajaran (RPP) tentang materi Sejarah Nabi

Muhammad pada Masa Pengasuhan Halimah Sa’diyah 2) Membuat lembar observasi siswa dan guru

3) Mengorganisir siswa

4) Membuat alat evaluasi berupa lembar soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

b. Pelaksanaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 02 Mei 2012, pukul 06.30 – 08.05 WIB. Deskripsi pembelajaran pada siklus ke-I adalah sebagai berikut :

Standar Kompetensi : 8. Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW

Kompetensi Dasar : Menjelaskan Sejarah Nabi Muhammad SAW pada Masa Kanak-kanak

Indikator : 8.1 Siswa dapat menjelaskan sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Siti Aminah

8.2 Siswa dapat menjelaskan sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Abdul Muthalib

8.1 Siswa dapat menjelaskan sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan

Halimah Sa’diyah

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat menjelaskan sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan


(55)

Tabel 4.6

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Siklus 1 Kegiatan

Belajar Aktivitas Pembelajaran

Awal

Saat bel masuk berbunyi, seluruh siswa mulai pelajaran dengan membaca do’a dan dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an. Setelah siswa selesai membaca Al-Qur’an, peneliti memulai pertemuan dengan mengucapkan salam dan mengabsen siswa untuk mengetahui kehadiran siswa. Kemudian Peneliti mengelola dan mengorganisir kelas sebagai persiapan proses pembelajaran dengan melakukan ice breaking. Sebelum masuk dalam materi, peneliti melakukan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Setelah itu, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang akan diajarkan.

Inti

Sebelum memulai pelajaran, peneliti memperkenalkan media yang akan digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarkan, yaitu media komik. Peneliti memulai kegitan belajar mengajar dengan menyampaikan materi kepada siswa tentang sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah dengan menggunakan media komik. Peneliti membaca dan menceritakan, serta menjelaskan apa yang terdapat dalam komik yang sesuai dengan materi, sedangkan para siswa mendengarkan apa yang


(56)

dijelaskan oleh peneliti. Selama kegiatan berlangsung, peneliti mengamati kegiatan siswa. Setelah peneliti menjelaskan materi tentang sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan

Halimah Sa’diyah, kemudian peneliti menunjuk satu orang siswa untuk menceritakan kembali dari apa yang telah dijelaskan oleh peneliti. Setelah itu peneliti dan siswa mengevaluasi tentang apa yang disampaikan oleh siswa, dan mengadakan tanya jawab tentang materi yang telahh diajarkan.

Akhir

Pada kegiatan akhir, peneliti mengadakan evaluasi secara tertulis terhadap siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Para siswa diperintahkan untuk menuliskan kembali kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari dalam lembar evaluasi. Pertemuan diakhiri dengan mengucapkan hamdallah dan salam.

Partisipasi siswa pada siklus I dalam pembelajaran, pada awalnya siwa terlihat antusias dengan apa yang disampaikan oleh peneliti, akan tetapi ketika proses pembelajaran berlangsung beberapa menit, beberapa siswa mulai terlihat bosan dan mulai mengalihkan perhatian, karena pembelajaran hanya terpusat pada peneliti, sehingga pembelajaran dinilai masih kurang efektif.

Berdasarkan hasil tindakan peneliti yang telah dilakukan pada siklus I setelah proses pembelajaran diperoleh data hasil belajar rata-rata 71,12. Adapun hasil evaluasi pembelajaran SKI pada materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(57)

Tabel 4.7

Daftar Nilai Perolehan Individu Pada Siklus I (Nilai KKM : 70)

No. Nama Nilai Keterangan

1. Abdillah Nurseno 70 Berhasil

2. Ade Oktavia 73 Berhasil

3. Agus Santoso 65 Cukup Berhasil

4. Alfredo Akbar 70 Berhasil

5. Amsori Mahsusi 73 Berhasil

6. Bella Viani 75 Berhasil

7. Diana Sulistyani 70 Berhasil

8. Eka Wahyu Febrianti 73 Berhasil

9. Fadhila Resa vivi .A 73 Berhasil

10. Fahruroji 70 Berhasil

11. Faisal Mu’min Eka .O 70 Berhasil

12. Fajar Hairul Anam 80 Sangat Berhasil

13. Feni Sabputri 75 Berhasil

14. Gina Lisnawati 68 Cukup Berhasil

15. Haryadi Duantara 70 Berhasil


(58)

17. Klisetyo Widitomo 68 Cukup Berhasil

18. Lalu Adam Sofyan 73 Berhasil

19. Luthfi Ningtias 63 Cukup Berhasil

20. Mayang Megaluhur 78 Berhasil

21. Mohammad Reynaldi 68 Cukup Berhasil

22. Muhammad Rafi 73 Berhasil

23. Nuari Fitrike 73 Berhasil

24. Perdo Marado 65 Cukup Berhasil

25. Pipit Yuliani 68 Cukup Berhasil

26. Retno Aulia Rachman 70 Berhasil

27. Rifky Awwaludin 73 Berhasil

28. Rivaldo 65 Cukup Berhasil

29. Santrilea Ramadhan 73 Berhasil

30. Sella 68 Cukup Berhasil

31. SuciMeriam Syalsabila 75 Berhasil

32. Zullia Pratiwi 75 Berhasil

Jumlah 2276

Rata-rata 71,12


(59)

Tabel 4.8

Urutan Nilai Siklus I Terendah Sampai Tertinggi Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 264 Jakarta Barat

63 65 65 65 68 68 68 68

68 70 70 70 70 70 70 70

73 73 73 73 73 73 73 73

73 73 75 75 75 75 78 80

Gambar 4.2

Grafik Nilai Siklus I

Berdasarkan tabel di atas, nilai siklus I nilai terendah adalah 63 dan nilai tertinggi adalah 80. Dengan rincian sebagai berikut : nilai 63 ada 1 orang, nilai 65 ada 3 orang, nilai 68 ada 5 orang, nilai 70 ada 7 orang, nilai 73 ada 10 orang, nilai 75 ada 4 orang, nilai 78 ada 1 orang, dan nilai paling tinggi sebesar 80 ada 1 orang. Nilai rata-rata atau tingkat penguasaan yang diperoleh padda siklus I adalah sebesar 71,12 terdapat kenaikan dibandingkan sebelum diadakan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan rata-rata 67,09. Siswa yang telah memenuhi KKM pad siklus I sebesar 71,87%, artinya masih ada 28,13% atau sebanyak 9 siswa yang belum mencapai KKM, nilai ini


(60)

naik dibandingkan dengan nilai sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas yang hanya 40,62% siswa yang memenuhi standar KKM. Meskipun demikian, masih perlu dilakukan penelitian tindakan selanjutnya pada siklus II untuk mencapai target siswa yang mencapai nilai KKM 70 sebesar 100%.

c. Observasi

Dalam tahap observasi, peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, peneliti telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran, dan juga telah menggunakan media komik dalam menjelaskan materi tentang sejarah nabi Muhammad pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah. Hal ini dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 4.9

Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus I

NO KEGIATAN

ADA TIDAK

ADA Baik Cukup Kurang

1. Persiapan bahan ajar √

2. Media yang digunakan √

3. Model pembelajaran bervariasi √

4. Menumbuhkan perhatian siswa √

5. Membangkitkan motivasi

siswa


(61)

7. Pengalokasian waktu belajar tepat

8. Menjelaskan langkah belajar tepat

9. Menyampaikan materi dengan jelas dan tepat

10. Menggunakan media komik dengan efektif

10. Menyampaikan komunikasi yang menarik

11. Melakukan evaluasi yang baik √

12. Membuat kesimpulan √

Keterangan :

Skala penilaian aspek yang dinilai : 10 – 59 : Kurang

60 – 79 : Cukup 80 – 100 : Baik

Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran, pada awalnya siwa terlihat antusias dengan apa yang disampaikan oleh peneliti, akan tetapi ketika proses pembelajaran berlangsung beberapa menit, beberapa siswa mulai terlihat bosan dan mulai mengalihkan perhatian, karena pembelajaran hanya terpusat pada peneliti, sehingga pembelajaran dinilai masih kurang efektif. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(62)

Tabel 4.10

Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus I

NO KEGIATAN

ADA TIDAK

ADA Baik Cukup Kurang

1. Memperhatikan penjelasan guru

2. Motivasi belajar √

3. Bertanya mengenai materi √

4. Penggunaan media komik √

5. Membuat kesimpulan materi √

Keterangan :

Skala penilaian aspek yang dinilai : 10 – 59 : Kurang

60 – 79 : Cukup 80 – 100 : Baik

d. Refleksi

Refleksi yang dilakukan pada tahap ini adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan yang ditemui oleh peneliti dan pengamat. Keberhasilan yang diperoleh dalam proses pembelajaran ini adalah para siswa mulai termotivasi dalam belajar dengan adanya media komik.

Akan tetapi, masih banyak kekurangan yang ditemui dalam proses pembelajaran ini, yaitu kekurangan yang terdapat pada peneliti dalam menjelaskan materi dengan menggunakan media komik, sehingga para siswa yang pada awalnya terlihat antusias dalam belajar,


(63)

lama kelamaan menjadi bosan, sehingga banyak para siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Oleh karena itu, metode pengajaran, motivasi siswa serta hal-hal yang dianggap baik perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi pada siklus kedua.

Refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat berupa tanya jawab dan diskusi yang dilakukan untuk mencari solusi dalam perbaikan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan pengamat, ditemukan penyebab kurang berhasilnya siklus I, yaitu pemanfaatan komik yang belum optimal dan kurang menarik, kurang efektifnya penggunaan media, serta kurangnya dalam pengkondisian kelas. Masih banyak para siswa yang mengobrol ketika proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan siklus berikutnya.

2. Pelaksanaan Siklus ke-II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti berkesimpulan hasil penelitian yang diperoleh kurang optimal atau belum tercapai target pencapaian kompetensi pembelajaran yang diharapkan, yaitu pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dengan adanya pembelajaran efektif dengan menggunakan media komik. Maka untuk pelaksanaan siklus ke-II ini lebih ditekankan pada pengoptimalan metode pengajaran yang dilakukan oleh peneliti, serta melaksanakan perbaikan-perbaikan terhadap proses pembelajaran. Hal ini bertujuan agar hasil pencapaian kompetensi siswa lebih meningkat dan mencapai tingkat ketuntasan 100% atau mencapai KKM yang telah ditetapkan.

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan perencanaan tindakan dengan :

1) Membuat rencana pengajaran (RPP) tentang materi Sejarah Nabi

Muhammad pada Masa Pengasuhan Halimah Sa’diyah 2) Membuat lembar observasi siswa dan guru


(64)

4) Membuat alat evaluasi berupa lembar soal untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah.

b. Pelaksanaan

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 09 Mei 2012, pukul 06.30 – 08.05 WIB. Deskripsi pembelajaran pada siklus ke-II adalah sebagai berikut :

Standar Kompetensi : 8. Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW

Kompetensi Dasar : Menjelaskan Sejarah Nabi Muhammad SAW

pada Masa Kanak-kanak

Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat menjelaskan sejarah nabi Muhammad SAW pada masa pengasuhan Halimah Sa’diyah

Tabel 4.11.

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Siklus II Kegiatan

Belajar Aktivitas Pembelajaran

Awal

Saat bel masuk berbunyi, seluruh siswa mulai

pelajaran dengan membaca do’a dan dilanjutkan

dengan membaca Al-Qur’an. Setelah siswa selesai membaca Al-Qur’an, peneliti memulai pertemuan dengan mengucapkan salam dan mengabsen siswa untuk mengetahui kehadiran siswa. Kemudian Peneliti mengelola dan mengorganisir kelas sebagai persiapan proses pembelajaran dengan melakukan ice breaking. Sebelum masuk dalam materi, peneliti


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)