Analisis Pengaruh Rotasi Pekerjaan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan
ANALISIS PENGARUH ROTASI PEKERJAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN
Studi Kasus pada Kantor Direktorat Politeknik Kesehatan
KementerianKesehatan Medan
T E S I S
Oleh
SITI MAIN SIREGAR 107019034/IM
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(2)
ANALISIS PENGARUH ROTASI PEKERJAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN
Studi Kasus pada Kantor Direktorat Politeknik Kesehatan
KementerianKesehatan Medan
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SITI MA’IN SIREGAR 107019034/IM
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(3)
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH ROTASI PEKERJAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN (Studi Kasus pada Kantor Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan)
Nama Mahasiswa : Siti Ma’in Siregar Nomor Pokok : 107019034
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc) (Dr. Elisabeth Siahaan, M.Ec Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi, Direktur
(Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS) ( Prof.Dr.Ir. A. Rahim Matondang, M.SIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 8 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc Anggota : 1. Dr. Elisabeth Siahaan, M.Ec
2. Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si 3. Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA, Ak
(5)
PERNYATAAN
ANALISIS PENGARUH ROTASI PEKERJAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN
Studi Kasus pada Kantor Direktorat Politeknik Kesehatan
KementerianKesehatan Medan
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister pada program Studi Ilmu Manajemen di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya
peneliti sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang peneliti lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penelitian tesis ini, telah peneliti
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penelitian ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini
bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, Agustus 2012
Peneliti,
(6)
ANALISIS PENGARUH ROTASI PEKERJAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN
Studi Kasus pada Kantor Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan
ABSTRAK
Sumber daya manusia adalah kekuatan daya pikir dan karya manusia yang masih tersimpan di dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan masyarakat. Organisasi atau instansi dapat berjalan dengan baik bila sumber daya manusia memiliki kemampuan intelektual dan karakter yang baik agar tujuan
organisasi dapat tercapai. Berhasil tidaknya suatu organisasi untuk
mempertahankan eksistensi organisasi dimulai dari usaha mengelola sumber daya manusia khususnya dalam meningkatkan kinerja secara maksimal. Rotasi pekerjaan, dan motivasi kerja merupakan faktor yang dapat meningkatkan kinerja pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rotasi pekerjaan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan survei dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menyebar kuesioner kepada 58 responden sedangkan populasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan sebanyak 134 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan
software SPSS. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa secara simultan rotasi pekerjaan dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai dan secara parsial variabel rotasi pekerjaan, dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan serta yang dominan mempengaruhi terhadap kinerja pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan adalah motivasi kerja. Nilai Koefisien Determinasi (R2) penelitian ini sebesar 0,778 hal ini berarti bahwa kemampuan rotasi pekerjaan dan motivasi kerja dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai sebesar 77,8%, sedangkan sisanya sebesar 22,2 % dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
(7)
THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF JOB ROTATION AND JOB MOTIVATION ON THE EMPLOYEES’ PERFORMANCE AT
HEALTH POLYCTHECNIC OF THE MINISTRY OF HEALTH, MEDAN
A Case Study at the Directorate of Health Polytechnic Office of the Ministry of Health, Medan
ABSTRACT
Human resources constitute the power of human intelligence and works which are still kept in their mind. They need to be cultivated, dug up, and developed in order to be used properly for the welfare of the people. An organization or an agency can run smoothly if the human resource has good intellectual abilities and characters so the goal of orgnanization can be achieved. Whether an organization is successful in keeping its existence or not begins with its attempt to manage human resources, especially in increasing their performance maximally. Job rotation and job motivation are important factors which can increase employees’ performance. The aim of the research was to know and to analyze the influence of job rotation and job motivation on the employees’ performance at the Directorate of Health Polytechnic of the Ministry of Health, Medan. The data were gathered by using a survey method with descriptive quantitative type and by distributing questionnaires to 58 respondents. The population was 134 employees who worked for the Directorate of Health Polytechnic of the Ministry of Health, Medan. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis with an SPSS software program. The result of the regression test showed that, simultaneously, job rotation and job motivation had positive and significant influence on the employees’ performance, and partially the variables of job rotation and job motivation had positive and significant influence on the employees’ performance at the Directorate of Health Polytechnic of the Ministry of Health, Medan. The dominant variable which influenced the employees’ performance at the Directorate of Health Polytechnic of the Ministry of Health, Medan, was job motivation. The coefficient
determination (R2) value in the research was 0.778 which indicated that the
capability of job rotation and job motivation which influenced the employees’ performance was 77.8%, while the rest (22.2%) was influenced by other variables which were excluded from the research.
(8)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim,
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian tesis.
Dalam penelitian tesis ini, peneliti telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc, (CTM)., Sp. A (K)
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Manajemen.
4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA., selaku Sekretaris Program Studi
Magister Ilmu Manajemen.
5. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, MSc, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penelitian tesis ini.
6. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, M.Ec, juga selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah banyak membimbing serta memberikan banyak saran dan masukan dalam menyelesaikan penelitian tesis ini.
7. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si selaku Ketua KomisiPembanding
yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penelitian tesis ini.
8. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA, Ak dan Ibu Dr.Yeni Absah, MSi
selaku Anggota Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan
dalam penelitian tesis ini.
9. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Medan yang membantu secara moril serta memberikan saran dan izin untuk melakukan penelitian.
(9)
10.Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
11.Seluruh Pegawai Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan.
12.Khususnya kepada kedua orangtua Ayahanda H.Rahalim Siregar (alm) dan
Ibunda Hj. Tihotna Khairani Rambe atas semua dukungan semangat dan kasih sayang yang diberikan termasuk penyelesaian penelitian tesis ini.
13.Kepada suami Harun Alrasyid Harahap, ST dan Ananda M. Naufal Rifqi
Rasyidi Harahap atas bantuan dan pengertian serta pengorbanan waktu baik selama menempuh studi hingga dalam penelitian tesis ini.
14.Rekan-rekan angkatan XIX kelas paralel maupun regular Program Studi Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh studi serta dalam penelitian tesis ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua. Peneliti menyadari tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna namun harapan peneliti semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca.
Medan, Agustus 2012 Peneliti,
(10)
RIWAYAT HIDUP
Siti Ma’in Siregar, lahir di Simanosor Kabupaten Tapanuli Selatan Padang
Sidimpuan yang sekarang setelah terjadi pemekaran berubah Kabupaten menjadi
Padang Lawas Utara tanggal 06 Januari 1976, merupakan anak terakhir dari
delapan bersaudara, dari pasangan Ayahanda H. Rahalim Siregar (alm) dan
Ibunda Hj. Tihotna Khairani Rambe, Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri
No.142736 Aek Sigama, lulus tahun 1986 di Tapanuli Selatan, melanjutkan
pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Padang Sidimpuan, lulus
tahun 1989, melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Padang
Sidimpuan, lulus tahun 1992 dan melanjutkan Studi Diploma 3 di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) di Medan, lulus tahun 2001, sejak tahun 2002 sampai
dengan saat ini bekerja di Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Medan. Pada Tahun 2002 melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas
Ekonomi (FE) Jurusan Manajemen di Universitas Sumatera Utara, lulus tahun
2005. Melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Ilmu Manajemen di
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010 serta menikah
dengan Harun Alrasyid Harahap, ST dikarunia seorang putra yang bernama M.
Naufal Rifqi Rasyidi Harahap.
Medan, Agustus 2012
Peneliti,
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah Penelitian ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Teori Tentang Rotasi Pekerjaan. ... ...12
2.2.1. Pengertian Rotasi Pekerjaan. ... 12
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rotasi Pekerjaan ... 13
2.2.3. Manfaat Rotasi Pekerjaan ... 17
2.3. Teori Tentang Motivasi Kerja ... 19
2.3.1. Pengertian Motivasi. ... 19
2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 24
2.3.3. Manfaat Motivasi ... 28
2.4. Teori Tentang Kinerja Pegawai ... 28
2.4.1. Pengertian Kinerja Pegawai ... 28
2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 34
2.4.3. Manfaat dan Kegunaan Kinerja Pegawai ... 37
2.4.4. Kriteria atau Indikator Pengukuran Kinerja Pegawai ... 38
2.4.5. Model Penilaian Kinerja……… ... 39
2.5. Kerangka Konseptual... .. 41
2.6. Hipotesis Penelitian... ... 44
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sifat Penelitian... ... 45
3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ... 45
3.3. Populasi dan Sampel ... 46
3.3.1. Populasi ... 46
3.3.2.Sampel ... 47
(12)
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasionalisasi Variabel ... 50
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas... ... 52
3.7.1. Uji Validitas ... 52
3.7.2. Uji Reliabilitas... ... 57
3.8. Metode Analisis Data ... 59
3.8.1. Model Analisis Data Regresi Linear Berganda. ... 59
3.8.2. Uji Hipotesis ... 60
3.8.2.1. Uji Simultan (Uji F) ... 60
3.8.2.2. Uji (Parsial (Uji t) ... 61
3.9 Pengujian Asumsi Klasik ... 62
3.9.1. Uji Normalitas ... 62
3.9.2. Uji Multikolinieritas …... ... 62
3.9.3. Uji Heteroskedastisitas ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ……... ... ... 65
4.1.1. Sejarah Singkat Politeknik Kesehatan Medan ... ... 65
4.1.2. Visi dan Misi Politeknik Kesehatan Medan... ... ... 69
4.1.3. Sturktur Organisasi Politeknik Kesehatan Medan ... ... 70
4.1.4. Karakteristik Responden ... ... 71
4.1.4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 71
4.1.4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 72
4.1.4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja . ... 72
4.1.4.4. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan . ... 73
4.1.5. Analisis Statistik Deskriftif ... ... 74
4.1.5.1. Penejelasan Responden Atas Rotasi Pekerjaan ... ... 74
4.1.5.2. Penjelasan Responden Atas Motivasi Kerja ... ... 76
4.1.5.3. Penjelasan Responden Atas Kinerja Pegawai ... ... 78
4.1.6. Analisis Statistik Inferential ... ... 81
4.1.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... ... 81
4.1.7. Pengujian Hipotesis ... ... 85
4.1.7.1. Koefisien Determinasi (R Square) ... ... 85
4.1.7.2. Uji Serempak/Uji F ... ... 86
4.1.7.3. Uji Parsial ... ... 87
4.2. Pembahasan ... ... 88
4.2.1. Pengaruh Rotasi Pekerjaan dan Motivasi Kerja secara Serempak terhadap Kinerja Pegawai ... ... 88
4.2.2. Pengaruh Rotasi Pekerjaan dan Motivasi Kerja secara Parsial terhadap Kinerja Pegawai... ... ... 93
(13)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... ……...100 5.2. Saran ... ... 101
(14)
DAFTAR TABEL
NOMOR JUDUL Halaman
1.1. Data Rotasi Pegawai dari tahun 2004-2011 ... 3
1.2. Persentase Kahadiran & Ketidakhadiran pegawai Bulan Juli-Desember 2011 ... 7
3.1. Data Pegawai sebagai Populasi Rotasi pekerjaan. ... 46
3.2. Sampel Penelitian ... 48
3.3. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel... 51
3.4. Hasil Uji Validitas Rotasi Pekerjaan ... 54
3.5. Hasil Uji Validitas Motivasi Kerja ... 55
3.6. Hasil Uji Validitas Kinerja Pegawai ... 56
3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 59
4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 71
4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72
4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 72
4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 73
4.5. Penjelasan Responden atas Rotasi Pekerjaan ... 75
4.6. Penjelasan Responden atas Motivasi Kerja... 77
4.7. Penjelasan Responden atas Kinerja Pegawai ... 79
4.8. Hasil Uji Kolmogrov-Sumirnov (K-S)... 82
4.9. Hasil Uji Multikolinieritas ... 82
4.10. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 83
4.11. Nilai Koefisien Determinasi (R Square) ... 91
4.12. Hasil Pengujian Hipotesis secara Serempak ... 92
(15)
DAFTAR GAMBAR
NOMOR JUDUL Halaman
2.1. Kerangka Konseptual ... 43
4.1. Sturktur Organisasi Poltekkes Medan ... 70
4.2. Diagram Pencar Hasil SPSS ... 81
4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 84 .
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1... ... 108
LAMPIRAN 2... ... 112
LAMPIRAN 3... ... 126
(17)
ANALISIS PENGARUH ROTASI PEKERJAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN
Studi Kasus pada Kantor Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan
ABSTRAK
Sumber daya manusia adalah kekuatan daya pikir dan karya manusia yang masih tersimpan di dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan masyarakat. Organisasi atau instansi dapat berjalan dengan baik bila sumber daya manusia memiliki kemampuan intelektual dan karakter yang baik agar tujuan
organisasi dapat tercapai. Berhasil tidaknya suatu organisasi untuk
mempertahankan eksistensi organisasi dimulai dari usaha mengelola sumber daya manusia khususnya dalam meningkatkan kinerja secara maksimal. Rotasi pekerjaan, dan motivasi kerja merupakan faktor yang dapat meningkatkan kinerja pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rotasi pekerjaan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan survei dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menyebar kuesioner kepada 58 responden sedangkan populasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan sebanyak 134 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan
software SPSS. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa secara simultan rotasi pekerjaan dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai dan secara parsial variabel rotasi pekerjaan, dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan serta yang dominan mempengaruhi terhadap kinerja pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan adalah motivasi kerja. Nilai Koefisien Determinasi (R2) penelitian ini sebesar 0,778 hal ini berarti bahwa kemampuan rotasi pekerjaan dan motivasi kerja dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai sebesar 77,8%, sedangkan sisanya sebesar 22,2 % dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
(18)
THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF JOB ROTATION AND JOB MOTIVATION ON THE EMPLOYEES’ PERFORMANCE AT
HEALTH POLYCTHECNIC OF THE MINISTRY OF HEALTH, MEDAN
A Case Study at the Directorate of Health Polytechnic Office of the Ministry of Health, Medan
ABSTRACT
Human resources constitute the power of human intelligence and works which are still kept in their mind. They need to be cultivated, dug up, and developed in order to be used properly for the welfare of the people. An organization or an agency can run smoothly if the human resource has good intellectual abilities and characters so the goal of orgnanization can be achieved. Whether an organization is successful in keeping its existence or not begins with its attempt to manage human resources, especially in increasing their performance maximally. Job rotation and job motivation are important factors which can increase employees’ performance. The aim of the research was to know and to analyze the influence of job rotation and job motivation on the employees’ performance at the Directorate of Health Polytechnic of the Ministry of Health, Medan. The data were gathered by using a survey method with descriptive quantitative type and by distributing questionnaires to 58 respondents. The population was 134 employees who worked for the Directorate of Health Polytechnic of the Ministry of Health, Medan. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis with an SPSS software program. The result of the regression test showed that, simultaneously, job rotation and job motivation had positive and significant influence on the employees’ performance, and partially the variables of job rotation and job motivation had positive and significant influence on the employees’ performance at the Directorate of Health Polytechnic of the Ministry of Health, Medan. The dominant variable which influenced the employees’ performance at the Directorate of Health Polytechnic of the Ministry of Health, Medan, was job motivation. The coefficient
determination (R2) value in the research was 0.778 which indicated that the
capability of job rotation and job motivation which influenced the employees’ performance was 77.8%, while the rest (22.2%) was influenced by other variables which were excluded from the research.
(19)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan usaha, organisasi
atau instansi sering mengalami kendala yang meliputi perubahan informasi,
teknologi, dan adanya kebutuhan sumber daya manusia berkompeten serta
persaingan usaha yang semakin ketat. Hal ini membuat organisasi atau instansi
harus bertindak antisipatif salah satunya dengan cara beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan tersebut dan melakukan efisiensi serta efektivitas
operasional kerja sehingga hasil kerja dapat sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Sumber daya manusia adalah kekuatan daya pikir dan karya manusia yang
masih tersimpan di dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta
dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan
masyarakat. Kinerja pegawai merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai
tersebut dalam pekerjaannya menurut kriteria yang berlaku untuk suatu pekerjaan
tertentu, berhasil tidaknya kinerja pegawai yang telah dicapai dipengaruhi oleh
tingkat kinerja dari pegawai secara individu atau kelompok.
Menghadapi situasi yang demikian aparatur pemerintah dan pimpinan di
instansi Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Medan dituntut untuk
selalu meningkatkan kualitas baik kemampuan, keterampilan, kreativitas,
pengetahuan, tanggung jawab, disiplin serta keteladanan maupun profesionalisme.
Hal ini penting agar dalam menjalankan roda pemerintahan dapat berjalan dengan
baik sesuai dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya organisasi/instansi
(20)
Menyadari akan tugas berat ini untuk tercapainya Visi Misi organisasi
maka dilakukan upaya-upaya positif dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai,
upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dengan jalan melakukan perbaikan sistem
yang harus dilakukan secara terprogram, terjadwal dan berkesinambungan agar
pegawai merasa diperlakukan secara adil dan merata.
Penempatan pegawai yang sesuai agar terhindar dari kebosanan dan
kekakuan kinerja agar semangat kinerja pegawai meningkat, salah satunya dapat
dilakukan dengan rotasi pekerjaan melalui pembinaan dan pengawasan yang
intensif dan reward serta kemampuan kerja pegawai melalui pelatihan-pelatihan teknis dan fungsional baik melalui program on the job training maupun classical. Kebijakan rotasi pekerjaan diharapkan visi, misi dan tujuan organisasi dapat
dicapai secara efektif.
Rotasi pekerjaan merupakan suatu perubahan posisi /jabatan /tempat/
pekerjaan yang dilakukan pimpinan puncak organisasi kepada seseorang yaitu
pegawai (manajemen dan non-manajemen) baik secara horizontal maupun vertikal
(promosi/demosi) di dalam satu organisasi. Menurut Mangkunegara (2006) rotasi
pekerjaan adalah perpindahan pegawai namun lebih pada perpindahan tempat
kerja dengan lingkup dan tugas pekerjaan yang cenderung berbeda agar para
pegawai terhindar dari rasa jenuh atau produktifitas yang menurun.
Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan telah
melakukan rotasi pekerjaan selama ini kepada pegawai namun hasil yang
diperoleh belum sesuai dengan harapan organisasi, terlihat dari fenomena yang
(21)
Pegawai kurang berpengalaman menghadapi pekerjaan yang lebih
menantang sehingga tidak mampu menyesuaikan kompetensi yang dimiliki,
sebagian besar pegawai mengalami rasa jenuh karena terlalu lama ditempatkan
dalam suatu unit, kondisi kerja yang tidak kondusif misalnya peralatan yang
diperlukan kurang memadai atau kondisi tidak baik sehingga menjadi alasan bagi
pegawai untuk tidak melaksanakan tugasnya, jabatan yang diduduki yang tidak
profesional mengakibatkan keberhasilan yang tidak maksimal dan tidak dapat
mencapai target yang ditetapkan atau tujuan yang akan dicapai.
Pegawai yang pernah dirotasi mulai tahun 2004 sampai dengan 2011 di Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Rotasi Pegawai dari Tahun 2004-2011
No Jabatan
Jlh pegawai (orang) Tahun 2004 (orang) 2005 (orang) 2008 (orang) 2009 (orang) 2010 (orang) 2011 (orang)
1 Pembantu Direktur 3 2 0 0 0 0 0 2 Kepala Sub Bagian 2 1 0 1 0 0 0 3 Kepala Urusan 6 1 1 2 1 1 0 4 Kepala Unit 11 3 1 1 1 3 1
5 Ur.ADAK 4 2 1 0 0 2 0
6 Ur.AdmKemahasiswaan 2 1 0 0 0 1 0
7 Ur. Humas 2 1 0 0 0 1 0
8 Ur. Adm Umum 24 6 3 4 4 3 1 9 Urusan Admistrasi
Keuangan 15 4 0 2 1 3 0
10 Urusan Administrasi
Kepegawaian 15 2 0 3 1 3 1 11 Unit Penelitian &
Pengabdian Masyarakat 4 2 0 0 1 1 0 12 Unit Laboratorium 4 0 1 1 1 1 0 13 Unit Perpustakaan 3 1 0 0 1 1 0 14 Unit Komputer 5 1 1 0 1 2 1 15 Unit Bengkel 4 1 1 1 1 1 0 16 Unit Pemeliharaan 5 0 2 0 1 1 1 17 Unit Asrama 4 1 1 0 1 1 0 18 Un.Penjaminan Mutu 6 1 0 1 1 2 1 19 Un.Pusat Latihan Bahasa 5 1 1 0 1 2 0 20 Un. Bisnis Usaha 23 6 2 3 2 6 0 21 Un. Perencanaan &
Sistem Informasi 3 1 0 0 1 1 0
Jumlah 150 38 15 19 20 36 6
(22)
Pada Tabel 1.1 menjelaskan pegawai yang pernah dirotasi terjadi
pendistribusian rotasi pekerjaan tidak merata diantara pegawai dalam artian
pelaksanaannya tidak terencana sehingga banyak pegawai yang merasa
diperlakukan tidak adil dan penempatan pegawainya yang tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikan sehingga semakin meningkat kinerja buruk yang berarti
program yang ada tidak tepat sasaran, tidak tepat guna.
Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan
memberikan motivasi kepada pegawai agar dapat mengembangkan potensi dalam
pelaksanaan kerja, sehingga dapat berjalan dengan lancar melalui adanya kegiatan
pelatihan kerja, pembinaan. Hal ini diharapkan akan menumbuhkan rasa ikut
serta bagi pegawai dalam proses pencapaian tujuan untuk meningkatkan kinerja
pegawai.
Motivasi timbul karena adanya usaha-usaha yang sadar dari pegawai untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu (perilaku) bagi tercapainya tujuan
organisasi ditempat bekerja. Uraian di atas menunjukkan bahwa pribadi yang
memiliki motivasi merupakan syarat yang penting bagi suksesnya para pegawai
dalam menghadapi pekerjaan yang menantang. Melatih dan menciptakan pribadi
yang memiliki motivasi.
Pegawai yang termotivasi dengan adanya program rotasi pekerjaan yang
terencana akan mempunyai karakteristik pribadi yang memiliki kekuatan
internal dan eksternal yang berkualitas agar seorang pegawai dapat berhasil
dalam pelaksanaan pekerjaannya maka pemimpin harus mempelajari
karakteristik bawahan agar pegawai tersebut diharapkan dapat menunjukkan
(23)
Fenomena motivasi kerja yang terjadi di Direktorat Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Medan dikategorikan menurun karena adanya ciri-ciri
pribadi dari beberapa individu yang memiliki karakteristik buruk, sehingga
menyebabkan penurunan kinerja pegawai, tidak dapat menunjukkan potensi dan
kemampuannya, prestasi bekerjanya kurang bahkan pekerjaan tidak terselesaikan
tepat waktu karena kurangnya kesadaran pegawai dalam meningkatkan prestasi
kerja dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan, Semangat kerja berkurang,
mudah merasa bosan dan jenuh, tidak mempergunakan waktu semaksimalnya,
mempunyai kepribadian antisosial, suka memberontak dan munculnya
permusuhan yang tersembunyi, kurang percaya diri/mudah terpengaruh dan
kurang memperhitungkan risiko dari tindakan-tindakan yang dilakukan.
Kinerja pegawai dapat meningkat jika rotasi pekerjaan dan motivasi kerja
dapat memberikan kontribusi positif, namun untuk melaksanakannya serta melihat
hasil kerjanya berpulang kembali pada masing-masing individu pegawai, hal ini
tidak terlepas dari kinerja dan prestasi kerja yang dimiliki pegawai.
Menurut Steers (2000) kinerja individu sangat dipengaruhi oleh
bermacam-macam ciri pribadi yang unik dari masing-masing individu. Bila
seorang pekerja memang tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan bagi
pekerjaan tertentu atau bila pegawai tidak berminat pada pekerjaan tersebut, sulit
dipercaya bahwa tingkat prestasinya akan tinggi, di pihak lain jika pihak pimpinan
dalam merekrut dan melatih pekerja yang kemampuan dan minatnya selaras
dengan tuntutan pekerjaan kita dapat mengharapkan bahwa kemungkinan prestasi
(24)
Pegawai menjadi semangat dalam bekerja jika rotasi pekerjaan diharapkan
dapat menstimulasi pegawai untuk mencapai kinerja yang lebih baik dan terdapat
proses penambahan pengetahuan dan kemampuan pegawai, mengurangi
kejenuhan kerja dari pegawai, membantu proses penempatan pegawai secara
tepat, serta memberi tantangan lebih besar bagi pegawai untuk mencapai prestasi
atau kinerja yang lebih baik.
Pegawai yang ditempatkan sesuai dengan kompetensi masing-masing,
pegawai tersebut merasa pekerjaan baru sangat bisa menambah pendapatan
dibanding dijabatan lama. Perubahan dengan penerapan ketentuan internal dan
eksternal seperti penerapan kode etik yang tegas, pengembangan visi, misi dan
nilai, serta kebijakan rotasi pegawai sebagai konsekuensi dari perubahan struktur
organisasi merupakan hal yang menarik untuk suatu objek penelitian.
Berdasarkan pengamatan secara langsung dilapangan kinerja pegawai di
Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan belum sesuai
dengan model penilaian kinerja yang diharapkan, terdapat beberapa fenomena
seperti : meninggalkan pekerjaan tanpa ijin, sering absen, rendahnya tingkat
kedisiplinan pegawai itu terlihat dari banyaknya pegawai yang masuk kerja siang
( diatas jam 8.00 WIB) dan pulangnya lebih awal (sebelum jam 14.00 WIB) dari
ketentuan masuk kerja jam 8.00 WIB dan pulangnya 16.00 WIB sehingga untuk
pelaksanaan absensi komputerisasi dilakukan manipulasi (titip absen) sebagai data
pendukung untuk gambaran dapat dilihat Tabel 1.2 dibawah ini Persentase
kehadiran dan ketidak hadiran pegawai pada bulan Juli sampai dengan Desember
(25)
Tabel 1.2 Persentase Kehadiran dan Ketidakhadiran Pegawai Bulan Juli-Desember 2011
Bulan Hadir
(%)
Tidak Hadir Sakit
(%)
Izin (%)
Tanpa Keterangan (%)
Juli 82 6 5 7
Agustus 79 5 6 10
September 76 4 7 13
Oktober 74 3 8 15
November 69 9 5 17
Desember 65 6 4 25
Jumlah rata-rata 14,5
Sumber: Kantor Direktorat Politeknik Kesehatan bagian kepegawaian tahun 201
Pada Tabel 1.1 tersebut diketahui bahwa persentase kedisplinan pegawai
merupakan salah satu fenomena yang dijadikan rujukan pengukuran disiplin
mencapai rata-rata 14,5 % artinya angka tersebut menunjukkan bahwa betapa
tidak disiplinnya pegawai dalam mematuhi salah satu aturan yang semestinya
ditaatinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut Flippo (2001) tingkat
kehadiran pegawai kategori buruk diatas 10 % dari tingkat kehadiran keseluruhan.
Fenomena diatas dapat disimpulkan sebagai cerminan rendahnya kinerja
pegawai dan juga cerminan tidak adanya ketidak sesuaian antara program yang
dibuat dengan realisasinya. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Rotasi Pekerjaan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai Direktorat
(26)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan,
Apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan rotasi pekerjaan dan motivasi
kerja terhadap kinerja pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Medan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh rotasi pekerjaan dan motivasi kerja terhadap kinerja
pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh adalah :
1. Bagi Instansi
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi instansi tentang analisis
pengaruh rotasi pekerjaan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai
Direktorat Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan.
2. Bagi Kalangan Akademis.
Untuk menambah pengetahuan bagi kalangan akademis dan sebagai
menambah studi kepustakaan analisis pengaruh rotasi pekerjaan dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Direktorat Politeknik Kesehatan
(27)
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan buat peneliti, khususnya
yang berkaitan dengan ilmu manajemen sumber daya manusia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya sebagai
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Tjahjono (2004) melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh Motivasi
Kerja, Budaya Organisasi dan Rotasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai di
Lingkungan Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Tengah". Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja, budaya organisasi dan rotasi kerja
terhadap kinerja pegawai di Lingkungan Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Tengah.
Alat uji statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (multiple regression analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja, budaya organisasi dan rotasi kerja secara serempak berpengaruh terhadap kinerja pegawai
di Lingkungan Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Tengah. Secara parsial motivasi
kerja dan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai sedangkan
rotasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Lingkungan Dinas
Bina Marga Propinsi Jawa Tengah.
Nurdiana (2009) dengan judul ”Pengaruh Rotasi Kerja dan Kompensasi
terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Pegawai Sekretariat Daerah Kota
Surakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rotasi kerja dan
kompensasi terhadap kinerja pegawai. Alat analisis dengan menggunakan regresi
linear berganda. Hasil Penelitian menunjukkan rotasi kerja mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja pegawai sedangkan kompensasi tidak
(29)
Roymond (2010), melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pelaksanaan
Rotasi Kerja terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Koesnadi Bondowoso. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi dengan menggunakan pendekatan cross-sectional alat pengumpulan
data dengan wawancara, kuesioner, dan studi dokumentasi. Metode analisis data
menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rotasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat
di Rumah Sakit Umum daerah Dr. H. Koesnadi Bondowoso.
Hotma (2009), melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh
Pendidikan dan Pelatihan Teknis serta Motivasi terhadap Kinerja Alumni Balai
Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional I di Medan”. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat pendidikan dan pelatihan teknis serta motivasi mempengaruhi
kinerja pegawai alumni Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional I di
Medan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuesioner,
dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama pendidikan
dan pelatihan teknis serta motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja pegawai dan secara parsial pendidikan dan pelatihan teknis serta motivasi
berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Utari (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan
dan Pelatihan, Motivasi serta Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan
(30)
Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda hasil
penelitian menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan, motivasi serta budaya
kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai baik secara parsial maupun simultan.
Kurtulus Kaymaz (2010) melakukan penelitian dengan judul “ The Effects of
Job Rotation Practices on Motivation : A Research on Managers in the Autonotive Organizations” Pengaruh Rotasi Pekerjaan terhadap Motivasi Kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rotasi
pekerjaan terhadap motivasi kerja. Hasil penelitian menunjukkan rotasi pekerjaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja.
2.2. Teori tentang Rotasi Pekerjaan 2.2.1. Pengertian Rotasi Pekerjaan
Jika pegawai mengalami rutinitas yang berlebihan maka perlu diatasi
masalah mereka, salah satu alternatifnya adalah penggunaan rotasi pekerjaan.
Menurut Mondy (2008) Rotasi pekerjaan (job rotation) adalah metode pelatihan dan pengembangan dimana pegawai berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya untuk memperluas pengalaman pegawai. Tugas-tugas tingkat tinggi
seringkali membutuhkan cakupan pengetahuan tersebut. Program-program
pelatihan rotasi membantu pegawai memahami beragam pekerjaan dan kesaling
tergantungan diantara pekerjaan-pekerjaan tersebut, sehingga meningkatkan
produktivitas. Rotasi pekerjaan sering digunakan oleh organisasi-organisasi untuk
(31)
Robbins (2008) menjelaskan ketika satu aktivitas tidak lagi menentang,
karyawan tersebut dipindah ke pekerjaan lain biasanya pada tingkat yang sama
yang mempunyai persyaratan-persyaratan terbaik di dunia, keterampilan yang
sama. Kelebihan dari rotasi pekerjaan adalah mampu mengurangi rasa bosan,
meningkatkan motivasi melalui pembuatan variasi untuk aktivitas-aktivitas
karyawan dan membantu karyawan memahami lebih baik bagaimana pekerjaan
mereka memberikan kontribusi terhadap organisasi. Rotasi pekerjaan juga
memiliki manfaat tidak langsung untuk organisasi karena karyawan yang
mempunyai banyak keterampilan memberi manajer lebih fleksibel dalam mengisi
lowongan pekerjaan.
Mathis dan Jackson (2002) rotasi pekerjaan (job rotation) merupakan
proses pemindahan seseorang dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Satu
teknik yang dapat menghentikan kemonotonan pekerjaan rutin, keunggulan dari
rotasi pekerjaan mengembangkan kapabilitas seseorang karyawan untuk
melakukan beberapa pekerjaan yang berbeda.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rotasi Pekerjaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai adalah
sebagai berikut:
1. Rotasi pekerjaan dilakukan secara terencana dan berkala
2. Rotasi pekerjaan harus mempertimbangkan kesesuaian antara kemampuan dan
keterampilan pegawai dengan pekerjaan baru
3. Perlu dilakukan program pengenalan pegawai terhadap pekerjaan yang baru,
(32)
4. Membekali pegawai dengan pendidikan dan pelatihan yang disesuaikan
dengan tuntutan pekerjaan
5. Mempertegas misi organisasi dengan membuat perencanaan kegiatan agar
kegiatan dapat dilaksanaan dan dievaluasi dengan tepat
6. Melibatkan pegawai dalam setiap kegiatan organisasi, dan melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan kegiatan dan hasil kinerja untuk menjamin konsistensi.
Rotation can be defined as working at different tasks or in different positions for set periods of time (jorgenen et al, 2005) in planned way using lateral transfers aiming to allow employees to gain a range of knowlledge, skills and competncies and is also seen as an on the jobtraining tecnique (Gomez and Lorenta, 2004)and as such is known to have an effect on employee motivation
Jorgensen (2005) mengatakan ”rotasi pekerjaan itu bekerja pada tugas yang berbeda atau dalam posisi yang berbeda untuk mengatur jangka waktu secara terencana menggunakan jadwal yang bertujuan untuk memungkinkan karyawan untuk mendapatkan berbagai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi dan juga terlihat sebagai teknik pelatihan on the job dengan demikian diketahui memiliki pengaruh terhadap karyawan.
The topik of job rotation, mostly considered in human resource literature, has come to be accepted as an effective method of developing skills and providing motivation. Although employees moving from one task to anothernfor set periods is base on a simple logic, the value to the employees is considerably high. Job rotation, especially when focussed on’functional flexibility is an important technique in this scope, when creating a workforce profile with functional flexibility, it is an important tool in the re-designing of tasks. In short there are many benefits for increasing motivation and productivity, decreasing monotory, creating training opportunities, laying the foundations for senior management positions, supporting career development, easing adaptation to change and decreasing stres (Jorgensen, 2005)” topik dari rotasi pekerjan sebagian besar dianggap dalam literatur sumber daya manusia, memiliki metode efektif untuk mengembangkan keterampilan dan memberikan motivasi, meskipun pegawai bergerak dari satu tugas ke tugas yang lainnya untuk jangka waktu tertentu memberikan peningkatan kinerja terhadap pegawai cukup tinggi. Perputaran pekerjaan terutama ketika ada ”flexibilitas fungsional” merupakan teknik penting. Dalam lingkup saat ini membuat profil tenaga kerja dengan flexibilitas fungsional merupakan alat penting untuk mendesain ulang tugas. Singkatnya ada pengaruh cara rotasi pekerjaan terhadap motivasi kerja yang memberi banyak manfaat untuk meningkatkan motivasi dan produksivitas, penurunan monoton, pengembangan karir yang mendukung atau memberikan kemampuan untuk mengurangi kebosanan dan stres (Jorgensen, 2005)
(33)
Rotasi pekerjaan bukanlah tanpa cacat, tidak mempunyai kekurangan,
biaya pelatihan meningkat, produktivitas berkurang dan adanya pemindahan
seorang pekerja ke posisi baru ketika efisiensi di pekerjaan yang sebelumnya
menghasilkan penghematan organisasional, rotasi pekerjaan juga dapat
menciptakan gangguan karena anggota kelompok kerja harus menyesuaikan diri
dengan adanya pegawai baru, dan penyedia juga harus menghabiskan banyak
waktu untuk menjawab pertanyaan dan memantau pekerjaan pegawai yang baru
saja dirotasikan.
Menurut Taylor dalam Gomes (2004) pendekatan motivasi untuk job
design dapat dilakukan dengan meningkatkan peran dan reaksi sikap pegawai seperti kepuasan kerja, dan motivasi dalam diri pegawai. Untuk meningkatkan
motivasi, terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan yaitu perluasan pekerjaan
(job enlargement). Lebih lanjut Taylor dalam Arifamrizal (2008) menjelaskan
bahwa tujuan dari rotasi pekerjaan (job rotation) adalah memberikan pegawai
variasi lebih dalam pekerjaannya. Rotasi pekerjaan memindahkan pegawai dari
satu bidang pekerjaan khusus ke bidang lainnya.
Pegawai dilatih dan diberikan kesempatan untuk melakukan dua pekerjaan
atau lebih dalam sistem rotasi. Dengan rotasi pekerjaan ini, manajer yakin dapat
menstimulasi kemauan dan motivasi Pegawai bila menyediakan pegawai
perspektif yang luas dalam organisasi. Keuntungan lain dalam rotasi pekerjaan ini
adalah meningkatkan fleksibilitas pegawai dan mempermudah penjadwalan
karena pegawai sudah dilatih untuk melakukan pekerjaan yang berbeda. Untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif dibandingkan pesaing, organisasi mencari
(34)
Karyawan memiliki keterampilan multi juga merupakan alat untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif, dan rotasi pekerjaan
Organisasi menggunakan r
adalah suatu proses
yang membuat karyawan multi-terampil.
otasi pekerjaan dengan cara efisien daripada
pelatihan reguler, melalui karyawan akan mendapatkan pengalaman praktis dan
akan mengembangkan karyawan, ia juga memberikan keunggulan kompetitif
organisasi (Blashka dalam Dessler, 2009). Job rotasi
Rotasi pekerjaan adalah transfer lateral antara pekerjaan yang berbeda
dalam sebuah organisasi, para karyawan diputar tidak mendapatkan posisi itu
selamanya dan beberapa waktu mereka tidak kembali ke pekerjaan sebelumnya.
melalui rotasi pekerjaan kita dapat meningkatkan kepuasan produk fleksibilitas,
karyawan dan mengurangi risiko gangguan musculoskeletal.
adalah suatu proses untuk
mengubah posisi dari seorang karyawan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain
(Edwards dalam Teman 2005). Proses melalui mana seorang karyawan dapat
mengembangkan beberapa keterampilan yang relevan baru. Seorang karyawan
tidak harus berharap di awal bahwa ia akan melakukan tugas dan tugas seluruh
posisi baru, tapi ia harus berharap pertama untuk mengembangkan keterampilan
baru dan diperlukan untuk melanjutkan pekerjaan baru.
Erikson & Ortega (2001) menjelaskan rotasi pekerjaan : teori belajar
karyawan mengatakan rotasi yang akan membuat karyawan lebih fleksibel,
majikan mengatakan teori belajar oleh majikan rotasi pekerjaan bisa tahu tentang
kemampuan karyawan, menurut teori motivasi karyawan rotasi membuat
(35)
2.2.3 Manfaat Rotasi Pekerjaan
Rotasi pekerjaan adalah on-the-job training
Eriksson & Ortega (2001) menyarankan bahwa dengan mengambil rotasi
pekerjaan karyawan sebagai alat belajar, dengan cara yang dirancang dengan baik,
itu mengembangkan karyawan. Pekerja adalah salah satu aset yang paling penting
bahwa setiap perusahaan yang perlu diproses pengelolaan karyawan dan untuk
mengembangkan karir mereka.
proses untuk menumbuhkan
masa depan manajemen trainee dengan bergerak dari satu posisi ke posisi lain untuk meningkatkan pemahaman dan mandat dalam semua bidang yang berbeda.
Rotasi pekerjaan dapat juga dianggap sebagai alat alternatif untuk pekerjaan
merancang, yang memungkinkan karyawan untuk tahu tentang keterampilan
pekerjaan yang berbeda dari departemen yang berbeda, juga menghilangkan
kelelahan karyawan yang disebabkan karena tugas pekerjaan yang membosankan,
ini tantangan baru memotivasi karyawan lagi yang juga meningkatkan moral
karyawan untuk meningkatkan output (Dunning et al., 2005).
(Eriksson & Ortega, 2001) menyatakan rotasi pekerjaan sebagai
cross-pelatihan, melalui mana karyawan dari setiap jenis departemen dapat belajar
berbagai keterampilan kerja juga merupakan pendekatan praktis untuk
meningkatkan dan memperluas tugas pekerjaan. Hal ini juga on-the-job training
sistem untuk menumbuhkan masa depan manajemen trainee dengan mentransfer
dari satu departemen ke departemen lain untuk meningkatkan pemahaman dan
kepercayaan di daerah yang berbeda.
Rotasi pekerjaan dapat juga dianggap sebagai alternatif untuk pekerjaan
(36)
diingat tentang kualitas karyawan pengalaman kerja daripada kuantitas
menghubungkan Job rotasi karyawan belajar. Erikson dan Ortega (2001)
menjelaskan rotasi pekerjaan dengan beberapa teori, menurut rotasi karyawan
belajar teori akan membuat karyawan lebih fleksibel, majikan mengatakan teori
belajar oleh majikan rotasi pekerjaan akan dapat mengetahui tentang kemampuan
karyawan. Dengan mengambil rotasi pekerjaan sebagai alat pembelajaran
karyawan secara efisien, mengembangkan karyawan (MTO) kemampuan.
Erikson dan Ortega (2001) rotasi pekerjaan menawarkan dua efek yang
berbeda, pertama seorang karyawan yang mendapatkan kesempatan rotasi ia
mendapat pengalaman lebih cepat daripada yang lain yang tidak memanfaatkan
rotasi. Oleh karena itu adalah alat yang baik untuk pengembangan karir. Kedua,
jika seorang karyawan yang mendapat kesempatan rotasi memperoleh
pengalaman di daerah yang lebih sebagai dibandingkan dengan mereka yang tidak
mendapatkan kesempatan ini. Karyawan harus memutar ketika mereka belajar
lebih banyak tentang pekerjaan lama mereka, tetapi jika teknologi baru
diperkenalkan dalam organisasi dari karyawan harus lebih fokus pada pekerjaan
mereka saat ini (Ortega, 2001). Menurut teori belajar karyawan, karyawan yang
memutar mendapatkan pengalaman lebih dari yang lain. (Eriksson & Ortega,
2001). Jaime Ortega telah jelas menjelaskan bahwa ada hubungan positif antara
rotasi pekerjaan dan pembelajaran karyawan.
Menurut Ayub Jaime Ortega rotasi memberikan kesempatan kepada
majikan untuk belajar tentang kemampuan karyawan, Ini adalah fenomena belajar
dan lebih menguntungkan dibandingkan spesialisasi, teori belajar menyatakan
(37)
pekerjaannya sekarang (Jaime Ortega 2001) Dengan menerapkan alat statistik
kami telah menemukan bahwa ada hubungan positif antara rotasi pekerjaan.
2.3. Teori tentang Motivasi Kerja 2.3.1. Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi kerja
Motivasi kerja pun bisa naik-turun tidak selamanya kegairahan dalam
bekerja bisa terus berada pada titik maksimal. Motivasi merupakan salah satu hal
yang mempengaruhi perilaku manusia, motivasi disebut juga sebagai pendorong,
keinginan, pendukung atau kebutuhan yang dapat membuat seseorang
bersemangat dengan termotivasi untuk mengurangi serta memenuhi dorongan diri
sendiri, sehingga dapat bertindak dan berbuat menurut cara–cara tertentu yang
akan membawa ke arah yang optimal.
adalah suatu dorongan jiwa yang membuat seseorang
tergerak untuk melakukan tindakan yang produktif, baik yang berorientasi kerja
menghasilkan uang maupun yang tidak. Motivasi kerja yang dimiliki seorang
pekerja berbeda-beda tentunya, dan juga berfluktuasi. Ada pekerja yang selalu
terlihat semangat bekerja karena menginginkan kenaikan gaji atau promosi
jabatan.
Organisasi dalam memberikan dorongan dan menggerakan orang–orang
agar pegawai bersedia bekerja semaksimal mungkin, perlu diusahakan adanya
komunikasi dan peran serta dari semua pihak yang bersangkutan. Motivasi
menunjukkan agar pimpinan mengetahui bagaimana memberikan informasi yang
tepat kepada bawahannya agar bawahan mau menyediakan waktunya guna
(38)
rekomendasi-rekomendasi mengenai masalah yang dihadapi. Untuk itu diperlukan
keahlian pimpinan untuk memberikan motivasi kepada bawahannya agar bisa
bekerja sesuai dengan pengarahan yang diberikan.
Manullang (2004) menyatakan bahwa ”Motivasi adalah memberikan daya
perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja
dengan segala daya dan upayanya”. Sedangkan menurut Nawawi (2003),
”Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang
melakukan suatu perbuatan yang berlangsung secara sadar”. Motivasi merupakan
dorongan yang datang dari dalam diri manusia yang mengaktifkan, menggerakkan
serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah memahami
hubungan kebutuhan, dorongan dan tujuan (Rivai, 2001).
Menurut Robbins (2008) motivasi adalah proses yang menentukan
intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran. Motivasi
umum terkait dengan upaya ke arah sasaran apa saja, dalam konteks organisasi
maka motivasi berfokus pada tujuan organisasi agar mencerminkan minat tunggal
pegawai terhadap perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan
Sementara Gibson (2000) mendefinisikan motivasi adalah kekuatan yang
mendorong seorang pegawai yang dapat menimbulkan dan mengarahkan perilaku.
Motivasi kerja diartikan sebagai sesuatu yang menimbulkan dorongan atau
semangat kerja, atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut Mathis (2001) adalah atasan,
rekan kerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan non
(39)
Manusia yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi, mempunyai
keinginan yang tinggi untuk sukses, keinginan ini sama besarnya dengan
ketakutannya untuk gagal. Selain itu, menyukai tantangan, berani menghadapi
kesulitan, berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggung jawab
dalam tugas, menyukai keunikan, tangkas, cenderung gelisah, senang bekerja
keras, tidak takut menghadapi kegagalan apabila itu terjadi, serta cenderung
menonjolkan diri (Rivai, 2001).
Menurut Yuwalliatin dalam Cecilia (2006) teori motivasi terdiri dari,
pertama content theories atau teori kepuasan yang memusatkan perhatian pada
faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan
menghentikan perilaku. Kedua, adalah process theory atau teori proses yaitu yang menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku itu dikuatkan, diarahkan,
didukung dan dihentikan. Kedua kategori tersebut mempunyai pengaruh penting
bagi para manajer untuk memotivasi pegawai. Beberapa teori tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Teori Keadilan (Equity Theory) Inti dari teori keadilan ini adalah bahwa
pegawai membandingkan usaha dan imbalan pegawai dengan usaha dan
imbalan yang diterima oleh orang lain dalam situasi kerja yang serupa.
2. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory) teori ini tidak menggunakan
konsep suatu motif atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan
bagaimana konsekuensi perilaku di masa lalu mempengaruhi tindakan di
masa yang akan datang.
3. Penetapan Tujuan (Goal Setting) tujuan adalah apa yang ingin dicapai oleh
(40)
Langkah-langkah dalam menetapkan tujuan antara lain :
1. Menentukan apakah orang, organisasi dan teknologi cocok untuk penetapan
tujuan.
2. Mempersiapkan pegawai lewat bertambahnya interaksi interpersonal,
komunikasi, pelatihan dan rencana kegiatan untuk penetapan tujuan.
3. Menekankan sifat-sifat dalam tujuan yang harus dimengerti oleh pimpinan dan
bawahan.
4. Melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengadakan penyesuaian yang perlu
dalam tujuan yang telah ditetapkan.
5. Melaksanakan pemeriksaan akhir untuk mengecek tujuan yang telah
ditetapkan, dimodifikasi dan dicapai.
Stephen P. Robbins (2008) mengelompokkan beberapa teori motivasi yang
meliputi teori awal motivasi dan teori kontemporer tentang motivasi. Teori awal
motivasi adalah teori X dan teori Y serta teori dua faktor. Sedangkan teori
kontemporer meliputi teori ERG, teori kebutuhan McClelland, teori evaluasi
kognitif, teori penetapan sasaran, teori penguatan, teori hanyut (flow) dan motivasi
intrinsik, teori kesetaraan dan teori pengharapan.
Dalam penelitian ini teori motivasi yang dapat lebih diberi perhatian
karena berkaitan erat dengan pencapaian kinerja adalah teori pengharapan. Teori
pengharapan mengatakan bahwa pegawai dimotivasi untuk melakukan upaya
lebih keras apabila pegawai tersebut meyakini upaya tersebut akan menghasilkan
penilaian kinerja yang lebih baik. Teori pengharapan berfokus pada tiga hubungan
(41)
a. Hubungan upaya-kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang
mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.
b. Hubungan kinerja-imbalan. Sampai sejauh mana individu itu meyakini bahwa
berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya output yang
diinginkan.
c. Hubungan imbalan-sasaran-pribadi. Sampai sejauh mana imbalan-imbalan
organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi individu serta potensi
daya tarik imbalan tersebut bagi individu tersebut.
Lebih lanjut Rivai (2001) menjelaskan motivasi kerja pegawai yang
profesional yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk bekerja secara lebih baik, memperhatikan umpan balik dan
berorientasi tujuan.
2. Upaya untuk bertanggung jawab, berani bersaing.
3. Mempunyai keinginan untuk menikmati kesuksesan dan kesediaan menerima
tugas.
Memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan
dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya, untuk itu dapat pula
dikatakan bahwa dalam diri seseorang akan ada kekuatan yang mengarah pada
tindakannya (Koesmono, 2005). Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat
memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta
menunjukkan arah tindakannya.
Motivasi seseorang berasal dari intern dan ekstern. Dari hasil penelitian Herpen, Praag dan Cools (2002) mengatakan bahwa motivasi seseorang berupa
(42)
(2001) menyatakan bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik sesuatu yang sama
sama mempengaruhi tugas seseorang.
2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan
motivator intrinsik dan ketidak puasan kerja berasal dari ketidak beradaan
faktor-faktor ekstrinsik. Faktor motivasi dibedakan menjadi dua, yang pertama
dinamakan situasi motivasi yang “subjective” atau faktor intrinsik Teori dua faktor Frederick (disebut juga teori motivasi higienis) mengusulkan bahwa
faktor-faktor intrinsik (satisfaction) menekankan motivator berkaitan dengan kepuasaan kerja dengan pekerjaan itu sendiri, Herzberg mengasumsikan bahwa hanya
beberapa ciri pekerjaan dan karakteristik dapat menghasilkan motivasi.
Faktor-faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul dari individu
petugas dengan pekerjaanya yang sering disebut pula sebagai “Job content factor” Faktor tersebut diantaranya meliputi keberhasilan dalam melaksanakan tugas,
memperoleh pengakuan atas prestasinya, memperoleh tanggung jawab yang lebih
besar dan memperoleh kemajuan kedudukan melalui promosi jabatan. Sejauh
mana semuanya itu dapat terpenuhi secara positif bagi petugas, maka sejauh itu
pula dorongan/daya motivasinya untuk bekerja bagi tercapainya tujuan organisasi.
Beberapa karakteristik yang menjadi fokus manajer akan bisa
menghasilkan kondisi kerja yang nyaman, faktor-faktor motivasi yang digunakan
dalam penelitian ini dikutip dari teori motivasi dua faktor Herzberg. Adapun yang
merupakan faktor-faktor motivasi menurut Herzberg dalam Hasibuan (2005)
(43)
1. Tanggung jawab (Responsibility). Setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan
rasa percaya diri dan siap memikul tanggung jawab yang lebih besar.
2. Prestasi yang diraih (Achievement). Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan
akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas
berikutnya.
3. Pengakuan orang lain (Recognition). Pengakuan terhadap prestasi merupakan
alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi kepuasan yang
bersumber dari kompensasi.
4. Pekerjaan itu sendiri (The work it self). Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang
memberikan perasaan telah mencapai sesuatu, tugas itu cukup menarik, tugas
yang memberikan tantangan bagi pegawai, merupakan faktor motivasi, karena
keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi untuk berforma tinggi.
5. Kemungkinan Pengembangan (The possibility of growth). Pegawai hendaknya
diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya misalnya melalui
pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang pendidikannya.
Hal ini memberikan kesempatan kepada pegawai untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan mendorongnya lebih
giat dalam bekerja.
6. Kemajuan (Advancement). Peluang untuk maju merupakan pengembangan
potensi diri seorang pagawai dalam melakukan pekerjaan, karena setiap
(44)
mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengalaman dalam bekerja.
Peluang bagi pengembangan potensi diri akan menjadi motivasi yang kuat
bagi pegawai untuk bekerja lebih baik.
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu
memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi
karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat ”tidak
ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan,atau faktor hygiene.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak
puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan
prestasi kerja yang baik. kedua faktor ekstrinsik disebut sebagai adalah faktor
“objective” atau faktor ekstrinsik. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik berhubungan dengan ketidakpuasaan kerja sebagai faktor-faktor higienis (hygiene factors) yang berhubungan dengan faktor ketidakpuasan dalam bekerja menurut Herzberg
dalam Luthans (2003) dihubungkan oleh faktor ekstrinsik antara lain :
1. Gaji. Menurut Robert W Braid dalam Timpe (2002) tidak ada satu
organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya
atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem kompensasi yang
realitis dan gaji bila digunakan dengan benar akan memotivasi pegawai.
2. Keamanan dan keselamatan kerja. Kebutuhan akan keamanan dapat diperoleh
melalui kelangsungan kerja Maslow dalam Robins (2008).
3. Kondisi kerja. Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta
didukung oleh peralatan yang memadai, pegawai akan merasa betah dan
(45)
4. Hubungan kerja. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah
didukung oleh suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama
pegawai maupun atasan dan bawahan. Robins, (2008).
5. Prosedur perusahaan. Keadilan dan kebijaksanaan dalam menghadapi pekerja,
serta pemberian evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga
merupakan pengaruh terhadap motivasi pekerja.
6. Status adalah posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang
diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain yang
diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat menunjukkan statusnya.
2.3.3. Manfaat Motivasi
Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat. Sementara itu manfaat yang diperoleh karena
bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan
dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang ditetapkan dan
dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan
pekerjaannya.
Bekerja dengan adanya motivasi yang mendorongnya akan membuat
orang senang melakukannya. Orang pun akan merasa dihargai atau diakui, hal ini
terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi,
sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan
yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya
(46)
terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Arep dan
Tanjung: 2003).
2.4. Teori tentang Kinerja Pegawai 2.4.1. Pengertian Kinerja Pegawai
Menurut teori sumber daya manusia, kinerja merupakan hasil yang telah
dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan seseorang dalam melaksanakan kerja
atau tugas. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Istilah kinerja atau prestasi kerja sebenarnya pengalih bahasa dari bahasa
Inggris performance. Kamus The New Webster Dictionary dalam Ruky (2001),
ada tiga arti bagi kata performance yaitu: 1) performance adalah prestasi yang digunakan dalam konteks atau kalimat misalnya mobil yang sangat cepat, 2)
performance adalah pertunjukan yang biasanya digunakan dalam kalimat folk dance performance atau pertunjukan tarian-tarian rakyat, 3) performance adalah pelaksanaan tugas misalnya dalam kalimat In performing his/her duties.
Menurut Gomez (2004) bahwa Performance merupakan catatan outcome
yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu
periode waktu tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
performance atau prestasi adalah hasil atau apa yang keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan yang telah pegawai lakukan dari suatu fungsi pekerjaan yang
telah ditetapkan oleh organisasi atau kontribusi mereka pada organisasi pada suatu
(47)
Menurut Suhartono (2003) mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari usaha
seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi
tertentu. Jadi prestasi kerja merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan
dan persepsi tugas. Usaha merupakan hasil motivasi yang menunjukkan jumlah
energi (fisik atau mental) yang digunakan oleh individu dalam menjalankan suatu
tugas. Sedangkan kemampuan merupakan karakteristik individu yang digunakan
dalam menjalankan suatu pekerjaan. Persepsi tugas merupakan petunjuk di mana
individu percaya bahwa mereka dapat mewujudkan usaha-usaha mereka dalam
pekerjaan.
Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai
dengan standar yang telah ditentukan. Kinerja hasil yang dicapai oleh pegawai
dengan standar yang ditentukan. Kinerja juga berarti hasil yang dicapai oleh
seseorang baik kuantitas maupun kualitas sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
inisiatif, pengalaman kerja dan motivasi pegawai. Hasil kerja seseorang akan
memberikan umpan balik bagi orang itu sendiri untuk selalu aktif melakukan
kerjanya secara baik dan diharapkan akan menghasilkan mutu pekerjaan yang
baik (Masrukhin at.al, 2006).
Kinerja pegawai merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai tersebut
dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan
tertentu. Menurut Robbins (2008) kinerja pegawai adalah fungsi dari interaksi
antara kemampuan dan motivasi. Dalam studi manajemen kinerja pegawai ada hal
(48)
pegawai dalam organisasi merupakan bagian dari kinerja organisasi dan dan dapat
menentukan kinerja dari organisasi tersebut.
Mathis dan Jackson (2002), mendefinisikan bahwa kinerja pada dasarnya
adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan pegawai. Kinerja pegawai adalah
yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada
organisasi, yang antara lain termasuk :
1. Kuantitas keluaran
2. Kualitas keluaran
3. Inisiatif
4. Kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif
Kinerja merupakan suatu hal yang penting untuk mengatur keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap orang penting untuk selalu
melakukan penilaian terhadap kinerja, karena hal tersebut dapat dijadikan sebagai
masukan untuk perbaikan dan peningkatan kinerjanya.
Dalam Rivai (2001) ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian
kinerja. Pengertian kinerja pegawai menurut Simamora (2004) adalah tingkat
terhadap mana para pegawai mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2006), definisi kinerja pegawai adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja merupakan penampilan hasil karya seseorang dalam bentuk kualitas
ataupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan
(49)
tujuan, ukuran, dan penilaian. Penentuan tujuan setiap unit organisasi merupakan
strategi untuk meningkatkan kinerja.
Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana
seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi dari setiap personel. Tetapi
ternyata tujuan saja tidak cukup, sebab itu diperlukan ukuran apakah seseorang
personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Penilaian kuantitatif dan
kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang
peranan yang penting. Akhir dari proses kinerja adalah penilaian kinerja itu
sendiri yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan.
Dimensi-dimensi yang dijadikan ukuran kinerja, menurut Nawawi (2003)
adalah :
1. Tingkat kemampuan kerja (kompetensi) dalam melaksanakan pekerjaan baik
yang diperoleh dari hasil pendidikan dan pelatihan maupun yang bersumber
dari pengalaman kerja.
2. Tingkat kemampuan eksekutif dalam memberikan motivasi kerja, agar pekerja
sebagai individu bekerja dengan usaha maksimum, yang memungkinkan
tercapainya hasil sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Penilaian kinerja merupakan suatu proses menilai hasil karya personal
dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja dengan membandingkanya
dengan standar baku. Melalui penilaian itu kita dapat mengetahui apakah
pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun
sebelumnya. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor :
1. Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang
(50)
2. Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang personal
dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personal
tersebut.
3. Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personal mengatasi
kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
Dessler (2009) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai evalusi kinerja
karyawan saat ini/atau dimasa lalu relatif terhadap standar prestasinya. Bernardin
dan Russel (dalam Gomez, 2004) “ A way of measuring the contribution of
individuals to their organization”. Peniaian kinerja adalah cara mengukur kostribusi individu (karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja. Model
penilaian kinerja yang dicontohkan oleh Gary Dessler (2009) meliputi indikator
sebagai berikut:
1. Kualitas kerja adalah akuransi, ketelitian,dan bisa diterima atas pekerjaan yang
dilakukan.
2. Produktivitas adalah kuantitas dan efisiensi kerja yang dihasilkan dalam
periode waktu tertentu.
3. Pengetahuan pekerjaan adalah keterampilan dan informasi praktis/teknis yang
digunakan pada pekerjaan.
4. Bisa diandalkan adalah sejauh mana seorang karyawan bisa diandalkan atas
penyelesaian dan tindak lanjut tugas.
5. Kehadiran adalah sejauh mana karyawan tepat waktu, mengamati periode
(51)
6. Kemandirian adalah sejauh mana pekerjaan yang dilakukan dengan atau tanpa
pengawasan.
Maka dengan demikian, kinerja dapat dipahami sebagai tingkat
keberhasilan maupun tingkat pencapaian tujuan organisasi. Kinerja dapat
menunjukkan seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi. Selain itu, kinerja juga menunjukkan sejauh mana tujuan yang
dinyatakan dalam petunjuk hasil dapat dicapai oleh suatu organisasi.
Dengan demikian pengertian kinerja suatu organisasi memenuhi fungsi serta
aturan yang ditetapkan bagi pencapaian tujuan.
Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,
karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atau sumber daya manusia
yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi
dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut
maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.
2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Sebagai suatu hasil, kinerja pegawai dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Suprihanto (2003) menyebutkan sejumlah faktor yang mempengaruhi kinerja
pegawai yaitu: bakat, pendidikan, pelatihan, pengembangan karir, lingkungan dan
fasilitas, iklim kerja, motivasi dan kemampuan hubungan industrial, teknologi,
manajemen, kesempatan berprestasi dan lain sebagainya. Dengan kata lain untuk
(52)
yang kuat dan untuk bekerja dengan terampil serta handal itu diperoleh dengan
pelatihan.
Kaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pada suatu
organisasi melalui sistem manajemen kinerja yang efektif yang akan dipilih untuk
disesuaikan harus tergantung pada kebutuhan dan tujuan masing-masing
organisasi. Kinerja pegawai dipengaruhi oleh sejumlah faktor menurut Mahsun
(2006) ada beberapa elemen pokok yaitu :
1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.
2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.
4. Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Dalam konteks pemerintahan sebagai sektor publik menurut Mahsun
(2006) bahwa ada beberapa aspek yang dapat dinilai kinerjanya :
1. Kelompok Masukan (input).
2. Kelompok Proses (Proccess).
3. Kelompok Keluaran (Output).
4. Kelompok Hasil (Outcome).
5. Kelompok Manfaat (Benefit).
6. Kelompok Dampak (Impact).
Fokus pengukuran kinerja sektor publik justru terletak pada outcome dan
bukan input dan proses outcome yang dimaksudkan adalah outcome yang
(53)
mampu memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat menjadi tolok ukur
keberhasilan organisasi sektor publik.
Menurut Mangkunegara (2006) terdapat aspek-aspek standar pekerjaan
yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif meliputi :
Aspek kuantitatif yaitu :
1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan,
2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan,
3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan
4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
Aspek kualitatif yaitu :
1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan
2. Tingkat kemampuan dalam bekerja
3. Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kegagalan
menggunakan mesin /peralatan, kemampuan mengevaluasi keluhan konsumen
Suhartono (2003) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah sebagi berikut :
1. Kemampuan, kepribadian dan minat kerja. Kemampuan merupakan kecakapan
seseorang, seperti kesederhanaan dan keterampilan. Kepribadian adalah
serangkaian ciri yang relativ mantap yang dipengaruhi oleh keturunan dan
faktor sosial, kebudayaan dan lingkungan. Sedangkan minat merupakan suatu
valensi atau sikap.
2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peran seseorang pekerja, yang
merupakan taraf pengertian dan penerimaan seseorang individu atas tugas
(54)
persyaratan dan sasaran pekerjaannya, maka makin banyak energi yang dapat
dikerahkan untuk kegiatan ke arah tujuan.
3. Tingkat motivasi pekerja. Motivasi adalah daya energi yang mendorong,
mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Setiap individu dari perusahaan
berasal dari latar belakang yang berbeda, oleh karena itu, perusahaan perlu
melihat kebutuhan dan harapan pegawainya, bakat dan keterampilan yang
dimiliki serta bagaimana rencana pegawai tersebut pada masa mendatang.
4. Apabila perusahaan telah mengetahui hal-hal tersebut maka akan lebih mudah
untuk menempatkan pegawai pada posisi yang paling tepat sehingga pegawai
akan lebih termotivasi dalam bekerja karena pada dasarnya motivasi dapat
memacu pegawai untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan mereka.
2.4.3. Manfaat dan Kegunaan Kinerja Pegawai
Dalam suatu organisasi, melakukan penilaian terhadap kinerja dari setiap
pegawai adalah sangat penting di mana tujuan utama melakukan penilaian kinerja
adalah:
1. Untuk mengetahui keterampilan dan kemampuan setiap pegawai.
2. Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia, khususnya
penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
3. Untuk digunakan sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai
seoptimal mungkin, sehingga antara lain dapat diarahkan jenjang karirnya
ataupun perencanaan karir, kenaikan pangkat atau kenaikan jabatan.
a. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan
(55)
b. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang personalia,
khususnya prestasi kerja individu.
Adapun kegunaan dari penilaian kinerja dalam suatu organisasi adalah
antara lain untuk memperbaiki kinerja :
a. Dalam rangka kebijakan penyesuaian kompensasi.
b. Dalam rangka penempatan pegawai.
c. Dalam rangka perencanaan pelatihan dan pengembangan karir.
d. Memberikan kesempatan kerja yang adil.
2.4.4. Kriteria atau Indikator Pengukuran Kinerja Pegawai
Ada tiga jenis dasar kriteria kinerja. Kriteria berdasarkan sifat,
memusatkan diri pada karakteristik pribadi seorang pegawai. Loyalitas,
keandalan, kemampuan berkomunikasi dan keterampilan memimpin merupakan
sifat-sifat yang sering dinilai selama proses penilaian. Kriteria berdasarkan
perilaku,terfokus pada bagaimana pekerjaan dilaksanakan.
Kriteria semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan
hubungan antar personal. Kriteria keperilakuan terbukti bermanfaat untuk
memantau apakah para atasan mencurahkan cukup banyak usaha untuk
mengembangkan diri. Kriteria berdasarkan hasil, kriteria ini berfokus pada apa yang telah dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu dihasilkan atau
dicapai. Penilaian terhadap kinerja pegawai maka harus dimiliki sebuah pedoman
dan dasar-dasar penilaian.
Pedoman dan dasar-dasar penilaian tersebut dapat dibedakan dalam
aspek-aspek penilaian. Yang dimaksud dengan aspek-aspek-aspek-aspek penilaian di sini adalah
(56)
menunjukkan bahwa pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu dapat berjalan dengan
lancar dan berhasil dengan baik, dengan kata lain ciri-ciri dari pelaksanaan
pekerjaan yang berhasil digunakan kembali untuk menilai setiap pelaksanaan
pekerjaan yang bersangkutan secara rutin.
Abubakar (2002) mengungkapkan beberapa faktor yang digunakan untuk
mengukur kinerja pegawai, yaitu tingkat kualitas hasil kerja, tingkat keuletan dan
daya tahan kerja, tingkat disiplin dan absensi, tingkat kerjasama antar rekan
sekerja, tingkat keperdulian akan keselamatan kerja, tingkat tanggung jawab atas
hasil pekerjaan dan tingkat inisiatif /kreativitas yang dimiliki.
2.5.5 Model Penilain Kinerja
Model penilaian kinerja terhadap rotasi pekerjaan yang diharapkan
meliputi indikator sebagai berikut :
1. Kesetiaan sejauh mana pegawai setia pada Tuhan yang Maha Esa dan sumpah
jabatan yang sudah diikrarkan, tata tertib dan disiplin yang ada.
2. Kejujuran yaitu setiap pegaai harus berlaku jujur.
3. Ketaatan yaitu sejauh mana pegawai bisa mengikuti peraturan dan tata tertib
yang ditentukan misalnya tata aturan berpakaian, kegiatan apel pagi.
4. Untuk mengukur kualitas kerja hasil pekerjaan yang dilakukan pegawai.
5. Mengukur produktivitas kerja yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu
misalnya penetapan kurikulum apakah sudah sesuai dengan standard
kompetensi.
6. Kehadiran adalah sejauh mana pegawai tepat waktu sesuai dengan peraturan
(1)
Notes
Output Created 29-04-2012 18:17:22 Comments
Input Data D:\Siti\tesis siap1\data.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none> N of Rows in Working
Data File
58
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT KinerjaPegawai /METHOD=ENTER RotasiPekerjaan MotivasiKerja /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).
Resources Processor Time 0:00:02.871
Elapsed Time 0:00:02.995 Memory Required 1644 bytes Additional Memory
Required for Residual Plots
904 bytes
(2)
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N KinerjaPegawai 70.5517 5.89133 58 RotasiPekerjaan 67.8276 6.81108 58 MotivasiKerja 66.4655 5.44902 58
Correlations KinerjaPegawai
RotasiPekerjaa
n MotivasiKerja
Pearson Correlation KinerjaPegawai 1.000 .845 .851
RotasiPekerjaan .845 1.000 .848
MotivasiKerja .851 .848 1.000
Sig. (1-tailed) KinerjaPegawai . .000 .000
RotasiPekerjaan .000 . .000
MotivasiKerja .000 .000 .
N KinerjaPegawai 58 58 58
RotasiPekerjaan 58 58 58
MotivasiKerja 58 58 58
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 MotivasiKerja,
RotasiPekerjaa na
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .882a .778 .770 2.82377
a. Predictors: (Constant), MotivasiKerja, RotasiPekerjaan b. Dependent Variable: KinerjaPegawai
(3)
Model Summaryb
Model
Change Statistics R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1 .778 96.555 2 55 .000 1.909
b. Dependent Variable: KinerjaPegawai
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1539.794 2 769.897 96.555 .000a
Residual 438.551 55 7.974
Total 1978.345 57
a. Predictors: (Constant), MotivasiKerja, RotasiPekerjaan b. Dependent Variable: KinerjaPegawai
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 10.393 4.585 2.267 .027
RotasiPekerjaan .380 .104 .439 3.667 .001
MotivasiKerja .518 .129 .479 3.998 .000
a. Dependent Variable: KinerjaPegawai
Coefficientsa
Model
95.0% Confidence Interval for
B Correlations
Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part
(4)
Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 RotasiPekerjaan .281 3.557
MotivasiKerja .281 3.557 a. Dependent Variable: KinerjaPegawai
Coefficient Correlationsa
Model MotivasiKerja
RotasiPekerjaa n
1 Correlations MotivasiKerja 1.000 -.848 RotasiPekerjaan -.848 1.000 Covariances MotivasiKerja .017 -.011
RotasiPekerjaan -.011 .011 a. Dependent Variable: KinerjaPegawai
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimen sion
Variance Proportions Eigenvalue
Condition
Index (Constant)
RotasiPekerjaa
n MotivasiKerja
1 1 2.994 1.000 .00 .00 .00
2 .005 23.906 .79 .17 .02
3 .001 50.926 .21 .83 .98
(5)
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 56.8123 79.7293 70.5517 5.19749 58 Std. Predicted Value -2.643 1.766 .000 1.000 58 Standard Error of
Predicted Value
.378 1.091 .620 .169 58
Adjusted Predicted Value 57.4401 80.0989 70.5529 5.15792 58
Residual -5.34110 9.00770 .00000 2.77378 58
Std. Residual -1.891 3.190 .000 .982 58
Stud. Residual -1.922 3.261 .000 1.011 58
Deleted Residual -5.51351 9.41592 -.00116 2.94013 58 Stud. Deleted Residual -1.972 3.598 .007 1.039 58
Mahal. Distance .041 7.528 1.966 1.665 58
Cook's Distance .000 .161 .020 .035 58
Centered Leverage Value .001 .132 .034 .029 58 a. Dependent Variable: KinerjaPegawai
(6)