3.9. Pengujian Asumsi Klasik 3.9.1. Uji Normalitas
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi
data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh
sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah
uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S.
3.9.2. Uji Multikolonieritas
Ghozali 2005 Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas variabel
indepenen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak
signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.
3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari 1 nilai Tolerance, dan 2 Variance Inflation Factor VIF. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi karenaVIF=1Tolrance.
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.
3.9.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas yang dapat dilakukan dengan melihat Grafik Plot dan Uji
Glejser yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model regresi sebagai vaeiabel dependent terhadap semua variabel
independent dalam model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing- masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik
Universitas Sumatera Utara
maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas Sumodiningrat, 2001. Variabel independent signifikan dibawah 5 secara statistik maka diindikasikan
terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5 maka model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas
Ghozali, 2005 Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi
menurut Ghozali 2005 adalah dengan melihat grafik antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu antara lain dengan cara melihat grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual Yprediksi – Y sesungguhnya yang telah di studentized. Dasar analisisnya adalah
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Politeknik Kesehatan Medan
Pada awalnya wilayah Propinsi Sumatera Utara terdapat banyak institusi Akademi Kesehatan baik dari Depkes, Pemda, TNIPOLRI dan Swasta.
Khususnya institusi Pendidikan dibawah naungan Depkes ada 9 sembilan yaitu:
1. Akademi Keperawatan di Medan 2. Akademi Gizi di Lubuk Pakam
3. Akademi Kesehatan Lingkungan di Kabanjahe 4. Akademi Kebidanan di Medan
5. Akademi Kebidanan di Pematang Siantar 6. Akademi Kebidanan di Padang Sidimpuan
7. Akademi Farmasi di Medan 8. Akademi Kesehatan Gigi di Medan
9. Akademi Analis Kesehatan di Medan Akademi Keperawatan di Medan berdiri pada tahun 1995 dengan nama
Pendidikan Ahli Madya PAM Keperawatan Medan, dan pada tahun 1999 melembaga menjadi Akademi Keperawatan. Akademi Gizi berawal dari Sekolah
Pembantu Ahli Gizi SPAG yang didirikan pada tahun 1982 dan tahun 1992 dikonversi menjadi D-III Akademi Gizi. Tahun 1996 berubah namanya menjadi
Pendidikan Ahli Madya PAM Gizi dan pada tahun 1999 melembaga menjadi Akademi Gizi. Kesehatan Lingkungan di Kabanjahe dulunya D-III bidang
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan SKL. Pada tahun 1991 dikonversi menjadi
64
Universitas Sumatera Utara