Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Utara. Dari 72 responden yang diberikan kuesioner dalam penelitian ini yang mengembalikan dan menjawab semua pertanyaan sebanyak 57 responden. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan 57 responden yang dijadikan sebagai objek penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dengan mengirimkan kuesioner kepada Kepala Dinas dan Bidang berserta staf, Kepala UPTD berserta staf dan sekretariat yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan stratified random sampling.

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan 1 satu variabel dependen yaitu kinerja manajerial Y, dan 3 tiga variabel independen yaitu ketidakpastian lingkungan X 1 , kejelasan sasaran anggaran X 2 dan keadilan prosedural X 3 1. Kinerja manajerial Y serta satu variabel moderating yaitu pengawasan anggaran Z. Definisi operasional dari variabel pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: Performance kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain : perencanaan, Universitas Sumatera Utara investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pengatur staf, negosiasi dan perwakilan. Variabel ini selanjutnya berperan sebagai variabel dependen. Variabel kinerja manajerial diukur dengan menggunakan instrument self rating yang dikembangkan Haneman 1974. Dalam penelitian ini setiap responden deminta untuk mengukur sendiri kinerjanya yang terbagi dalam delapan dimensi yaitu : perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 7. Skala 1 menunjukkan bahwa tingkat kinerja manajerial yang rendah dan sebaliknya skala 7 menunjukkan tingkat kinerja manajerial yang tinggi. 2. Ketidakpastian Lingkungan X 1 Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi di lingkungannya secara akurat Milliken, 1987. Di dalam lingkungan relatif stabil ketidakpastian rendah, individu dapat memprediksi keadaan di masa yang akan datang sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat membantu organisasi menyusun rencana dengan lebih akurat Duncan, 1972. Variabel ketidakpastian lingkungan diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Duncan 1972. Instrumen digunakan untuk mengetahui persepsi manajer dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan yang dirasakannya. Instrumen ini terdiri dari tujuh pertanyaan yang mencerminkan persepsi manajer mengenai keyakinan metode kerja, informasi penting, pengukuran keputusan, faktor-faktor diluar kendali, sikap, penyesuaian terhadap perubahan, penyelesaian tugas, informasi yang diperoleh, pemenuhan harapan, pencapaian sasaran, keyakinan bekerja dan menghadapi masalah. Dalam Universitas Sumatera Utara instrumen ini responden diminta untuk memilih skala 1 sampai dengan 7. Skala rendah menunjukkan persepsi responden terhadap ketidakpastian lingkungan yang rendah, sebaliknya skala tinggi menunjukkan persepsi responden terhadap ketidakpastian lingkungan yang tinggi. 3. Kejelasan Sasaran Anggaran X 2 Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Variabel kejelasan sasaran anggaran diukur dengan menggunakan 3 instrumen pertanyaan yang digunakan oleh Kenis 1979. Tiga instrumen pertanyaan tersebut mengenai kejelasan dan spesifik tujuan, ambigu, dan prioritas. Variabel kejelasan sasaran anggaran diukur menggunakan skala tujuh poin, di mana skala rendah 1 menunjukkan rendahnya kejelasan sasaran anggaran dan skala tinggi 7 menunjukkan tingginya kejelasan sasaran anggaran. 4. Keadilan Prosedural X 3 Keadilan prosedural adalah keadilan yang dirasakan karyawan atas pertimbangan kinerjanya yang telah diberikan kepada organisasi dengan imbalan yang diberikan kepada dirinya oleh organisasi. Variabel keadilan prosedural diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Niehoff dan Moorman 1993. Instrumen digunakan untuk mengetahui keadilan prosedural yang dirasakan oleh para karyawan. Instrumen ini terdiri dari enam pertanyaan yang mencerminkan keadilan prosedural mengenai kejelasan keputusan, konsistensi, keterwakilan, keakuratan informasi, pembenaran dan penindasan bias. Dalam instrumen ini responden diminta untuk memilih skala 1 sampai dengan 7. Skala rendah menunjukkan persepsi responden terhadap keadilan prosedural yang Universitas Sumatera Utara rendah, sebaliknya skala tinggi menunjukkan persepsi responden terhadap keadilan prosedural yang tinggi. 5. Pengawasan Anggaran Z Pengawasan anggaran adalah penilaian suatu rencana anggaran keuangan rencana kerja dibandingkan dengan pelaksanaannya, dan berdasarkan penilaian tersebut, diperoleh kesimpulan, yaitu rencana anggaran telah atau belum dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Variabel pengawasan anggaran diukur dengan menggunakan instrumen self rating yang dikembangkan oleh Ozer dan Yilmaz 2011. Dalam penelitian ini setiap responden diminta menilai pengawasan anggaran yang diterapkan dalam organisasi. Setiap responden diminta untuk menjawab 5 lima butir pertanyaan yang mengukur pengawasan terhadap permintaan dana, pengawasan terhadap biaya, disiplin anggaran, pengawasan terhadap penggunaan dana dan pengawasan terhadap jumlah anggaran dengan memilih skala 1 sampai dengan 7, skala 1 menunjukkan bahwa tingkat pengawasan anggaran yang rendah dan sebaliknya skala 7 menunjukkan tingkat pengawasan anggaran yang tinggi. Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel Definisi Indikator Skala Pengukuran Kinerja Manajerial Variabel Dependen Kinerja individu Kepala Bagian, Kepala CabangKepala Instalasi, Kepala Bidang dan Kepala Divisi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, - Perencanaan - Investigasi - Kordinasi - Supervisi - Pengaturan staf - Negosiasi - Perwakilan Linkert Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 4.2. Ketidakpastian Lingkungan Variabel Independen pengaturan staf, negosiasi, dan perwakilan Rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi di lingkungannya secara akurat. - Keyakinan - metode kerja - Informasi penting - Pengukuran keputusan - Faktor-faktor diluar kendali - Sikap - Penyesuaian terhadap perubahan - Penyelesaian tugas - Informasi yang diperoleh - Pemenuhan harapan - Pencapaian sasaran - Keyakinan berkerja - Menghadapi masalah Linkert Kejelasan Sasaran Anggaran Variabel Independen Sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut - Kejelasan dan spesifik tujuan - Ambigu - Prioritas dan kepentingan Linkert Keadilan Prosedural Variabel Independen Keadilan yang dirasakan oleh karyawan atas perlakuan organisasi terhadap dirinya dengan membandingkan kinerja yang dimilikinya - Kejelasan keputusan - Konsistensi - Keterwakilan - Keakuratan informasi - Pembenaran - Penindasan bias Linkert Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 4.2. Pengawasan Anggran Variabel Moderating penilaian suatu rencana anggaran keuangan rencana kerja dibandingkan dengan pelaksanaannya - Pengawasan terhadap permintaan dana - Pengawasan terhadap biaya - Disiplin anggaran - Pengawasan terhadap penggunaan dana - Pengawasan terhadap jumlah anggaran Linkert

4.6. Metode Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Piutang Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) terhadap Biaya Operasional PTPN II (PERSERO) Medan

9 102 96

Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Propinsi Sumatera Utara

7 55 121

Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Melalui Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Pemerintah Kabupatan Karo

0 0 17

Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Melalui Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Pemerintah Kabupatan Karo

0 0 2

Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Melalui Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Pemerintah Kabupatan Karo

0 0 8

Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Melalui Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Pemerintah Kabupatan Karo

0 0 21

Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Melalui Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Pemerintah Kabupatan Karo

0 0 4

Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Skpd Melalui Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Pemerintah Kabupatan Karo

0 0 22

BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Manajerial - Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Di Lingkungan

0 0 23

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating Di Lingkungan SKPD Dinas Bina Marga P

0 0 10