Pengaruh Total Kredit, PDB, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM)

(1)

DEPARTEMEN

FAKULTAS EKON

INSTITUT PERTA

Oleh :

I MADE RAJIV PERMADI (H14051239)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

Oleh :

I MADE RAJIV PERMADI (H14051239)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM) (dibimbing oleh Dr. Sri Mulatsih.)

Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang terbesar. Selain itu, peranan UKM dalam penyerapan angkatan kerja pun memiliki kontribusi yang sangat besar. Sumbangan sektor UKM terhadap PDB juga sangat besar. Menurut data dari BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia pada tahun 2007 mencapai 53,6 %. Sehingga sektor UKM merupakan sektor yang penting terhadap perekonomian Indonesia. Selain menjadi sektor yang penting terhadap perekonomian di Indonesia, sektor UKM juga sebagai sektor yang tahan terhadap krisis ekonomi.

Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial yang dapat menciptakan nilai tambah. Akan tetapi, kenyataan menunjukan bahwa UKM belum maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal permodalan. Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja, akan tetapi dengan hambatan tersebut akan menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha. Peranan sektor UKM yang potensial tidak dapat tercapai dengan optimal jika kendala-kendala yang dihadapi sektor UKM tidak segara dipecahkan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhadap perkembangan UKM di Indonesia, serta mengukur pengaruh dunia perbankan terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, Time Series

tahun 2000 – 2008. Penelitian ini menggunakan dua metode pendekatan, metode kualitatif untuk menganalisis bagaimana hubungan antara peningkatan jumlah unit usaha sektor UKM dengan tingkat suku bunga, total PDB, dan total kredit sektor UKM. Sedangkan metode kuantitatif untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun peranti lunak (Software) yang digunakan pada saat proses pemasukan data adalah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, sedangkan pada saat pengolahan data menggunakan Minitab.


(4)

peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah. Koefisien variabel suku bunga pada hasil pengolahan data adalah sebesar – 634414, ini berarti bahwa penurunan suku bunga sebesar 1 % dapat meningkatkan jumlah unit usaha sebesar 634414 unit usaha. Selain itu, peningkatan jumlah UKM di Indonesia juga membuka lapangan pekerjaan baru di Indonesia.


(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : I Made Rajiv Permadi Nomor Registrasi Pokok : H14051239

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Pengaruh Total Kredit, PDB dan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Sri Mulatsih NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002


(6)

kedua dari tiga bersaudara, yaitu dari pasangan I Nyoman Sugata dan Sri Sumartini. Penulis memulai pendidikan formalnya di TK Kasih Ananda, lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 236 Jakarta, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 61, Jakarta Timur. Pendidikan sarjana ditempuh penulis di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Kemudian pada tahun 2006 menjadi mahasiswa pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(7)

BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2009

I Made Rajiv Permadi H14051239


(8)

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Total Kredit, PDB, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM)”. Skripsi ini disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, I Nyoman Sugata dan Sri Sumartini yang telah memberikan segala doa dan dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan secara teoritis dan teknis kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Muhammad Firdaus sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan terhadap isi skripsi ini.

4. Dr. Muhammad Findy selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memperbaiki skripsi ini dari segi penulisan yang benar.

5. Tanti Novianti, M.Si sebagai Pembimbing Akademik

6. Saudara kandung dari penulis yaitu I Putu Mahendara dan I Komang Narendra 7. Ika Damayanti yang telah memberikan semangat dan bantuan pada penyelesaian

skrisi ini.

8. Teman-teman satu bimbingan yaitu Stefanie, Rochma, Sunengcih

9. Damar, Tia, Riza, Memes, Sri Mulyati, Rina, Anggi, Riri, Istiana serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.


(9)

Bogor, Juli 2009

I Made Rajiv Permadi H14051239


(10)

Halaman

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup UKM... 7

2.2 Karakteristik UKM... 14

2.3 Definisi dan Tugas Perbankan ... 16

2.4 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 20

2.5 Pengertian Tingkat Suku Bunga... 27

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

2.7 Kerangka Pemikiran... 30

2.8 Hipotesis ... 32

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 33

3.2 Model Penelitian Umum ... 34

3.3 Ruang Lingkup Variabel - Variabel... 34

3.4 Metode dan Analisis Data ... 35

3.5 Model Data Regresi Berganda ... 36

3.6 Uji Ekonometrika ... 36


(11)

DEPARTEMEN

FAKULTAS EKON

INSTITUT PERTA

Oleh :

I MADE RAJIV PERMADI (H14051239)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

Oleh :

I MADE RAJIV PERMADI (H14051239)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(13)

terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM) (dibimbing oleh Dr. Sri Mulatsih.)

Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang terbesar. Selain itu, peranan UKM dalam penyerapan angkatan kerja pun memiliki kontribusi yang sangat besar. Sumbangan sektor UKM terhadap PDB juga sangat besar. Menurut data dari BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia pada tahun 2007 mencapai 53,6 %. Sehingga sektor UKM merupakan sektor yang penting terhadap perekonomian Indonesia. Selain menjadi sektor yang penting terhadap perekonomian di Indonesia, sektor UKM juga sebagai sektor yang tahan terhadap krisis ekonomi.

Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial yang dapat menciptakan nilai tambah. Akan tetapi, kenyataan menunjukan bahwa UKM belum maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal permodalan. Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja, akan tetapi dengan hambatan tersebut akan menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha. Peranan sektor UKM yang potensial tidak dapat tercapai dengan optimal jika kendala-kendala yang dihadapi sektor UKM tidak segara dipecahkan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhadap perkembangan UKM di Indonesia, serta mengukur pengaruh dunia perbankan terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, Time Series

tahun 2000 – 2008. Penelitian ini menggunakan dua metode pendekatan, metode kualitatif untuk menganalisis bagaimana hubungan antara peningkatan jumlah unit usaha sektor UKM dengan tingkat suku bunga, total PDB, dan total kredit sektor UKM. Sedangkan metode kuantitatif untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun peranti lunak (Software) yang digunakan pada saat proses pemasukan data adalah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, sedangkan pada saat pengolahan data menggunakan Minitab.


(14)

peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah. Koefisien variabel suku bunga pada hasil pengolahan data adalah sebesar – 634414, ini berarti bahwa penurunan suku bunga sebesar 1 % dapat meningkatkan jumlah unit usaha sebesar 634414 unit usaha. Selain itu, peningkatan jumlah UKM di Indonesia juga membuka lapangan pekerjaan baru di Indonesia.


(15)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : I Made Rajiv Permadi Nomor Registrasi Pokok : H14051239

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Pengaruh Total Kredit, PDB dan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Sri Mulatsih NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002


(16)

kedua dari tiga bersaudara, yaitu dari pasangan I Nyoman Sugata dan Sri Sumartini. Penulis memulai pendidikan formalnya di TK Kasih Ananda, lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 236 Jakarta, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 61, Jakarta Timur. Pendidikan sarjana ditempuh penulis di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Kemudian pada tahun 2006 menjadi mahasiswa pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(17)

BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2009

I Made Rajiv Permadi H14051239


(18)

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Total Kredit, PDB, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM)”. Skripsi ini disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, I Nyoman Sugata dan Sri Sumartini yang telah memberikan segala doa dan dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan secara teoritis dan teknis kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Muhammad Firdaus sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan terhadap isi skripsi ini.

4. Dr. Muhammad Findy selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memperbaiki skripsi ini dari segi penulisan yang benar.

5. Tanti Novianti, M.Si sebagai Pembimbing Akademik

6. Saudara kandung dari penulis yaitu I Putu Mahendara dan I Komang Narendra 7. Ika Damayanti yang telah memberikan semangat dan bantuan pada penyelesaian

skrisi ini.

8. Teman-teman satu bimbingan yaitu Stefanie, Rochma, Sunengcih

9. Damar, Tia, Riza, Memes, Sri Mulyati, Rina, Anggi, Riri, Istiana serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.


(19)

Bogor, Juli 2009

I Made Rajiv Permadi H14051239


(20)

Halaman

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup UKM... 7

2.2 Karakteristik UKM... 14

2.3 Definisi dan Tugas Perbankan ... 16

2.4 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 20

2.5 Pengertian Tingkat Suku Bunga... 27

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

2.7 Kerangka Pemikiran... 30

2.8 Hipotesis ... 32

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 33

3.2 Model Penelitian Umum ... 34

3.3 Ruang Lingkup Variabel - Variabel... 34

3.4 Metode dan Analisis Data ... 35

3.5 Model Data Regresi Berganda ... 36

3.6 Uji Ekonometrika ... 36


(21)

3.6.2 Autokorelasi ... 44

3.6.3 Heteroskedastisitas ... 45

3.6.4 Uji Normalitas ... 45

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia... 46

4.2 Total Kredit yang Tersalurkan di Sektor UKM ... 51

4.3 Suku Bunga ... 60

4.4 Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di Indonesia... 63

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Kredit, PDB, dan Suku Bunga terhadap UKM ... 66

5.2 Uji Ekonometrika... .... 67

5.2.1 Uji Normalitas... 67

5.2.2 Uji Autokorelasi... .. 68

5.2.3 Uji Heteroskedostisitas... .. 68

5.2.4 Uji Multikolinearitas... ... 68

5.3 Penyelesaian Multikolinearitas... ... 71

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 78

6.2 Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(22)

Tahun 1999-2008 di Indonesia (unit)... 47 Tabel 4.2 Total Unit Usaha di Indonesia pada tahun 1999-2008 (Unit)……48 Tabel 4.3 Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Usaha Kecil,

Menengah, dan Besar Tahun 2000-2008 di Indonesia (Orang)...50 Tabel 4.4 Kendala yang Dihadapi Industri Kecil

dan Rumah Tangga dalam Presentase……….53 Tabel 4.5 Jumlah Total Kredit Bank Umum yang Disalurkan

pada Usaha Kecil dan Menengah (Miliar Rupiah)………. 54 Tabel 4.6 Proporsi Kredit pada Berbagai Sektor Usaha Kecil

dan Menengah pada Tahun 2000-2008 (Milyar Rupiah)……….. 56 Tabel 4.7 Proporsi Rata-rata dari penyaluran kredit UKM untuk

Semua Sektor pada Periode tahun 2000-2008 (Persen)... 58 Tabel 4.8 Tingkat Suku Bunga untuk Modal Kerja Secara Rata-rata

pada Tahun 2000-2008 (Persen)……… 61 Tabel 4.9 Perkembangan Total PDB Indonesia (Miliar Dollar Amerika)….. 64 Tabel 5.1 Hasil Regresi Persamaan Perkembangan Jumlah UKM…………. 66 Tabel 5.2 Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas……… 68 Tabel 5.3 Uji Korelasi Total Kredit, PDB, dan Suku bunga

terhadap Jumlah Usaha……… 69 Tabel 5.4 Nilai Rataan dan Standar Deviasi Setiap Variabel Independen…. 72 Tabel 5.5 Nilai Sebaran Normal Pada Tiga Komponen Utama……….. 72 Tabel 5.6 Analisis Komponen Utama Z1, Z2, Z3……… 73 Tabel 5.7 Hasil Regresi Variabel Jumlah Usaha terhadap W1……… 74


(23)

Gambar 4.1 Proporsi UKM dengan Usaha………..49 Gambar 4.2 Total Kredit Bank Umum yang Disalurkan pada

Usaha Berskala Kecil dan Menengah………..55 Gambar 4.3 Proporsi Penyaluran Kredit UKM

pada Semua Sektor……….. 59 Gambar 4.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit Modal Kerja

pada Tahun 2000-2008……… 62 Gambar 4.5 Grafik Pertumbuhan Total PDB Indonesia


(24)

Lampiran 2 Hasil Regresi jumlah UKM terhadap Total Kredit, PDB,

dan Suku Bunga... 83 Lampiran 3 Uji Normalitas ... 84 Lampiran 4 Uji Heteroskedastisitas ... 84 Lampiran 5 Uji Multikolinearitas ... 85 Lampiran 6 Sebaran Normal ... 85 Lampiran 7 Analisis Komponen Utama pada Sebaran Normal ... 86 Lampiran 8 Analisis Regresi Jumlah UKM terhadap W1 ... 86 Lampiran 9 Transformasi W hingga menjadi X ... 87


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sedikitnya ada dua definisi usaha berskala kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi usaha kecil menurut Undang-Undang No.9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Undang-Undang No 9. Tentang Usaha Kecil tersebut menjelaskan bahwa usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 Miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta. Definisi UKM berikutnya didefinisikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. BPS mendeskripsikan besar-kecilnya suatu industri berdasarkan jumlah pekerjanya. Berdasarkan penggolongan jumlah tenaga kerjanya tersebut, maka yang dimaksud dengan industri rumah tangga adalah industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang, sedangkan yang termasuk dalam industri kecil adalah suatu industri dengan jumlah pekerja 5-19 orang.

Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan angkatan kerja dan sumbangannya terhadap PDB. Menurut data dari BPS dan Depkop, Kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia pada tahun 2007 mencapai 53,6 %. Sehingga sektor UKM merupakan sektor yang penting terhadap perekonomian Indonesia.

Selain menjadi sektor yang penting terhadap perekonomian di Indonesia, sektor UKM juga sebagai sektor yang tahan terhadap krisis ekonomi. Hal ini dibuktikan dari eksistensi sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) pada saat terjadi


(26)

resesi/krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 silam. Hampir seluruh sektor dari kegiatan ekonomi di Indonesia mengalami keterpurukan pada saat krisis tahun 1997 tersebut. Banyak dari perusahaan-perusahaan besar yang gulung tikar, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan-perusahaan besar terhadap para karyawannya tidak dapat terhindarkan, sehingga terjadi banyak sekali pengangguran. Hal ini dilakukan oleh para pengusaha, karena mereka menilai bahwa Indonesia sedang mengalami keterpurukan ekonomi yang ditunjukan dengan tingginya tingkat inflasi yang berarti terjadi pelemahan nilai tukar mata uang rupiah, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan biaya produksi, sedangkan kondisi permintaan domestik maupun asing sedang melesu. Akibatnya perusahaan harus menanggung kerugian yang terjadi.

Kondisi yang berbeda dapat kita temui pada sektor UKM. Jumlah unit usaha yang bergerak dalam sektor UKM justru semakin meningkat pasca Krisis ekonomi pada tahun 1997 silam. Hal ini dibuktikan dari data yang didapatkan dari Departemen Koperasi Indonesia yang menunjukan bahwa jumlah UKM terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun semenjak gelombang krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997. Berdasarkan data dari Departemen Koperasi Indonesia, jumlah usaha kecil pada tahun 1999 berjumlah 39.859.509. Pada tahun 2006, jumlah unit usaha mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga menjadi 48.822.925. Secara prosentase, jumlah unit usaha pada sektor UKM dari tahun 1999 hingga tahun 2006 mencapai 22.5 %. Adapun alasan – alasan UKM dapat bertahan dan cendrung meningkat jumlahnya pada masa krisis yaitu karena : pertama ; sebagian besar UKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa


(27)

dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah. Kedua; Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 menyebabkan perusahaan-perusahaan besar banyak merumahkan para pegawainya. Namun, pegawai-pegawai yang menjadi korban PHK tersebut banyak yang menjadi wirausahawan, dan mendirikan usaha yang berskala kecil dan menengah, akibatnya jumlah UKM meningkat (Soejodono,2004).

Jumlah unit UKM berbanding lurus dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Hal ini berarti peningkatan pada jumlah unit usaha pada sektor UKM juga akan memperluas lapangan pekerjaan yang tersedia. Peningkatan jumlah unit usaha di sektor UKM yang terjadi pada tahun 1999 hingga tahun 2006 juga membawa dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan bertambahnya jumlah unit UKM dari tahun ke tahun, maka dengan kata lain, sektor UKM telah membuka kesempatan kerja, dengan begitu jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sektor UKM pun dari tahun ke tahun terus meningkat. Oleh karena itu, Sektor UKM memiliki kontribusi yang tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, dan pemerataan distribusi pendapatan.

Walaupun sektor usaha kecil dan menengah (UKM) telah menjadi salah satu sektor yang vital terhadap perekonomian di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa sektor UKM menemui berbagai macam kendala dalam perkembangannya. Kendala-kendala yang dihadapai sektor usaha kecil adalah seperti masalah kesulitan modal, pengadaan bahan baku, pemasaran, produksi dan manajemen, dan persaingan lainnya. Secara umum, kendala yang dihadapi oleh sektor UKM dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu ; permasalahan finansial


(28)

(financial Problem) dan permasalahan organisasi manajemen (management organitation Problem). (Urata,2000). Oleh karena itu, agar peranan sektor UKM terhadap perekonomian Indonesia dapat optimal, maka kendala-kendala yang dihadapi oleh UKM harus dapat diselesaikan.

1.2 Rumusan Masalah

Sektor UKM merupakan jantung perekonomian Indonesia. Jumlah UKM yang ada di Indonesia meningkat dengan pesat, dari sekitar tujuh ribu pada tahun 1980 menjadi sekitar 40 juta unit usaha pada tahun 2001. Peningkatan jumlah UKM di Indonesia juga akan memperbesar penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM. Penyerapan tenaga kerja di sektor UKM pada tahun 1980 hanya sekitar 12 juta tenaga kerja. Pada tahun 1990, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor UKM meningkat menjadi 45 juta tenaga kerja. Pada tahun 2001, jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor UKM mencapai 74,5 juta pekerja. Melihat kontribusi UKM yang begitu besar, tidak mengherankan bila UKM merupakan salah satu sektor yang dapat mewujudkan perekonomian Indonesia yang kuat dan kokoh.

Salah satu alasan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berkembang dari tahun ke tahun adalah karena sektor UKM mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan perusahaan besar, yaitu : (1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk; (2) Berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup


(29)

tinggi; (4) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis; (5) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan; (6) Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumber daya manusia lokal; (7) Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Azrin,2004).

Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial yang dapat menciptakan nilai tambah. Akan tetapi, kenyataan menunjukan bahwa UKM belum maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal permodalan. Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja, akan tetapi dengan hambatan tersebut akan menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha.

Peranan sektor UKM yang potensial tidak dapat tercapai dengan optimal jika kendala-kendala yang dihadapi sektor UKM tidak segara dipecahkan oleh berbagai pihak. Para pengusaha yang bergerak di sektor UKM merasakan bahwa faktor modal menjadi salah satu kendala yang sangat menghabat perkembangan usaha mereka. Oleh karena itu, dunia perbankan dapat berperan aktif dalam pemecahan permasalahan ini dengan memberikan bantuan kredit kepada para pengusaha yang bergerak di bidang UKM.


(30)

Maka permasalahan yang dapat dikaji berdasarkan kondisi di atas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhadap perkembangan UKM di Indonesia?

2. Seberapa besar pengaruh dunia perbankan terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian:

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhadap perkembangan UKM di Indonesia

2. Mengukur pengaruh dunia perbankan terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan gambaran mengenai UKM di Indonesia dan diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan UKM sehingga pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut teori ekonomi pembangunan oleh Schum peter dijelaskan bahwa motor penggerak pertumbuhan ekonomi adalah jumlah wirasawasta (enterpreneur) yang terus meningkat dan terus melakukan inovasi. Di Indonesia, jumlah wiraswastawan yang dominan adalah wiraswastawan yang bergerak pada sektor usaha kecil dan menengah. Sehingga untuk dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas UKM yang ada di Indonesia diperlukan bantuan dana dari pemerintah dalam bentuk kredit usaha.

2.1 Definisi dan Ruang Lingkup UKM

Terdapat berbagai macam definisi mengenai usaha berskala kecil. World Bank, sebagai instansi keuangan internasional, mendefinisikan UKM menjadi 3, yaitu:

1. Medium Enterprise(Usaha Skala Menengah), dengan Kriteria:  Jumlah karyawan maksimal 300 orang

 Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta  Jumlah asset hingga sejumlah $ 15 Juta

2. Small Enterprise (Usaha Skala Kecil), dengan kriteria:  Jumlah karyawan maksimal 30 orang

 Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 3 juta  Jumlah asset hingga sejumlah $ 3 Juta


(32)

3. Micro Enterprise (Usaha Skala Mikro), dengan kriteria:  Jumlah karyawan maksimal 10 orang

 Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 100.000  Jumlah asset hingga sejumlah $ 100.000

Pengertian Usaha Kecil Menengah di Indonesia juga masih sangat beragam. Setidaknya ada enam instansi yang merumuskan usaha kecil dengan batasannya masing-masing. Keenam instansi tersebut adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen Perdagangan, serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Dari keenam instansi itu, kecuali BPS yang menggunakan pendekatan jumlah tenaga kerja, Usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan menggunakan pendekatan finansial. Selain keenam instansi tersebut, pemerintah juga telah menetapkan beberapa undang-undang yang menjelaskan tentang definisi UKM.

Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penerimaan tahunan paling banyak satu miliar rupiah. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta s.d. Rp 10 Miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan.


(33)

Badan Pusat Statistik Indonesia menggambarkan bahwa perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga. Perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar.

Bank Indonesia dan Departemen Perindustrian melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.286/M/SK/10/1089, mendefinisikan usaha kecil berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), bernilai kurang dari Rp 600 juta.

Departemen Perdagangan membatasi usaha kecil berdasarkan modal kerjanya. Menurut Departemen Perdagangan, usaha kecil adalah usaha yang modal kerjanya bernilai kurang dari Rp 25 juta. Sedangkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian, dan Industri. Kelompok kedua adalah bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut Kadin, yang dimaksud dengan usaha kecil untuk kelompok pertama adalah yang memiliki modal kerja kurang dari Rp 600 juta. Adapun untuk kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah yang memiliki modal kerja dari Rp 250 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari satu milyar rupiah.

Mengacu Undang-Undang No.9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah : (1) Memiliki kekayaan


(34)

bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau (2) Memiliki hasil penjualan paling banyak satu miliar rupiah per tahun. Sedangkan untuk kriteria usaha menengah : (1) Untuk sektor Industri, memiliki total asset paling banyak lima milyar rupiah, dan (2) Untuk sektor Non-Industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), (3) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak tiga miliar rupiah. INPRES No.10 Tahun 1999, mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai maksimal Rp 10 miliar.

Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No.20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No.20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar.

Sementara itu, yang disebut dengan usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar.


(35)

Kondisi UKM di Indonesia terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah UKM yang ada di Indonesia dan penyerapan jumlah tenaga kerja. Kondisi usaha kecil dan menengah di negara lain juga menghadapi kondisi yang sama. Besarnya kekuatan ekonomi di Cina ditopang oleh Usaha Kecil dan Menegah (UKM) dan bisnis swasta daerah yang disebut sebagai Township and Village Enterprises (TVEs). Sedangkan di jepang, kekuatan ekonominya sebagian besar juga ditopang oleh Usaha Kecil dan menengah atau disebut Small and Medium Enterprises(SME).

Proporsi jumlah pelaku UKM di Jepang hampir tidak beda dengan di Indonesia. Jumlah UKM di Jepang saat ini mencapai 6,6 juta (99,1 persen dari total pelaku usaha), sedangkan UKM di Indonesia mencapai 40 juta (99,99 persen dari total pelaku usaha). Bedanya, dengan di Indonesia, jumlah UKM tersebut sudah termasuk pelaku usaha yang menghasilkan barang primer, seperti petani, nelayan, perambah hutan dan sebagainya. Sedangkan di Jepang, yang tergolong UKM adalah non-primary industries. Jika pengelompokan UKM di Jepang memasukkan pelaku usaha penghasil barang primer, maka dipastikan proporsinya akan mendekati proporsi UKM di Indonesia.

Jumlah UKM di Jepang yang begitu besar memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian, baik dari penyerapan tenaga kerja maupun pertumbuhan output. Jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 42 juta atau sekitar 78 persen dari total pekerja, sedangkan perusahaan-perusahaan besar hanya menyerap sekitar 12 juta atau 22 persen dari total pekerja. Dari segi output, UKM di Jepang juga masih mendominasi di masing-masing


(36)

industrinya. Sebagai contoh, di bidang manufaktur, pertambangan, dan sejenisnya, UKM memberikan output kurang lebih 154 triliun yen (52 persen), sedangkan perusahaan-perusahaan besar memberikan output kurang lebih 145 triliun yen (48 persen). Di bidang wholesale (perdagangan besar) UKM memberikan output 316 triliun yen (62 persen), sementara perusahaan-perusahaan besar menyumbang output 198 triliun yen (38 persen). Di bidang perdagangan eceran dan jasa, UKM menghasilkan output 110 triliun yen (77 persen), sedangkan output perusahaan-perusahaan besar hanya 33 triliun yen (23 persen).

Sumbangsih TVEs bagi perekonomian Cina memang tidak bisa disepelekan. TVEs yang semula merupakan perkembangan dari industri pedesaan yang digalakkan oleh pemerintah Cina. Jika pada tahun 1960 jumlahnya hanya sekitar 117 ribu, namun semenjak reformasi tahun 1978 jumlahnya mengalami pertumbuhan spektakuler menjadi 1,52 juta. Apabila dilihat dari sisi penyediaan lapangan kerja, TVEs di akhir Tahun 1990-an telah menampung setengah dari tenaga kerja di pedesaan Cina.

Walaupun perkembangan TVEs ini sempat mengalami pasang surut dan tidak merata di seluruh wilayah Cina, namun secara rata-rata mengalami pertumbuhan yang sangat mengesankan. Produksi dari TVEs meningkat dengan rata-rata 22,9 persen pada periode 1978-1994. Secara nasional, output TVEs pada Tahun 1994 mencapai 42 persen dari seluruh produksi nasional. Sedangkan untuk volume ekspor, TVEs memberikan kontribusi sebesar sepertiga dari volume total ekspor Cina pada Tahun 1990-an.


(37)

Pemerintah melakukan berbagai macam kebijakan dalam rangka mendukung Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di negaranya masing-masing. Di Indonesia, pemerintah mengeluarkan program bunga ringan untuk kredit modal usaha. Di jepang, pemerintah mendukung UKM dengan cara mendirikan berbagai lembaga yang membantu UKM, mulai dari konsultasi, bantuan permodalan, pelatihan, hingga jaringan bisnis.

Dukungan yang dilakukan oleh pemerintah cina terhadap UKM-nya adalah dengan mengeluarkan kebijakan untuk mendukung TVEs yang disebut sebagai The Spark Plan pada Tahun 1978. Kebijakan ini terdiri dari 3 kegiatan utama yang berangkaian. Pertama, memberikan pelatihan bagi 200.000 pemuda desa setiap tahunnya berupa satu atau dua teknik yang dapat diterapkan di daerahnya. Kegiatan kedua dilakukan dengan lembaga riset di tingkat pusat dan tingkat provinsi guna membangun peralatan teknologi yang siap pakai di pedesaan. Dan yang ketiga adalah dengan mendirikan 500 TVEs yang berkualitas sebagai pilot project.

Pemerintah Cina juga berusaha menempatkan diri sebagai pelayan dengan menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh industri seperti pendeknya jalur birokrasi dalam perizinan usaha. Selain itu, Tidak ketinggalan infrastruktur penunjang untuk memacu ekspor yang disiapkan oleh pemerintah Cina secara serius. Bila pada Tahun 1978 total panjang jalan raya di Cina hanya 89.200 km, maka pada Tahun 2002 meningkat tajam menjadi 170.000 km. Untuk pelabuhan, setidaknya saat ini Cina memiliki 3.800 pelabuhan angkut, 300 di antaranya dapat menerima kapal berkapasitas 10.000 MT. Sementara untuk keperluan tenaga


(38)

listrik pada Tahun 2001 saja Cina telah mampu menyediakan sebesar 14,78 triliun kwh, dan saat ini telah dilakukan persiapan untuk membangun PLTA terbesar di dunia.

2.2 Karakteristik UKM

Sektor Usaha Kecil dan Menengah memiliki karakteristik tersendiri yang dapat membedakan antara UKM dengan Usaha berskala besar. Karakteristik yang membedakan UKM dengan usaha berskala besar adalah dari segi permodalannya dan Sumber Daya Manusianya.

Usaha Kecil dan Menengah umumnya memerlukan modal yang relatif kecil dibandingkan dengan usaha berskala besar. Oleh karena itu UKM lebih banyak bergerak di sektor informal, karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki terutama masalah modal. Banyaknya Usaha Kecil dan Menengah yang bergerak di sektor informal menyebabkan sulitnya sektor perbankan menyalurkan dana dalam bentuk kredit sebagai tambahan modal terhadap sektor UKM, karena pihak perbankan menilai bahwa penyaluran kredit terhadap sektor UKM memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Sehingga tidak mengherankan bila UKM sering menghadapi kesulitan untuk mendapatkan kredit dalam mengembangkan usahanya.

Dari segi SDM pendukungnya, Sektor UKM memiliki karakteristik tertentu diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Tenaga kerja sangat mudah untuk masuk ataupun keluar pasar; (2) Tidak memiliki keterampilan yang memadai; (3) Tingkat pendidikan formal yang rendah; (4) Biasanya tenaga kerja dirangkap produsen dengan dibantu tenaga kerja keluarga (Cahyono,1983)


(39)

Karakteristik UKM yang lain sehingga mampu membedakan sektor UKM dengan usaha berskala besar diantaranya adalah : (1) Kegiatan usaha umumnya sederhana; (2) Skala usaha relatif kecil; (3) Umumnya sektor UKM tidak memiliki izin usaha; (4) Tingkat penghasilannya umumnya rendah; (5) Usaha sektor UKM umumnya beraneka ragam; (6) Keterkaitan suatu usaha dengan usaha lain sangat kecil (Cahyono,1983)

Menurut Anoraga dalam Karina (2005), Secara umum usaha berskala kecil dan menengah (UKM) memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan UKM dengan usaha berskala besar, yaitu : (1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cendrung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuannya tidak di Up Date sehingga sulit untuk menilai kinerjanya; (2) Margin usaha yang relatif sedikit akibat tingginya persaingan yang ada; (3) Modal terbatas; (4) Pengalaman menejerial dan mengelola perusahaan masih sangat terbatas; (5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit untuk mengharapkan mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang; (6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas; (7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari lembaga keuangan masih sangat rendah.

Menurut Soedjono dalamIndriyani (2007), kriteria UKM dilihat dari cirri-cirinya pada dasarnya dianggap sama, yaitu sebagai berikut ; (1) Struktur organisasi yang sangat sederhana, hanya terdiri dari pemilik dan pekerja; (2) Tanpa staf yang berlebihan (jumlah tenaga kerja yang sedikit); (3) Pembagian kerja belum dibagi dengan jelas, sehingga setiap pekerja dapat mengerjakan di


(40)

semua bagian produksi; (4) Memiliki hierarki manajerial yang pendek, perintah dari pemilik secara langsung dapat disampaikan secara lisan, tidak melalui hierarki yang panjang; (5) Aktivitas sedikit formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan; (6) Kurang membedakkan asset pribadi dan asset perusahaan.

2.3 Definisi dan Tugas Perbankan

Menurut Undang Nomor 10 tahun 1998 dari perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, Bank adalah suatu badan usaha yang dalam kegiatan pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut Prof. G. M Verryn Stuart (1988), Bank adalah suatu badan yang tujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan tempat penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara dalam lalu lintas pembayaran.

Pemerintah Indonesia telah mengklasifikasikan Bank menjadi 3, yaitu Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan Bank Campuran. Menurut UU No.10 Tahun 1988, yang dimaksud dengan Bank Umum adalah Bank yang dapat memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank umum sendiri terdiri dari (a) Bank umum pemerintah, seperti Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI; (b) Bank Umum Swasta Nasional; (c) Bank Umum Swasta Asing; dan (d) Bank Umum Koperasi. Yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank


(41)

yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan yang dimaksud dengan Bank Campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di Luar Negeri.

Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur, dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Secara ringkas, fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut.

A. Penghimpun Dana

Salah satu fungsi bank adalah sebagai suatu badan yang menghimpun dana dari masyarakat. Dana dari masyarakat tersebut disebut juga sebagai dana pihak ketiga. Dana tersebut sebagai simpanan bank yang nantinya akan dimanfaatkan lebih lanjut. Bank-bank yang ada menyediakan berbagai macam produk untuk menjaring dana yang ada dari masyarakat. Produk-produk tersebut antara lainnya adalah sebagai berikut :

1. Giro :

Giro adalah simpanan pihak ketiga yang pengembaliannya dapat dilakukan setiap saat dengan cek maupun bilyet giro dan surat perintah


(42)

bayar lainnya, serta penyetorannya dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak ada pembatasan transaksi setoran maupun pengambilan. Tingkat suku bunga giro relative lebih rendah daripada jenis simpanan lainnya. 2. Deposito :

Deposito berjangka yaitu simpanan uang dari pihak ketiga / masyarakat kepada bank yang penarikaannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara kedua pihak tersebut. Jenis simpanan ini menawarkansuku bunga yang relative tinggi dibandingkan dengan jenis simpanan lainnya. Deposito didesain untuk masyarakat yang mempunyai kelebihan dana, jadi sekaligus merupakan alternatif investasi, bukan hanya sekedar sebagai penyimpanan dana.

3. Tabungan :

Tabungan adalah suatu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan merupakan jenis simpanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena persyaratan pembukaan rekeningnya relative paling mudah.

B. Penyalur / Pemberi Kredit

Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang diperoleh, namun bank juga menyalurkan kembali dana yang telah terkumpul dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya


(43)

dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk bunga kredit.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan tujuan penggunaannya, Bank Indonesia membedakan kredit menjadi :

1. Kredit Konsumtif

Merupakan jenis kredit yang diberikan untuk tujuan konsumtif. Kredit ini digunakan untuk mengkonsumsi secara pribadidan dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

2. Kredit modal kerja

Kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja untuk membayai seperti pembelian bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, dan lain-lain dalam jangka pendek, biasanya satu tahun. Kredit ini digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

3. Kredit Investasi

Kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi,


(44)

modernisasi, maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek yang baru.

Pemberian kredit akan menimbulkan resiko, oleh sebab itu, penyaluran kredit harus benar-benar teliti dan memenuhi persyaratan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya resiko kredit macet, karena kredit macet akan membawa dampak negatif baik pada jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

C. Penyalur Dana

Dana yang terkumpul oleh bank akan disalurkan kembali kepada masyarakat, sehingga dana yang ada di bank menjadi lebih bermanfaat. Dana tersebut disalurkan dalam bentuk pembelian surat – surat berharga , pemilikan harta tetap, dll.

D. Pelayanan Jasa Bank

Fungsi lainnya dari suatu bank bank adalah sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan dalam hal “lalu – lintas pembayaran uang” dengan melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit, dan pelayanan lainnya.

2.4 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi; pembangunan


(45)

ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah pada pencapaian keberhasilannya. Pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.

Terdapat berbagai macam konsep pendapatan nasional untuk mengukur seberapa besar kemakmuran suatu negara. Konsep-konsep tersebut antara lain : Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Nasional Bruto (PNB), Produk Nasional Netto, Pendapatan Nasional Netto, Pendapatan Perseorangan, Pendapatan yang siap dibelanjakan.

Produk Domestik Produk (PDB) adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang


(46)

beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari PDB dianggap bersifat bruto/kotor.

Sementara itu, Produk Nasional Bruto (PNB) meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut. Sedangkan Produk Nasional Netto (NNP) adalah PDB dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

Pendapatan Nasional Neto (NNI) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNIdapat diperoleh dari NNPdikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,


(47)

melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

Disposable Income ini diperoleh dari Personal Income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Menurut Mankiw 2003 dalam bukunya yang berjudul teori makroekonomi, ada tiga instrumen/pendekatan untuk menghitung nilai dari pendapatan nasional. Pendekatan-pendekatan itu adalah sebagai berikut : pendekatan pengeluaran, pendekatan produksi, pendekatan pendapatan. Penghitungan dengan metode pendekatan pengeluaran yaitu dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara


(48)

selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Goverment), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (XM) atau sering disebut dengan Nett Export. Secara matematis dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

Y = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor-Impor) (1)

Dimana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi adalah pengeluaran oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, (ekspor-impor) melibatkan sektor luar negeri, dan Y merupakan pendapatan nasional.

Cara penghitungan pendapatan nasional menggunakan pendekatan pendapatan adalah dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut adalah upah, sewa, bunga, dan laba. Secara matematis, penghitungan pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut ;

Y = Sewa + Upah + Bunga + Laba (2)

Dimana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.


(49)

Selain menggunakan pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan, terdapat suatu pendekatan lagi untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi. Cara menghitung pendapatan nasional pada pendekatan produksi ini adalah dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).

Secara teoritis nilai pendapatan nasional yang dihitung baik menggunakan pendekatan pendapatan, atau pendekatan pengeluaran, ataupun pendekatan produksi harus menunjukan nilai yang sama. Namun dalam prakteknya, menghitung pendapatan nasional menggunakan pendekatan produksi ataupun pendekatan pendapatan lebih sulit untuk mendapatkan data – datanya, maka dalam penghitungan pendapatan nasional akan lebih mudah apabila kita menghitungnya menggunakan pendekatan pengeluaran.

Besar-kecilnya nilai pendapatan nasional suatu Negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; permintaan agregat, penawaran agregat, konsumsi, tabungan, dan investasi. Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain dan akan berpengaruh terhadap nilai pendapatan nasional di negara tersebut. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan pada tingkat harga. Dengan adanya peningkatan harga yang disebabkan dari peningkatan permintaan agregat, maka hal ini juga akan mendorong naiknya


(50)

tingkat penawaran agregat, sehingga hal ini akan berdampak pada peningkatan output nasional.

Syarat agar output nasional yang meningkat, maka peningkatan jumlah tenaga kerja mutlak diperlukan, sehingga hal ini akan mengurangi tingkat pengangguran. Semakin kecil tingkat pengangguran yang ada, maka semakin sejahtera masyarakat negara tersebut. Hal ini berimplikasi pada peningkatan konsumsi dan tabungan yang dilakukan oleh masyarakat. Dana yang disimpan oleh masyarakat dalam bentuk tabungan pada suatu bank, akan disalurkan kembali oleh bank tersebut kepada pihak ketiga dalam bentuk kredit yang akan digunakan untuk melakukan investasi, sehingga nilai investasi pun meningkat. Sesuai dengan pendekatan pengeluaran, peningkatan pada variabel konsumsi dan investasi pada suatu negara akan meningkatkan pendapatan nasional negara tersebut. Dengan kata lain, peningkatan permintaan agregat akan berpengaruh positif pada pendapatan nasional.

Manfaat menghitung nilai dari pendapatan nasional suatu negara adalah kita dapat mengukur tingkat kemakmuran negara tersebut. Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya adalah untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, selain itu penghitungan pendapatan nasional juga dapat bermanfaat untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional.

Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya,


(51)

berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya. Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

2.5 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Tingkat bunga adalah jumlah tertentu yang harus dibayarkan peminjam kepada pemberi pinjaman atas sejumlah uang tertentu untuk membiayai konsumsi dan investasi. Tingkat bunga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran dana di pasar uang. Semakin murah biaya peminjaman uang, semakin banyak uang yang akan diminta oleh rumah tangga dan dunia usaha. Semakin tinggi tingkat bunga semakin besar persedian dana yang dapat dipinjamkan. Tingkat keseimbangan dari bunga ditentukan oleh perpotongan dari permintaan dan penawaran dana yang dapat dipinjamkan.

Tingkat bunga atau biaya modal adalah faktor yang penting dalam kaitannya dengan keputusan investasi perusahaan. Tingkat bunga yang dikenakan untuk setiap transaksi tertentu akan tergantung atas beberapa pertimbangan, seperti tujuan dan jangka waktu dari pinjaman, jumlah uang yang dipinjam, jaminan yang ditawarkan, faedah kredit bagi peminjam, semua faktor yang


(52)

mempengaruhi tingkat “resiko” yang dirasa berhubungan dengan pinjaman sebagaimana yang dilihat oleh pemberi pinjaman.

Para ekonom menyebutkan tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal dan kenaikan dalam daya beli masyarakat sebagai tingkat bunga riil. Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan π laju inflasi, maka hubungan di antara ketiga variabel ini dapat ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003).

i = r+π (3)

Pada persamaan di atas terlihat bahwa tingkat bunga nominal merupakan penjumlahan di antara tingkat bunga riil dan laju inflasi yang menunjukkan bahwa tingkat bunga dapat berubah karena dua alasan, yaitu tingkat bunga riil yang berubah atau inflasi yang berubah. Sehingga terdapat hubungan yang positif antara tingkat bunga nominal dengan inflasi dimana kenaikan satu persen dalam laju inflasi akan menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat bunga nominal. Persamaan tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat bunga riil dengan laju inflasi. Jika terjadi inflasi, maka akan menurunkan tingkat bunga riil. Artinya ketika terjadi peningkatan inflasi, maka suku bunga deposito riil akan menurun dan sebaliknya terjadi ketika terjadi penurunan inflasi maka tingkat bunga deposito riil akan meningkat.


(53)

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang UKM telah dilakukan oleh Karina (2005) dengan judul “Analisis Penyaluran Kredit Bank Umum terhadap Usaha Kecil di Indonesia”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan peran perbankan dalam penyaluran kredit bank umum terhadap usaha kecil di Indonesia. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Kesimpulan yang didapatkan bahwa selama periode 1998-2003 jumlah unit usaha kecil memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit usaha kecil. Peningkatan jumlah unit usaha kecil menyebabkan kredit yang disalurkan oleh unit usaha kecil juga semakin banyak. Tingkat suku bunga kredit juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit pada usaha kecil.

Penelitian mengenai UKM juga pernah dilakukan oleh Anggit Gumilar pada tahun 20008 dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Suku Bunga terhadap Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana suku bunga mempengaruhi penyaluran kredit UMKM di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode VAR. Hasil penelitian pada skripsi ini menunjukan bahwa tingkat suku bunga mempengaruhi penyaluran kredit UMKM, semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin rendah tingkat permintaan kredit. Sebaliknya, semakin rendah tingkat suku bunga maka permintaan kredit pada sektor UMKM juga akan meningkat.


(54)

Maharani Tejasari (2008) juga telah melakukan penelitian mengenai UKM padan skripsinya yang berjudul “Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui peranan UKM dalam penyerapan tenaga kerja dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode OLS. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani Tejasari adalah bahwa sektor UKM dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dan sektor UKM juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2.7 Kerangka Pemikiran

UKM merupakan sektor usaha yang mempunyai potensi yang sangat besar. Dari tahun 1997 hingga tahun 2008, jumlah UKM di Indonesia terus meningkat. Sehingga sektor UKM mampu menjadi penggerak utama bagi perekonomian di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2008 menunjukan bahwa kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 2.121,3 triliun dari total PDB sebesar Rp. 3.957,4 triliun, atau sebesar 53,6 persen dari total Pendapatan Domestik Bruto Indonesia tahun 2007.

Meskipun UKM memiliki potensi yang besar, namun potensi sektor UKM belum dikembangkan secara maksimal. Hal itu terkait dengan masalah modal yang menjadi kendala utama pada sektor UKM. Penyaluran dana terhadap sektor UKM dalam bentuk kredit modal usaha merupakan salah satu cara untuk mengatasi kendala yang ada pada sektor ini. Dengan adanya penambahan modal, diharapkan sektor UKM dapat terus berkembang. Perkembangan UKM di


(55)

Indonesia dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi, sehingga pengangguran yang ada dapat berkurang.

Penyaluran kredit oleh Bank berkaitan sangat erat terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank merupakan penghasilan untuk kreditur (Bank) yang didapatkan dari debitur (Peminjam) karena telah mendapatkan sejumlah dana yang berasal dari kreditur (Bank). Tinggi-rendahnya tingkat suku bunga yang berlaku akan menjadi salah satu faktor pertimbangan seseorang debitur untuk meminjam uang kepada Bank.

Penelitian ini menganalisis pengaruh total kredit, PDB, dan tingkat suku bunga terhadap perkembangan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah (UKM). Berikut adalah kerangka pemikiran pada penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kondisi UKM di

Indonesia saat ini

Potensi UKM Kendala UKM : Modal

Kredit Suku Bunga

Output (PDB)

Perkembangan Jumlah Usaha UKM


(56)

2.8 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang akan dipecahkan, maka dapat diberikan jawaban sementara atas permasahan yang ada sebagai berikut :

1. Total PDB mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah usaha kecil dan menengah (UKM)

2. Total kredit yang disalurkan kepada sektor UKM mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan jumlah UKM.

3. Tingkat suku bunga untuk pinjaman bank mempunyai pengaruh yang negative terhadap perkembangan jumlah UKM.


(57)

III.METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian mengenai sektor usaha UKM ini termasuk penelitian sosial. Karena penelitiaan ini melihat hubungan yang terjadi pada masyarakat dalam kegiatan ekonomi (sosial). Pada penilitian ini akan dilihat bagaimana hubungan antara tingkat suku bunga, total PDB, dan total kredit terhadap peningkatan jumlah unit usaha sektor UKM.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Yang dimaksud dengan data sekunder adalah bahwa data tersebut sudah tersedia di lapang sehingga peneliti tidak perlu melakukan penelitian khusus untuk mendapatkan suatu data yang dinginkan. Data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, Departemen Koperasi Indonesia, dan CEIC Mandiri Sekuritas. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai perkembangan jumlah unit usaha pada sektor UKM, total kredit sektor UKM , Suku bunga kredit Bank umum, dan jumlah total PDB. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series pada periode tahun 2000-2008.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Juli 2009, dimana meliputi kegiatan pengumpulan data dan literatur, pengolahan data, analisis data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi. Data yang digunakan pada penelitian ini didapatkan melalui studi pustaka dari koran dan internet. Selain itu, penulis juga telah melakukan kunjungan ke Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mendapatkan data-data yang terkait.


(58)

3.2 Model Penelitian Umum

Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel tingkat suku bunga, total PDB, dan total kredit sektor UKM terhadap perkembangan jumlah unit usaha pada sektor UKM. Variabel tingkat suku bunga, total PDB, dan total kredit sektor UKM merupakan variabel-variabel independen, sedangkan variabel perkembangan jumlah unit usaha merupakan variabel dependen. Oleh karena itu, dalam menganalis hubungan ini kita akan menggunakan persamaan berikut :

Jml usaha = C + 1Total Kredit

+

2Suku Bunga + 3Total PDB (4)

Keterangan :

Jml usaha : Jumlah unit usaha pada sektor UKM (Unit)

Total kredit : Total kredit yang disalurkan pada sektor UKM (miliar rupiah) Suku bunga : Suku bunga bank umum untuk kredit modal kerja (persen/tahun) Total PDB : Total Pendapatan Domestik Bruto Indonesia (miliar dolar AS)

3.3 Ruang Lingkup Variabel-Variabel

Penelitian ini membahas tentang hubungan antara perkembangan unit usaha sektor UKM (sebagai variabel dependen) dengan tingkat suku bunga, total PDB, dan total kredit sektor UKM (sebagai variabel-variabel independen).

Data perkembangan unit usaha sektor UKM didapatkan dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan Badan Pusat statistik (BPS). Besarnya nilai dari data perkembangan jumlah unit usaha diukur dengan satuan unit usaha. Data perkembangan jumlah unit usaha merupakan data time series dengan rentang periode 2000-2008.


(59)

Data tingkat suku bunga yang digunakan pada penilitian ini adalah data tingkat suku bunga Bank Umum. Data ini didapatkan oleh penulis melaluiwebsite

Bank Indonesia Data yang tersedia di Bank Indonesia adalah data tingkat suku bunga bulanan pada Tahun 2000-2008. Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam proses pengolahan data digunakan tingkat suku bunga rata-rata per tahun.

Data total kredit untuk sektor UKM juga didapatkan oleh peneliti di

website Bank Indonesia. Data total kredit yang tersedia pun dalam format penyajian bulanan dari Tahun 2000-2008. Sehingga, untuk mempermudah dalam proses pengolahan data pun, maka data total kredit yang didapatkan dari website

Bank Indonesia diolah menjadi data jumlah total kredit untuk sektor UKM dalam format tahunan. Cara untuk mendapatkan jumlah total kredit UKM tahunan adalah dengan menjumlahkan semua nilai kredit bulanan dalam satu satuan periode.

Sementara itu, data mengenai Total PDB didapatkan oleh penulis dari

website CEIC Mandiri Sekuritas. Data Total PDB yang tersedia di websiteCEIC Mandiri Sekuritas sudah dalam format time series tahunan dari periode Tahun 2000-2008, sehingga data ini dapat langsung digunakan pada pengolahan data.

3.4 Metode dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif untuk menganalisis bagaimana hubungan antara peningkatan jumlah unit usaha sektor UKM dengan tingkat suku bunga, total PDB, dan total kredit sektor UKM. Sedangkan metode untuk menganalisis data yang pada penelitian ini adalah dengan metode OLS. Adapun software yang digunakan pada saat proses


(60)

pemasukan data adalah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, sedangkan pada saat pengolahan data menggunakan Minitab.

3.5 Model Data Regresi Berganda

Analisis regresi berkaitan dengan studi ketergantungan dari satu peubah tidak bebas dengan satu atau lebih peubah bebas yang bersifat menerangkan, dengan tujuan untuk memperkirakan atau meramalkan nilai rata-rata dari peubah tidak bebas apabila nilai peubah bebas sudah diketahui (Gujarati, 1999). Hubungan di antara peubah ini dapat dimodelkan dalam suatu persamaan matematik yang disebut persamaan regresi. Apabila dalam persamaan regresi terdapat lebih dari dua peubah dalam hubungan yang berbentuk linier, maka disebut regresi linier berganda (multiple linear regression) yang dapat dituliskan dalam persamaan berikut ini:

y = 0+ 1х1+ 2x2+ ...+ pхp+ εi (5)

Dimana y merupakan peubah tidak bebas, x adalah peubah bebas, merupakan parameter, sedangkan εadalah sisaan.

3.6 Uji Ekonometrika

3.6.1 Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi akibat adanya korelasi yang tinggi di antara peubah bebasnya. Multikolinearitas menyebabkan koefisien-koefisien regresi dugaan memilki ragam yang sangat besar, sehingga akan berdampak pada hasil pengujian koefisien yang akan cenderung untuk


(61)

menerima H0, sehingga koefisien-koefisien regresi tidak nyata yang pada

akhirnya sering membuat persamaan regresi yang dihasilkan menjadi

misleding(Wetherill dalam Ulpah, 2006).

Salah satu cara mendeteksi terjadinya multikolineritas adalah dengan menggunakan matriks korelasi untuk melihat terjadinya korelasi di antara peubah bebas. Koefisien korelasi antara x1dan x2dapat dirumuskan sebagai berikut:

rx1x2= Cov (x1,x2)______

[Var(x1)Var(x2)]1/2 (6)

Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan faktor inflasi ragam (Variance Inflation Factor) atau VIF, yaitu pengukuran multikolinearitas untuk peubah bebas ke-i. VIFadalah suatu faktor yang mengukur seberapa besar kenaikan ragam dari koefisien penduga regresi dibandingkan dengan peubah bebas yang ortogonal jika dihubungkan secara linier. Nilai VIF

akan semakin besar jika terdapat korelasi yang semakin besar di antara peubah-peubah bebas. VIF yang lebih besar dari 10 dapat digunakan sebagai indikator adanya multikolinearitas (Neter et al, 1990). Hubungan antara VIF dengan multikolinearitas adalah :

VIF = 1___

1-Ri2 (7)

Ri2 adalah koefisien determinasi dari regresi peubah bebas ke-i dengan semua peubah bebas lainnya.


(62)

Ada banyak cara dan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas, diantaranya:

a. Menghilangkan peubah bebas yang mempunyai multikolineritas tinggi terhadap peubah bebas lainnya.

b. Menambah data pengamatan atau contoh,

c. Melakukan transformasi terhadap peubah-peubah bebas yang mempunyai kolineritas atau menggabungkan menjadi peubah-peubah bebas baru yang mempunyai arti.

Selain cara-cara tersebut, terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan, seperti penggunaan regresi gulud, regresi kuadrat terkecil, dan regresi komponen utama. Regresi komponen utama merupakan suatu metode yang dikenal naik dan sering digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas, karena pendugaan dengan metode tersebut akan menghasilkan nilai dugaan yang memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi, serta dengan jumlah kuadrat sisaan yang lebih kecil dibandingkan dengan pendugaan menggunakan metode kuadrat terkecil (Gasperz dalam Ulpah, 2006).

3.6.1.1 Regresi Komponen Utama

Analisis komponen utama pada dasarnya mentransformasi peubah-peubah bebas yang berkorelasi menjadi peubah-peubah-peubah-peubah baru yang orthogonal dan tidak berkorelasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan peubah-peubah yang diamati dengan cara mereduksi


(63)

dimensinya. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan korelasi di antara peubah melalui transformasi peubah asal ke peubah baru (komponen utama) yang tidak berkorelasi (Gasperz dalam Ulpah, 2006).

Konsep aljabar linier tentang diagonalisasi matriks digunakan dalam anlisis tersebut, matriks korelasi R(atau matriks ragam peragam Σ) dengan dimensi pxp, simetrik dan non singular, dapat direduksi menjadi matriks diagonal D dengan pengali awal dan pengali akhir suatu matriks orthogonal Vatau dapat dituliskan sebagai berikut :

V’ R V = D (8)

λ1>λ2> ... > λp> 0 adalah akar ciri - akar ciri dari matriks Ryang

merupakan unsur-unsur diagonal matriks D, sedangkan kolom-kolom matriks V, v1, v2,..., vp adalah vektor -vektor ciri R. Ada pun λ1, λ2, ..., λp

dapat diperoleh melaului persamaan berikut:

|–λI|= 0 (9)

Jika peubah yang diamati mempunyai satuan pengukuran berbeda, maka perlu dibakukan. Dalam hal ini, komponen utama diturunkan dari matriks korelasi R. Matriks peragam Σ digunakan apabila semua peubah yang diamati, diukur dalam satuan pengukuran yang sama. Misalkan x1, x2, ..., xp adalah peubah acak berdimensi p yang mengikuti sebaran normal ganda dengan vektor nilai tengah υ dan matriks peragam Σ serta matriks korelasi R, dapat ditulis dalam bentuk vektor X’ = (x1x2... xp). P


(64)

menerangkan komponen total sistem, dan sering kali keragaman total itu dapat diterangkan secara memuaskan oleh sejumlah kecil komponen utama, misal k buah komponen dimana k<p.

Peubah bebas pada regresi komponen utama merupakan kombinasi linier dari peubah asal Z (Zadalah hasil pembakuan dari peubah X), yang disebut sebagai komponen utama. Komponen utama ke-j dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:

Wj= v1jZ1+ v2jZ2+ ... + vpjZp (10)

Dimana Wj saling ortogonal sesamanya. Komponen ini menjelaskan bagian terbesar dari keragaman yang dikandung oleh gugusan data yang telah dibakukan. Komponen-komponen W yang lain menjelaskan proporsi keragaman yang semakin lama semakin kecil sampai semua keragaman datanya terjelaskan. Tetapi biasanya tidak semua W

digunakan, sebagian ahli menganjurkan agar memilih komponen utama yang akar cirinya lebih besar dari satu, karena jika akar ciri kurang dari satu maka keragaman data yang dapat diterangkan oleh komponen utama tersebut sangat kecil. Pemilihan komponen-komponen utama disarankan yang memiliki keragaman kumulatif sampai kira-kira 75 persen.

Adapun pembakuan yang dimaksud adalah dengan mengurangkan setiap peubah bebas asal Xj dengan rata-rata dan dibagi simpangan baku, dapat dinotasikan sebagai berikut:

Z = (Xj – X) (11)


(65)

Misalkan suatu persamaan regresi dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

Y = X + ε (12)

Jika suatu matriks pengamatan X yang telah dibakukan dilambangkan dengan Z sehingga diperoleh akar ciri (λ) dan vektor ciri

(V) dari Z’Z (bentuk korelasi) dan V’V = Ikarena V ortogonal, persamaan regresi asal dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = Z + ε (13)

Y = 0 1 + ZVV’ + ε (14)

Y = 0 1 + Wα + ε (15)

dengan W = ZVdan α = V’

W = Z V (16)

W’W = (ZV)’(ZV) = V’Z’ZV (17)

Persamaan (17) akan menghasilkan diagonal (λ1,λ2,...λp) yang setara dengan Var(Wi) = λi dan Cov(Wi-1,Wi) = 0. Hal ini menunjukkan bahwa komponen utama tidak saling berkorelasi dan komponen utama ke-i

memiliki keragaman sama dengan akar ciri ke-i, sedangkan ragam koefisien regresi dari m komponen utama adalah:

Var( i) = s*2 Σ , i = 1, 2, ..., m (18)


(66)

Dimana : aig adalah koefisien pembobot komponen utama (vektor ciri), λgadalah akar ciri, sedangkan s*2adalah:

s*2 = KTG= s2_____

JKT Σ(y-y)2 (19)

3.6.1.2 Bias dalam Penduga Koefisien Regresi Komponen Utama Penduga koefisien regresi pada model regresi yang diperoleh dengan menggunakan regresi komponen utama sering berbias, padahal sifat penduga yang baik adalah tak bias dengan ragam penduga minimum. Namun, bersamaan dengan hal tersebut telah terjadi reduksi besar-basaran pada ragam penduga koefisien regresi yang besar karena multikolinearitas. Bias bukanlah hal yang harus dihindari, karena penduga dengan ragam yang minimum juga dapat berbias dan tetap disukai.

Misalkan sebanyak r komponen utama dieliminasi dan sebanyak k tersisa, dengan r + k + p. Misalkan juga telah diperoleh matriks V = (v1v2

... vp) dari vektor ciri-vektor ciri Z’Z dipartisi menurut V = (Vr| Vk), maka demikian pula dengan matriks diagonal akar cirinya:

^ = [^, 0 ] [0 ^k]

Dimana ^, dan ^k juga merupakan matriks diagonal, sedangkan ^,

berisi akar ciri yang bersesuaian dengan vektor ciri yang dieliminasi, karena ^ = V’(Z’Z)V = W’W, maka αr = (W’W)-1 V’ZY sehingga α yang


(1)

Tejasari, M. 2008. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Instiut Pertanian Bogor. Bogor. Bogor.

Ulpah, M. 2006. Regresi Komponen Utama [Tesis]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wikipedia. 2009. Produk Domestik Bruto [Wikipedia Online].

www.wikipedia.com[5 Mei 2009]

Wikipedia. 2009. Pendapatan Nasional [Wikipedia Online]. www.wikipedia.com


(2)

Lampiran 1 Data Penjelas

Tahun JML_Usaha TOTAL KREDIT SUKU BUNGA PDB

2000 39784036 299532 18,521 150,196

2001 39964080 709566 18,548 141,255

2002 41944494 659202 18,945 172,975

2003 43460242 427700 16,815 208,311

2004 44777387 881009 14,124 256

2005 47102744 1076840 14,051 284,072

2006 48929636 1153478 15,979 364,239

2007 49840489 1276530 13,862 420

2008 51189810 1488036 13,598 467

Lampiran 2. Hasil Regresi Jumlah UKM terhadap Total Kredit, PDB, dan Suku Bunga

The regression equation is

JML_Usaha = 41074692 + 0,85 TOTAL KREDIT - 269834 SUKU BUNGA + 28202 PDB Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 41074692 5432451 7,56 0,001

TOTAL KREDIT 0,854 2,099 0,41 0,701 6,5 SUKU BUNGA -269834 264125 -1,02 0,354 3,2 PDB 28202 7516 3,75 0,013 7,5

S = 927265 R-Sq = 97,0% R-Sq(adj) = 95,3% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 1,41191E+14 4,70635E+13 54,74 0,000 Residual Error 5 4,29910E+12 8,59820E+11

Total 8 1,45490E+14 Source DF Seq SS TOTAL KREDIT 1 1,22414E+14 SUKU BUNGA 1 6,66889E+12 PDB 1 1,21073E+13 Durbin-Watson statistic = 1,51517


(3)

Lampiran 3. Uji Normalitas

Titik-titik mendekati garis lurus, maka diasumsikan galat sudah menyebar normal.

Lampiran 4. Uji Heteroskedastisitas

Meregresikan peubah X terhadap mutlak residual The regression equation is

|Ut| = 275168 + 0,044 TOTAL KREDIT + 21285 SUKU BUNGA + 57 PDB Predictor Coef SE Coef T P

Constant 275168 1261217 0,22 0,836 TOTAL KREDIT 0,0442 0,4872 0,09 0,931 SUKU BUNGA 21285 61320 0,35 0,743 PDB 57 1745 0,03 0,975

Peubah Nilai-p keterangan

Total Kredit 0,931 Homoskedastisitas

Suku Bunga 0,743 Homoskedastisitas

PDB 0,975 Homoskedastisitas

RESI3

P

e

r

c

e

n

t

2000000 1000000

0 -1000000

-2000000

99

95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5

1

Mean

0,048 -1,65568E-08 StDev 733067

N 9

KS 0,276

P-Value

Kenormalan Normal


(4)

Lampiran 5. Uji Multikolinearitas Uji Korelasi Variabel

JML_Usaha TOTAL KREDIT PDB TOTAL KREDIT 0,917

0,000

PDB 0,981 0,917 0,000 0,000

SUKU BUNGA -0,858 -0,793 -0,826 0,003 0,011 0,006 Cell Contents: Pearson correlation

P-Value

Lampiran 6. Sebaran Normal

Z1 Z2 Z3

-1,47746 1,10788 -1,03257 -0,44407 1,11998 -1,10727

-0,571 1,29792 -0,84225

-1,15445 0,34323 -0,54702 -0,01199 -0,8629 -0,14858

0,48156 -0,89562 0,08596

0,67471 -0,03147 0,75576

0,98483 -0,98034 1,22164


(5)

Lampiran 7. Analisis Komponen Utama pada Sebaran Normal Eigenanalysis of the Correlation Matrix

PC1 PC2 PC3 Eigenvalue 2,6921 0,2275 0,0804 Proportion 0,897 0,076 0,027 Cumulative 0,897 0,973 1,000 Variable PC1 PC2 PC3 Z1 0,582 0,486 0,652 Z2 -0,561 0,821 -0,112 Z3 0,589 0,300 -0,750

KARENA NILAI EIGEN VALUE YANG LEBIH BESAR DARI 1 HANYA ADA DI PC1 MAKA KOMPONEN YANG DIGUNAKAN HANYA PC1

Untuk menentukan berapa banyak komponen Utama yang dipakai maka bisa dilihat dari nilai eigen (Eigen Value) jika Eigen Value > 1 maka komponen tersebut digunakan. Pada output diatas maka komponen yang diambil sebanyak 1 Komponen.

Lampiran 8. Analisis Regresi Jumlah UKM terhadap W1 The regression equation is

JML_Usaha = 45221435 + 2523063 W1

Predictor Coef SE Coef T P Constant 45221435 364927 123,92 0,000 W1 2523063 235905 10,70 0,000 S = 1094780 R-Sq = 94,2% R-Sq(adj) = 93,4% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 1 1,37100E+14 1,37100E+14 114,39 0,000 Residual Error 7 8,38980E+12 1,19854E+12

Total 8 1,45490E+14 Durbin-Watson statistic = 2,39374


(6)

Lampiran 9. Tranformasi W Hingga Menjadi X

JML_Usaha = 45221435 + 2523063 W1

JML_Usaha = 45221435 + 2523063(0,582 Z1 – 0,561 Z2 + 0,589 Z3) JML_Usaha = 45221435 + 1468423 Z1 - 1415438 Z2 + 1486084 Z3

Transformasi Z menjadi X

JML_USAHA = 45221435 + 1468423 

      1 1 1 S X X

- 1415438        2 2 2 S X X

+ 1486084        3 3 3 S X X

JML_USAHA = 45221435 + 1468423 

      9 , 396783 9 , 885765 1 X

- 1415438 

      231094 , 2 04922 , 16 2 X + 1486084        6886 , 119 7831 , 273 3 X

JML_USAHA = 48725878 + 3,700812 X1 -634414 X2 + 12416,26 X3


Dokumen yang terkait

Strategi Pemasaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam Mengembangkan Usaha (Studi Kasus Pada Usaha Kerajinan Rotan Swaka Karya)

19 171 94

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 62 130

Kendala-Kendala Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara

0 100 118

Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)

39 304 119

Analisis Kontribusi Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Perkembangan Sektor Riil Di Kota Tanjungbalai

8 52 98

Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai)

3 52 95

Evaluasi Program Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Medan(Studi Dekriptif tentang Pengembangan Jaringan Pemasaran UKM di Dinas Koperasi Kota Medan)

0 43 112

Peran Disperindag Dalam Memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Medan Denai

13 177 85

Upaya Pengembangan Usaha Kecil Bordir Dan Sulaman Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus : Kotamadya Bukittinggi )

0 28 93

Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011

1 22 123