mencapai 96 persen dari jumlah penduduk disektor usaha. Sebagai contoh, dari 77.650.371 orang yang bekerja pada Tahun 2001, 74.687.428 orang diantaranya
bekerja di sektor usaha skala kecil dan menengah atau sekitar 96,2 persen yang bekerja di sektor UKM, sedangkan 3,8 persennya atau 2.962.943 orang yang
bekerja di usaha berskala besar. Oleh karena itu, sektor UKM memiliki kontribusi yang tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, dan
pemerataan distribusi pendapatan.
4.2 Total Kredit yang Tersalurkan di Sektor UKM
Fungsi bank di Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur, dan pelayan jasa dalam “lalu-lintas” pembayaran dan peredaran uang di masyarakat.
Fungsi tersebut bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Fungsi perbankan dalam hal penghimpunan dana dari masyarakat dapat
berupa giro, deposito, dan tabungan. Semua dana yang didapatkan oleh Bank dalam bentuk simpanan tersebut akan digunakan oleh pihak Bank untuk
disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan likuiditas finansial dalam bentuk kredit. Menurut Bank Indonesia, kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pemberian kredit akan menimbulkan resiko. Oleh sebab itu, penyaluran kredit harus teliti dan memenuhi beberapa persyaratan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya resiko kredit macet. Kredit macet yang terjadi pada suatu Bank pada dasarnya akan merugikan para nasabah dari Bank tersebut, karena dana
yang disalurkan oleh suatu Bank dalam bentuk kredit sebenarnya adalah dana masyarakat nasabah yang dihimpun oleh Bank. Oleh karena itu, Bank sangat
berhati-hati dalam menyalurkan kredit agar tidak terjadi kredit macet. Ada lima faktor pertimbangan yang menjadi tolak ukur dalam penyaluran
kredit oleh Bank, yaitu : karakter Character, kapasitas Capacity, modal Capital, kolateral Collateral, dan kondisi Condition dari calon penerima
kredit. Semua faktor pertimbangan ini akan dievaluasi oleh pihak Bank dalam rangka pemberian kredit kepada calon peminjam. Karena keterbatasan informasi
dari lima faktor pertimbangan di atas, pihak Bank akan mengevaluasi secara detail faktor-faktor tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kredit macet. Berdasarkan analisis penilaian karakter, kapasitas, modal, kolateral, dan
kondisi dari calon penerima kredit, pada umumnya sektor usaha berskala kecil dan menengah lebih sulit untuk mendapatkan kredit daripada usaha berskala besar.
Pihak bank menilai bahwa pemberian kredit kepada sektor usaha kecil dan menengah memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan memberikan
kredit kepada usaha berskala besar. Penilaian pihak Bank kepada usaha berskala kecil dan menengah itu timbul karena kusulitan pihak perbankan untuk
mengetahui berbagai informasi mengenai analisis penilaian di atas. Sehingga
Usaha Kecil dan Menengah mengalami masalah akses dalam memperoleh pinjaman Bank.
Menurut survey yang dilakukan oleh redaksi Kompas Tahun 2005, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh usaha berskala kecil dan menengah.
Kendala-kendala yang dihadapai sektor usaha kecil adalah seperti masalah kesulitan modal, pengadaan bahan baku, pemasaran, produksi dan manajemen,
dan persaingan lainnya. Tabel 4.4 menampilkan hasil survey yang telah dilakukan oleh redaksi harian Kompas.
Tabel 4.4 Kendala yang Dihadapi Industri Kecil dan Rumah Tangga
Jenis kendala Rumah Tangga
Industri Kecil Kendala Modal
40,48 36,63
Pengadaan Bahan Baku 23,75
16,76 Pemasaran
16,96 4,43
Produksi dan Manajemen 3,07
26,89 Persaingan Lainnya
15,74 17,36
Jumlah 100
100
Sumber : www.kompas.com
Berdasarkan data dari Tabel 4.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa kendala utama yang dihadapi usaha berskala kecil adalah masalah kesulitan modal. Hal ini
akan menghambat pertumbuhan usaha berskala kecil dan menengah. Pada akhirnya, apabila penyaluran kredit kepada sektor usaha berskala kecil dan
menengah masih sangat sulit, hal ini dapat mengganggu perekonomian Indonesia. Walaupun kendala modal menjadi masalah utama pada usaha berskala
kecil dan menengah, namun berdasarkan pada kenyataannya jumlah usaha
berskala kecil dan menengah terus berkembang dari Tahun 2000 hingga Tahun 2008. Selain itu, usaha berskala kecil dan menengah juga mampu bertahan
menghadapi krisis ekonomi yang terjadi. Melihat potensi usaha berskala kecil dan menengah yang begitu besar, kepercayaan pihak perbankan Indonesia untuk
menyalurkan kredit sebagai bantuan finansial kepada usaha berskala kecil dan menengah terus berkembang. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, jumlah kredit
yang disalurkan oleh Bank Umum kepada sektor usaha berskala kecil dan menengah mengalami peningkatan dari Tahun 2000 hingga Tahun 2008. Besarnya
jumlah total kredit bank umum yang disalurkan pada usaha berskala kecil dan menengah ditampilkan pada Tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Jumlah Total Kredit Bank Umum yang Disalurkan pada Usaha Kecil dan Menengah Miliar Rupiah
Tahun Toal Kredit
Pertumbuhan 2000
299.532 -
2001 709.566
136,89 2002
659.202 -7,09
2003 427.700
-35,11 2004
881.009 105,98
2005 1.076.840
22,23 2006
1.153.478 7,12
2007 1.276.530
10,67 2008
1.488.036 16,57
Sumber : Bank Indonesia Data diolah, 2009.
Berdasarkan pada Tabel 4.5, besarnya jumlah total kredit bank umum yang disalurkan pada usaha berskala kecil dan menengah mempunyai tren yang positif.
Total kredit yang disalurkan bank umum kepada usaha berskala kecil pada tahun 2000 adalah sebesar 299.532 milyar rupiah, sedangkan pada Tahun 2008,
penyaluran kredit sudah mencapai 1.488.036 milyar rupiah. Sehingga semenjak Tahun 2000 hingga 2008 telah terjadi peningkatan jumlah total kredit sebesar
1.188.504 milyar rupiah, atau sebesar 396,8 persen. Tren dari penyaluran total kredit bank umum untuk usaha berskala kecil dan menengah dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Total Kredit bank Umum yang Disalurkan pada Usaha Berskala Kecil dan Menengah
Peningkatan pada jumlah total kredit bank umum yang disalurkan pada usaha berskala kecil dan menengah mempunyai multiplier effect yang sangat
besar. Peningkatan pada jumlah total kredit yang disalurkan pada usaha berskala kecil dan menengah akan memacu usaha-usaha yang berskala kecil dan menengah
di Indonesia untuk terus tumbuh. Perkembangan usaha berskala kecil dan menengah akan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi, sehingga tingkat
JUMLAH TOTAL
Sumber : Bank Indonesia, 2009
pengangguran di Indonesia akan berkurang. Dengan berkurangnya tingkat pengangguran di Indonesia, maka hal itu akan meningkatkan produktivitas
masyarakat Indonesia, dengan demikian tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia pun juga akan meningkat, dan pada akhirnya, hal ini juga akan memacu
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penyaluran kredit pada usaha berskala kecil dan menengah di Indonesia
banyak disalurkan untuk usaha yang bergerak di sektor non-pertanian. Sektor pertanian dinilai sebagai salah satu sektor usaha yang kurang menjanjikan di
Indonesia. Sehingga penyaluran kredit untuk usaha berskala kecil dan menengah yang bergerak di sektor pertanian tidak mendapatkan proporsi kredit yang
terbesar. Sektor-sektor yang menjadi tujuan utama dari penyaluran kredit untuk UKM adalah sektor jasa. Selain itu, sektor UKM yang bergerak di bidang
perdagangan juga mendapat penyaluran kredit usaha dari pihak perbankan. Besarnya nilai kredit yang disalurkan oleh bank umum untuk usaha berskala kecil
dan menengah di berbagai sektor ditunjukan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Proporsi Kredit pada Berbagai Sektor Usaha Kecil dan Menengah pada Tahun 2000-2008 miliar rupiah
Pertanian Pertambangan
Perdagangan Jasa-jasa
Total 2000
53320 374
58782 187056
299532 2001
117382 686
139953 451545
709566 2002
132654 519
181544 344485
659202 2003
153389 645
241891 31775
427700 2004
177912 553
299121 403423
881009 2005
223355 640
414598 438247
1076840 2006
229094 721
503099 420564
1153478 2007
236994 1258
595191 443087
1276530 2008
235132 2784
721848 528272
1488036
Sumber : Bank Indonesia 2009.
Berdasarkan pada Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa jumlah kredit yang disalurkan kepada usaha berskala kecil dan menengah banyak disalurkan kepada
usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang jasa. Pada Tahun 2000, jumlah kredit yang disalurkan mencapai 299.532 miliar rupiah. Dari 299.532
milyar tersebut, kredit yang disalurkan pada sektor jasa mencapai 187.056 miliar rupiah, atau mencapai 62,5 persen dari total kredit yang disalurkan pada tahun itu.
Sektor perdagangan menjadi sektor tujuan kedua dalam penyaluran kredit kepada usaha berskala kecil dan menengah. Pada Tahun 2000, kredit yang tersalurkan di
sektor perdagangan mencapai 58.782 miliar rupiah, atau setara dengan 19,63 persen dari total kredit yang disalurkan. Sedangkan sektor pertanian dan
pertambangan hanya mendapat bantuan kredit dari bank sebesar 53.320 miliar rupiah atau sekitar 17,8 persen dan 374 miliar rupiah atau setara dengan 0,13
persen. Mulai Tahun 2006 penyaluran kredit untuk UKM lebih banyak disalurkan untuk sektor perdagangan, setelah itu disusul secara berurutan oleh sektor jasa,
pertanian, dan pertambangan. Pada Tahun 2006, jumlah total kredit yang disalurkan oleh perbankan di Indonesia mencapai 1.153.478 miliar rupiah. Dari
jumlah tersebut, jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor perdagangan mencapai 503.099 miliar rupiah 43,6 persen, sedangkan kredit yang disalurkan
untuk sektor jasa adalah sebesar 420.564 miliar rupiah 36,5 persen. Jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian sebesar 229.094 miliar rupiah 19,9
persen, dan sektor pertambangan hanya mendapatkan kredit sebesar 721 miliar rupiah, atau sebesar 0,06 persen. Berdasarkan Tabel 4.6 , mulai Tahun 2006
hingga Tahun 2008, jumlah penyaluran kredit untuk sektor pertanian nyaris
mengalami stagnansi. Jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian hanya berkisar pada nilai 229.000 hingga 236.000. Hal ini sangat berbeda untuk sektor
perdagangan dan jasa, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor ini mengalami peningkatan yang besar pada periode 2006-2008.
Besarnya jumlah total kredit dari Tahun 2000 hingga Tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dari 299.532 miliar rupiah pada
Tahun 2000 hingga mencapai 1.488.036 miliar rupiah pada Tahun 2008, atau telah meningkat sebesar 396,8 persen. Namun hal ini tidak membuat sektor
pertanian sebagai sektor primadona dalam penyaluran kredit. Sektor jasa dan sektor perdagangan masih menjadi sektor tujuan utama dalam penyaluran kredit
untuk usaha berskala kecil dan menengah. Berdasarkan pada Tabel 4.6, dapat diolah lebih lanjut untuk mengetahui proporsi rata-rata dari penyaluran kredit
UKM semua sektor. Pada Tabel 4.7 ditampilkan besarnya proporsi rata-rata dari penyaluran kredit UKM untuk semua sektor.
Tabel 4.7 Proporsi Rata-rata dari Penyaluran Kredit UKM untuk Semua Sektor pada Periode tahun 20002008 Persen
Pertanian Pertambangan
Perdagangan Jasa-jasa
2000 17,80
0,12 19,62
62,45 2001
16,54 0,10
19,72 63,64
2002 20,12
0,08 27,54
52,26 2003
35,86 0,15
56,56 7,43
2004 20,19
0,06 33,95
45,79 2005
20,74 0,06
38,50 40,69
2006 19,86
0,06 43,62
36,46 2007
18,57 0,10
46,63 34,71
2008 15,80
0,19 48,51
35,50 Rata - Rata
20,61 0,10
37,18 42,10
Sumber : Bank Indonesia, 2009. Data Diolah
Tabel 4.7 menunjukan bahwa pada periode Tahun 2000-2008 secara rata- rata jumlah kredit yang disalurkan oleh bank untuk usaha berskala kecil dan
menengah lebih dominan disalurkan pada sektor jasa sebesar 42,10 persen dari jumlah total kredit yang disalurkan. Setelah itu, sektor perdagangan menjadi
alternative kedua sebesar 37,18 persen dari total kredit yang dikucurkan untuk usaha kecil dan menengah. Walaupun Indonesia sebagai negara agraris,
penyaluran kredit untuk sektor pertanian masih belum diperhatikan secara maksimal. Rata-rata jumlah kredit yang disalurkan oleh bank untuk sektor
pertanian hanya sebesar 20,61 persen dari jumlah total kredit yang disalurkan. Sektor yang mendapat bagian kredit paling adalah usaha kecil dan menengah
sektor pertambangan. Penyaluran kreditnya secara rata-rata hanya berkisar 0,10 persen dari jumlah total kredit yang disalurkan bank untuk UKM. Besarnya
proporsi rata-rata dari penyaluran kredit UKM pada semua sektor ditampilkan pada Gambar 4.3.
42.1
37.18 20.61