Autokorelasi Heteroskedastisitas Uji Normalitas

akan diganti dengan peubah yang jumlahnya lebih sedikit tanpa diiringi oleh hilangnya objektifitas analisis. Berdasarkan teori, jika semua komponen utama tetap dalam model regresi, maka akan terjadi transformasi berupa rotasi peubah bebas, sehingga koefisien regresi tidak berubah. Jika peubah yang diamati mempunyai satuan pengukuran berbeda, maka perlu dibakukan. Dalam hal ini komponen utama diturunkan dari matriks korelasi R. Matriks peragam Σ digunakan bila pengukuran semua peubah yang diamati berdasarkan pada satuan pengukuran yang sama.

3.6.2 Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah varian residual yang diperoleh akan lebih rendah daripada semestinya, sehingga mengakibatkan R 2 menjadi lebih tinggi dan pengujian hipotesis dengan menggunakan t-statistic dan f-statistic Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi pada model dengan menggunakan Minitab dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson yang ada pada hasil regresi. Jika nilai Durbin-Watson mendekati dua, maka tidak terjadi masalah autokorelasi pada model.

3.6.3 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai varian dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama atau nilai ragam error term tidak memiliki nilai yang sama untuk setiap observasi. Hal ini melanggar asumsi dasar regresi linear klasik, yaitu : setiap variabel bebas mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama. Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi dalam data cross-section karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan White heteroskedasticity. Kriteria uji yang digunakan yaitu : 1. Jika nilai probabilitas pada hasil regresi lebih besar dari taraf nyata α yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami heteroskedastisitas. 2. Jika nilai probabilitas pada hasil regresi lebih kecil dari taraf nyata α yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan mengalami heteroskedastisitas.

3.6.4 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan jika sampel yang digunakan kurang dari 30. Kriteria uji yang digunakan adalah jika nilai probabilitas pada model lebih besar sama dengan taraf nyata yang digunakan 5, maka error term terdistribusi dengan normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas pada model kurang dari taraf nyata, maka error term tidak terdistribusi dengan normal.

IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia

Pertumbuhan jumlah usaha yang berskala kecil dan menengah UKM di Indonesia memiliki tren yang positif. Hal ini dibuktikan dari eksistensi Usaha Kecil dan Menengah UKM di Indonesia mengahadapi perkembangan zaman. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada Tahun 1997 silam, telah membuktikan bahwa sektor UKM mampu bertahan menghadapi krisis. Menurut data yang berasal dari BPS, jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah selalu berkembang. Pada Tahun 1980, UKM di Indonesia hanya berjumlah sekitar tujuh ribu unit usaha, sedangkan pada Tahun 2001, jumlah UKM telah berkembang mencapai 40 juta unit usaha. Data yang didapatkan dari Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Depkop dan UKM juga menunjukan hal yang sama, bahwa jumlah unit usaha kecil dan menengah di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, seperti tampilan pada Tabel 4.1. Berdasarkan Tabel 4.1, jumlah unit usaha berskala kecil pada Tahun 1999 hanya 39.859.509 unit usaha. Pada Tahun 2008, jumlah usaha berskala kecil mengalami peningkatan yang pesat menjadi 51.062.682 unit usaha. Berarti telah terjadi perkembangan sebesar 11.203.173 unit usaha atau sebesar 28,11 persen. Sementara itu, jumlah unit usaha berskala menengah pada Tahun 1999 berjumlah 52.214, dan pada Tahun 2008 berkembang menjadi 127.128 unit usaha, hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 143,47 persen atau sebesar 74.914 unit usaha. Bukan hanya usaha kecil dan menengah yang

Dokumen yang terkait

Strategi Pemasaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam Mengembangkan Usaha (Studi Kasus Pada Usaha Kerajinan Rotan Swaka Karya)

19 171 94

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 62 130

Kendala-Kendala Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Pada Pusat Industri Kecil (PIK) Medan Tenggara

0 100 118

Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Karo (Studi pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo)

39 304 119

Analisis Kontribusi Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Perkembangan Sektor Riil Di Kota Tanjungbalai

8 52 98

Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai)

3 52 95

Evaluasi Program Pemberdayaan Kelembagaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Medan(Studi Dekriptif tentang Pengembangan Jaringan Pemasaran UKM di Dinas Koperasi Kota Medan)

0 43 112

Peran Disperindag Dalam Memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Medan Denai

13 177 85

Upaya Pengembangan Usaha Kecil Bordir Dan Sulaman Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus : Kotamadya Bukittinggi )

0 28 93

Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011

1 22 123