Lampion Selendang (Studi Etnografi Industri Rumah Tangga di Jalan Rawa II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai)

(1)

Lampion Selendang

(Studi Etnografi Industri Rumah Tangga di Jalan Rawa II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai )

Oleh

LAURA PRISKILA 100905008

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Laura Priskila

Nim : 100905008

Judul : Lampion Selendang

(Studi Etnografi Industri Rumah Tangga di Jalan Rawa II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai)

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen

(Drs. Yance, M.Si) (Dr. Fikarwin Zuska) NIP. 19580315 198803 1 003 NIP. 19621220 198903 1 005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(3)

NIP. 196805251992031002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan oleh: Nama : Laura Priskila

Nim : 100905008

Judul : Lampion Selendang

(Studi Etnografi Industri Rumah Tangga di Jalan Rawa II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai)

Pada ujian komprehensif yang dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal : Pukul : Tempat :

Tim Penguji

1. Ketua Penguji : Drs. Yance, Msi ( )

2. Penguji I : Dra. Nita. Savitri, M.Hum ( )


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS LIMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS Lampion Selendang

(Studi Etnografi Industri Rumah Tangga di Jalan Rawa II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Mei 2014


(5)

ABSTRAK

Laura Priskila, 2014. Judul Skripsi: Lampion Selendang (Studi Etnografi di Jalan Rawa II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 93 halaman, 7 tabel, dan 11 gambar.

Penelitian ini mengenai industri rumah tangga lampion selendang.Penelitian ini dilakukan di Jalan Rawa Cangkuk II Keruhan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Tegal Sari Mandala III bermatapencaharian pada industri rumah tangga.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Penulisan dilakukan secara holistik, berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melalui observasi dan wawancara kepada masyarakat yang terkait dengan masalah penelitian.

Permasalahan yang dibahas adalah mengenai tingkat pendapatan para pekerja setelah bekerja dalam industri lampion selendang, bagaimana hubungan sosial yang terjadi diantara pihak yang terlibat dalam industri lampion selendang ini dan taktik apa yang digunakan dalam industri lampion selendang.

Hasilnya adalah meningkatnya pendapatan para pekerja setelah mengerjakan lampion selendang.Hubungan sosial yang tejadi diantara pihak yang terlibat pada industri lampion selendang ini ada yang baik dan ada juga yang tidak baik. Taktik yang digunakan terdapat pada proses produksi mulai dari mengutang benang pada toko benang, serta modal usaha diperoleh dari pinjaman uang dari bank maupun dari kerabat

Kesimpulannya adalah melalui industri rumah tangga lampion selendang ini tingkat pendapatan para pekerja yang merupakan ibu-ibu rumah tangga semakin meningkat.Hal ini dapat terlihat dari pengaplikasian upah yang diterima oleh para pekerja. Dengan kata lain industri rumah tangga sangat membantu masyarakat oleh karena itu sebaiknya pemerintah membuat program yang baik terutama untuk pemenuhan modal usaha. Terdapat Hubungan sosial yang baik dan yang tidak baik dalam industri lampion selendang, yang juga akan berdampak pada poduksi lampion selendang ini.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan kasih sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Lampion Selendang (Studi Etnografi di Jalan Rawa II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai).Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Sarjana S1 Antropologi Sosial di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga saya yang senantiasa mengasihi, mendidik, dan memotivasi serta memberikan dukungan moril kepada saya.Terutama kepada kedua orang tua saya yang sangat tercinta buat dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini yaitu papa Oloan Situmorang dan mama Nurkia Marpaung atas kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis. Terima kasih atas doa yang selalu dipanjatkan buat saya sampai saya memperoleh gelar sarjana dan juga kepada abang saya Erold Eben Haezer. S.Sos serta kakak saya Angelica Yohana. Amd.Kom terimakasih buat kasih sayang serta dukungan doa yang telah diberikan kepada saya.

Saya juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Yance, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi.Terima kasih kepada beliau yang telah meluangkan waktu selama ini dan memberikan kritikan yang membangun dan masukan dalam penulisan skripsi ini.


(7)

Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Hamdani Harahap selaku dosen PAsaya .Terima kasih atas saran dan masukan bapak selama ini.Terima kasih juga saya ucapkan kepada ibu Nita Savitri selaku dosen penguji I. Terimakasih atas masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.Terimakasih kepada seluruh staf pengajar Departemen Antropologi FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu, wawasan serta pengetahuan baru bagi saya selama masa perkuliahan.Demikian juga kepada staf administrasi Departemen Antropologi.

Terimakasih buat informan-informan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, telah membantu penulis dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan, terimakasih juga buat waktu yang telah disediakan oleh informan untuk diwawancarai.

Terima kasih untuk kepada teman-teman mahasiswa/i Antropologi FISIP USU angkatan 2010 atas pengalaman-pengalaman tak terlupakan selama masa perkuliahan, terutama para sahabat. Terima kasih untuk Pricilia Harianja, Shelly Andriani dan Elisa Noviyanti yang sudah memberikan waktunya untuk menemani saat penulisan skripsi dan untukmasukkan-masukkannya selama saya mengerjakan skripsi ini.Terimakasih untuk teman-teman buat Desy Iriana, Cesillia Pasaribu, Rini Gilina, Fatiah Ulfa, serta semua


(8)

teman-teman Antropologi 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimaksih buat pertemanannya selamanya ini.

Dalam menulis skripsi ini telah dicurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran dan juga waktu dalam penyelesaiannya.Namun demikian, disadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.Untuk itu, dengan segala kerendahan hati diharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca.Besar harapan penulis ini bermanfaat bagi semua pembacanya.

Medan, Mei 2014 Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

Laura Priskila Situmorang lahir di Jakarta, November 1992.Anak ketiga dari 3 (Tiga) bersaudara dari pasangan Oloan Situmorang dan Nurkia Marpaung

Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 064958 Medan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 23 Medan pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 14 Medan pada tahun

2010. Kemudian tahun 2010 melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dengan jurusan Antropologi Sosial di Universitas Sumatera Utara. Email aktif

laurapriskila@gmail.com. Selama masa perkuliahan pernah mengikuti Training of

Fasilitator (TOF), seminar Kota-Kota di Sumatera.Mendapatkan beasiswa Bidik Misi dan mengikuti kegiatan organisasi UKM pada tahun 2010-2011.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah :Industri Lampion Selendang (Studi Etnografi Industri Rumah Tangga di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar sarjana dari Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berisi kajian yang berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan masyarakat di Jalan Rawa II Keluruhan Tegal Sari Mandala III khususnya pekerja lampion selendang dan juga toke dari lampion selendang ini. Skripsi ini membahas mengenai industri rumah tangga lampion selendang.

Bagi para pekerja dengan adanya industri lampion selendang ini membawa dampak yang baik terutama bagi tingkat pendapatan mereka.Melalui pekerjaan ini para ibu rumah tangga memiliki penghasilan sendiri.Selain itu hubungan sosial yang terjadi di dalam industri rumah tangga serta taktik yang digunakan oleh toke maupun pekerja menjadi bagian dalam skripsi ini. Pada skripsi ini, penulis juga membuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran seperti pedoman wawancara, surat penelitian.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak hal yang dialami oleh penulis dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis serta hal-hal lain yang dialami oleh penulis.


(11)

Namun, berkat pertolongan dari Tuhan Yesus semuanya bisa dilalui.Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, kritikan dan masukkan dari berbagai pihak.Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu.

Medan, Mei 2014 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan……….

Halaman Pengesahan……….

Pernyataan Originalitas………. i

Abstrak……… ii

Ucapan Terima Kasih………... iii

Riwayat Hidup………... vi

Kata Pengantar………... vii

Daftar Isi……….. ix

Daftar Tabel………... xi

Daftar Gambar……… xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2Tinjauan Pustaka………... 7

1.3Rumusan Masalah………... 19

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 20

1.5Metode Penelitian……… 21

1.5.1 Observasi Langsung…………...……… 22

1.5.2 Wawancara………...……….. 22

1.5.3 Studi Litetratur………... 25

1.6 Analsis Data………. 25

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Kota Medan ………... 26

2.2 Sejarah Kelurahan Tegal Sari Mandala III……… 28

2.2.1 ` Komposisi Penduduk……… 29

2.2.2 Pola Pemukiman……… 30

2.3 Struktur Sosial Masyarakat………. 32

2.3.1 Mata Pencaharian……… 32

2.3.2 Sistem Religi……… 33

2.3.3 Organisasi Sosial……….. 35

2.4 Prasarana/Sarana Umum………... 36

2.5 Keberadaan Industri Rumah Tangga di Kelurahan Tegal Sari Mandala III………. 38

2.6 Peran Pemerintah Terhadap Industri Kecil ………. 41

BAB III. PROFIL INDUSTRI LAMPION SELENDANG 3.1 Kemunculan Usaha………. 43


(13)

3.2 Modal Usaha………... 44

3.3 Proses Produksi……..………... 47

3.3.1 Pemasaran……… 57

3.4 Pekerja………... 59

3.4.1 Sistem Pengupahan……….. 63

3.5 Pengaruh Industri Lampion Selendang Pada Tingkat Pendapatan Pekerja……… 65

BAB IV.HUBUNGAN SOSIAL YANG TERJADI DI DALAM INDUSTRI LAMPION SELENDANG 4.1 Alasan memilih Pekerjaan Lampion Selendang………. 68

4.2Perekrutan Para Pekerja………...………… 70

4.3 Hubungan Sosial antara Bos dengan Toke ……… 73

4.4 Hubungan sosial antara Toke dan Koordinator Dengan Para Pekerja……… 76

4.5 Hubungan Sosial antara Toke dengan Toke……… 81

4.6 Hubungan Sosial antara Pekerja dengan Pekerja……… 83

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan………. 86

5.2 Saran………... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Fokus pengembangan Industri di Kota Medan…………. 6

Tabel 2.2.1 : KomposisiPenduduk Berdasarkan Tingkat Umur………29

Tabel 2.3.1 : Komposisi Mata Pencaharian Penduduk ……….32

Tabel 2.3.2 : Komposisi Agama Penduduk ……….……….33

Tabel 3.2 : Daftar Harga Bahan Baku……….45

Tabel 3.4 : Nama Pekerja beserta Pekerja Tambahan……….61


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Keadaan lingkungan di Jalan Rawa Cangkuk ……… 31

Gambar 2 : Masjid (Tempat Ibadah)………. 34

Gambar 3 : Benang Emas………..………. 48

Gambar 4 : Benang Warna…………...……….. 49

Gambar 5 : Bola-bola Lampion………..… 50

Gambar 6 : Benang yang telah diisi bola lampion……….. 52

Gambar 7 : Lampion yang telah dibuat Pola……….. 53

Gambar 8 : Lampion yang telah jadi……….. 54

Gambar 9 : Lampion yang dijahitkan pada selendang……… 55

Gambar 10 : Lampion yang digunakan pada ulos………. 56


(16)

ABSTRAK

Laura Priskila, 2014. Judul Skripsi: Lampion Selendang (Studi Etnografi di Jalan Rawa II Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 93 halaman, 7 tabel, dan 11 gambar.

Penelitian ini mengenai industri rumah tangga lampion selendang.Penelitian ini dilakukan di Jalan Rawa Cangkuk II Keruhan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai.Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Tegal Sari Mandala III bermatapencaharian pada industri rumah tangga.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Penulisan dilakukan secara holistik, berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melalui observasi dan wawancara kepada masyarakat yang terkait dengan masalah penelitian.

Permasalahan yang dibahas adalah mengenai tingkat pendapatan para pekerja setelah bekerja dalam industri lampion selendang, bagaimana hubungan sosial yang terjadi diantara pihak yang terlibat dalam industri lampion selendang ini dan taktik apa yang digunakan dalam industri lampion selendang.

Hasilnya adalah meningkatnya pendapatan para pekerja setelah mengerjakan lampion selendang.Hubungan sosial yang tejadi diantara pihak yang terlibat pada industri lampion selendang ini ada yang baik dan ada juga yang tidak baik. Taktik yang digunakan terdapat pada proses produksi mulai dari mengutang benang pada toko benang, serta modal usaha diperoleh dari pinjaman uang dari bank maupun dari kerabat

Kesimpulannya adalah melalui industri rumah tangga lampion selendang ini tingkat pendapatan para pekerja yang merupakan ibu-ibu rumah tangga semakin meningkat.Hal ini dapat terlihat dari pengaplikasian upah yang diterima oleh para pekerja. Dengan kata lain industri rumah tangga sangat membantu masyarakat oleh karena itu sebaiknya pemerintah membuat program yang baik terutama untuk pemenuhan modal usaha. Terdapat Hubungan sosial yang baik dan yang tidak baik dalam industri lampion selendang, yang juga akan berdampak pada poduksi lampion selendang ini.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini akan mengkaji tentang industri rumah tangga berupa lampion selendang. Ketertarikan penulis berawal dari kegiatan ekonomi kreatif yang banyak diminati oleh masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga dalam membantu perekonomian keluarga. Termasuk juga dengan industri rumah tangga lampion selendang ini, industri ini sudah berlangsung mulai dari tahun 2004 dengan demikian industri ini sudah berjalan selama 10 tahun. Industri ini mampu menarik perhatian masyarakat untuk menekuni industri rumah tangga lampion selendang ini. Lampion selendang ini biasanya digunakan pada songket selendang juga pada ulos. Songket yang digunakan biasanya buatan pabrik (biasa juga disebut sebagai tiruan dari songket Palembang)

Selain itu industri lampion ini mampu bertahan dikala industri rumah tangga yang lain mulai bermunculan. Selain hal tersebut penulis juga melihat bahwa industri lampion ini bukanlah industri yang termasuk hasil produksinya yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari, tetapi hanya diwaktu-waktu yang tertentu, tetapi industri ini mampu bertahan selama 6 tahun sampai dengan sekarang dan industri mampu dipasarkan sampai ke seluruh Indonesia.


(18)

Awalnya mata pencaharian berpusat pada kegiatan non industri. Menurut E. Hahn sistem mata pencaharian hidup manusia pada awalnya berburu dan meramu tumbuh-tumbuhan liar sehingga ditemukanlah cangkul (hack) untuk menggali tanah. serta mencabut tumbuh-tumbuhan bersama akarnya yang kemudian berevolusi menjadi berkebun. Karena mengetahui bahan tanaman yang masih berakar tidak mati maka manusia menemukan teknologi untuk menguasai kehidupan tumbuh-tumbuhan yang kemudian menjadi tercipta teknologi bercocok tanam (dalam Koenjaraningrat, 1990: 171).

Menurut Jones dan Darkenwald (dalam Soedjito, 1987: 65) membagi urutan mata pencaharian sebagai berikut :

1. Pengumpulan 2. Perburuan 3. Perikanan

4. Peternakan dan pertanian (farming) 5. Kehutanan

6. Kerajinan dan perusahaan rumah tangga (manufacturing) 7. Industri, pertanbangan dan pengangkutan

8. Perdagangan

Menurut Geertz menurunnya daya serap tenaga kerja sektor pertanian sebagai dampak involusi, telah menyebabkan peranan di luar sektor-sektor luar pertanian menjadi semkain penting. Sektor pertanian yang merupakan sumber nafkah tradisional


(19)

tidak mampu lagi menampung melimpahnya tenaga kerja di pedesaan. Salah satu tujuan keluar yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ini adalah industri terutama sektor pengolahan (dalam Ahimsa-Putra, 2003: 253).

Menurut Weber Strategi industrialisasi ini diharapkan mampu mengurangi arus migrasi penduduk serta memecahkan masalah kemiskinan. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa Negara yang menepatkan industri kecil sebagai basis modernisasi akan berhasil dalam industrialisasi sehingga akan dapat masuk dalam jajaran Negara industri baru ( dalam Sutanto, 1996: 79).

Pada umumnya, industri lahir dari skala kecil menuju ke skala yang besar. Memulai bidang industri dapat dimulai dengan membuka industri kecil ataupun dengan melakukan kegiatan produktif dalam skala rumah tangga (Home Industry). Industri rumah tangga ini memiliki peran yang sangat besar dalam hal pengembangan perekonomian bangsa. Salah satu contoh dari industri rumah tangga ini yaitu usaha kerajinan, usaha makanan ringan, serta usaha-usaha kecil lainnya. Industri kecil seperti ini ternyata ikut berperan dalam mengembangkan perekonomian bangsa1

.

Munculnya industri kecil berawal dari tradisi kerajinan industri rumah tangga yang menggunakan bahan, keterampilan dan keahlian setempat, sedangkan hasil produksinya hanya melayani kepentingan pasar sekitarnya. Industri ini kemudian berkembang sehingga mampu melayani permintaan pasar regional maupun nasional

1

http://usaharumah.com/industri-kecil/seluruh-industri-besar-selalu-lahir-dari-industri-kecil/ (diakses


(20)

melalui jaringan distribusi pedagang borongan maupun pengecer (Ahimsa-Putra, 2003: 254).

Industri rumah tangga termasuk suatu usaha kewirausahaan mulai banyak mendapat sorotan pada tahun-tahun 1960 an ketika, modernisasi menjadi perhatian besar bagi masyarakat, modernisasi dapat diartikan sebagai fenomena sosial budaya yang mencakup segala bentuk upaya suatu masyrakat untuk mengubah atau menggantikan pola-pola perilaku dan pemikiran dari generasi-generasi sebelumnya menjadi pola-pola perilaku baru yang lebih sesuai dengan keadaan lingkungan sosial, budaya dan teknologi yang ada dimasa sekarang (Ahimsa-Putra, 2003: 390-391).

Peradaban itu semakin terasa ketika tahun 1980-an memasuki dasawarsa 1990 an, kegiatan ekonomi bukan pertanian pedesaan menjadi salah satu subjek penting kebijakan dan penelitian, terutama industri kecil dan industri rumah tangga yang dipandang memainkan peran dalam proses industrliasasi pedesaan (Mulyanto 2006 : 29).

Menurut Mubyarto keterlibatan sektor industri dalam perekonomian Indonesia ternyata sangat berarti. Industri kecil memegang peranan penting dalam perekonomian rakyat karena dapat menjadi sumber penghasilan tambahan di luar sektor pertanian, mampu menyerap tenaga kerja, serta mendidik orang untuk berwiraswasta dan memiliki inisiatif untuk maju (Mubyarto, 1979: 39).

Industri rumah tangga juga mendorong pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari jumlah usahanya sangat banyak dan terdapat di semua sektor ekonomi, kontribusinya yang


(21)

sangat besar terhadap kesempatan kerja dan pendapatan khususnya di daerah pedesaan dan berpendapatan rendah, tidak dapat dipungkiri lagi betapa pentingnya usaha kecil ini. Selain itu kelompok usaha tersebut juga berperan sebagai suatu motor penggerak yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi dan komunitas lokal2.

Secara umum karakteristik industri rumah tangga adalah menyerap tenaga kerja yang cukup besar, menggunakan teknologi sederhana, membutuhkan modal yang relatif kecil, serta dapat dikelola dengan manajemen yang sederhana, bahkan pada industri rumah tangga bisa dikelola dengan manajemen keluarga karena lingkupnya yang kecil. Dengan demikian industri ini dapat memberikan kesempatan kerja. Bagi keluarga yang tidak mampu, bantuan perempuan untuk bekerja di sektor industri kecil sangat membantu, sebagai salah satu kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian. Industri rumah tangga dan industri kecil diharapkan akan mampu mendorong dan meningkatkan pembangunan, kesejahteraan, serta peningkatan taraf hidup masyarakat3.

Industri rumah tangga juga terdapat di kota Medan, industri rumah tangga mampu menarik perhatian banyak masyarakat untuk menekuni industri ini dalam kegiatan sehari-hari. Industri rumah tangga memiliki berbagai macam hasil produksi yang dihasilkan oleh industri ini, diantaranya dalam hal industri makanan, konveksi,

2

DeputiPUG Bidang Ekonomi. Perempuan dan Industri Rumahan (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia: Jakarta) 2011 hal 13-14.

3


(22)

sepatu, tas dan yang lainnya dan biasanya banyak industri yang menghasilkan produk-produk yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Tabel 1.1

Fokus Pengembangan Industri di Kota Medan Tahun 2010 – 2014

No Jenis Industri Pembagiaanya

1 Industri Padat Karya Industri Tekstil Industri Alas Kaki Industri Furniture 2 Industri Kecil dan Menengah Industri Fesyen

Industri Kerajinan Industri Batu Mulia Industri Keramik

3 Industri Barang Modal Industri Penghasil Barang Modal Industri Perkapalan

4 Industri Berbasis Sumber Daya Alam Industri Makanan dan Minuman Industri Hilir Kelapa Sawit Industri Hilir Karet

Industri Hilir Kakao

Industri Hilir Baja & Alumunium Hulu Industri Rumput Laut

5 Industri Pertumbuhan Tinggi Industri Otomotif, Elektronika dan Telematika

6 Industri Prioritas Khusus Industri Gula Industri Pupuk Industri Petrokimia Sumber : Disperindag Kota Medan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan menunjukkan jumlah UMKM di Kota Medan sampai 2013 berjumlah 222.133 pelaku usaha dengan jenis usaha perdagangan jasa, industri kerajinan dan aneka usaha sedangkan jumlah koperasi di Kota Medan sekitar 2.013 dan 1.220 merupakan koperasi aktif.


(23)

1.2. Tinjauan Pustaka

Menurut Malinowski (dalam Sairin 2002: 2) Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat dibagi pada tiga ketegori besar yaitu kebutuhan kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial, dan psikologis. Walaupun ketiga kebutuhan itu tampak terpisah namun sebenarnya ketiganya adalah tiga serangkai yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tiga kebutuhan manusia tersebut ialah:

1. Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya). Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman yang merupakan salah satu dari kebutuhan biologis, manusia terikat dengan gagasan makanan yang dapat dikonsumsi dan makanan mana pula yang diharamkan untuk dimakan

2. Kebutuhan kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dri rasa takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain.

3. Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai budayanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain-lain).

Dalam pemenuhan kebutuhan hidup juga manusia melakukan kegiatan-kegiatan yang menyangkut pemenuhan akan kebutuhan tersebut, kegiatan inilah yang disebut dengan kegiatan ekonomi (Putong, 2012: 16). Adanya kebutuhan inilah maka manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan ekonomi. Karl Polany menyatakan bahwa ekonomi


(24)

adalah upaya yang dilakukan manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidup ditengah-tengah lingkungan sosialnya (Sairin, dkk 2002: 16-17).

Pada dasarnya konsep ekonomi adalah alokasi sumber daya yang banyak dan sesuai antara keinginan manusia yang dapat didasari, dengan pengakuan bahwa alternatif-alternatif sangat memungkinkan pada tiap bidang. Tidak hanya itu saja ekonomi juga berkaitan dengan implikasi-implikasi pilihan-pilihan manusia dengan hasil keputusan-keputusan. Pilihan-pilhan, keinginan-keinginan serta impilkasinya dalam melibatkan hubungan-hubungan sosial. Serta mendalami adanya suatu hubungan manusia dengan kebutuhan hidupnya secara luas (Sairin, dkk 2002 : 13).

Hal ini sejalan dengan penelitian Malinowski pada masyarakat Trobriand yang menyatakan bahwa :

“Aktifitas ekonomi orang trobriand bukan dibimbing oleh hasrat untuk memuaskan kemauannya, tetapi oleh seperangkat kekuatan-kekuatan tradisi yang kompleks, tugas-tugas dan kewajiban, kepercayaan akan magis, ambisi-ambisi dan kesombongan sosial”

Pada awal perkembangan aktifitas ekonomi dengan gejala pertukaran. Pertukaran tradisional yang tidak menggunakan mekanisme uang, pertukaran tersebut terdapat pada masyarakat tradisional misalnya pertukaran hadiah, perdagangan kula dan sebagainya. Saat ini pertukaran tidak hanya dipandang sebagai sesuatu hal sederhana seperti hal di atas, sistem pertukaran mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa (Sairin, dkk 2002: 40).

Menurut Polany motif-motif yang mendasari pertukaran ialah kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan sosial dan kebutuhan ekonomi, tetapi kebutuhan ekonomi dalam


(25)

hal ini tidak dimaksudkan untuk mendapat keuntungan komersial. Sebaliknya, usaha mendapatkan keuntungan komersial, suatu keuntungan yang diperoleh berdasarkan proses tawar-menawar. Polany juga membagi sistem pertukaran menjadi dua bagian yaitu resiprositas4 dan redistribusi (Sairin, dkk 2002: 39).

Resiprositas terbagi atas beberapa jenis, salah satunya ialah resiprositas secara umum. Menurut Swartz dan Jordan resiprositas umum pada dasarnya berlaku pada orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat (Dalam Sairin, dkk 2002: 50). Meskipun berlaku di kalangan keluarga dekat, namun terdapat variasi yang cukup penting antara resiprositas di kalangan masyarakat sederhana dan masyarakat industri.

Pada masyarakat industri, resiprositas umum tetap berlaku dikalangan orang-orang yang sekerabat, namun terbuka kemungkinan yang lebih luas terjadi diantara orang-orang yang berhubungan karib (Sairin, dkk 2002: 52). Hal ini sesuai dengan industri rumah tangga, kebanyakan industi rumah tangga, para pekerja maupun yang menjadi orang kepercayaan nya ialah kerabat dari yang pemilik modal ataupun orang yang dekat dengan pemilik modal.

Selain resiprositas, konsep pertukaran yang lain ialah Redistribusi5. Fungsi ekonomi dari redistribusi cukup beragam: pertama, redistribusi merupakan kerja sama ekonomi yang bersifat saling menguntungkan. Fungsi ini memperhatikan bahwa kedua belah pihak antar pemegang otoritas dan masyarakat saling mendapatkan keuntungan dari aktivitas redistribusi yang mereka lakukan. Sama halnya dengan industri rumah

4

Resiprositas ialah rasa timbal balik (resiprokal) sangat besar yang difasilitasi oleh bentuk simetri tradisional, cirri utama organisasi orang-orang yang tidak terpelajar (Sjafri Sairin, 2002 : 44)

5

Redistribusi merupakan suatu bentuk kerja sama individu-individu anggota suatu masyrakat, atau suatu kelompok dalam memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki atau kuasai (Sjafri Sairin, 2002 : 67)


(26)

tangga, adanya pihak-pihak yang saling menguntungkan satu sama lain yaitu antara pemilik modal dengan para pekerja yang masing-masing memperoleh keuntungan berupa uang.

Menurut Cook pendekatan substantif menempatkan perekonomian sebagai rangkaian dari aturan-aturan dari organisasi sosial, dimana setiap individu dilahirkan dan diatur dalam suatu sistem organisasi tersebut. Dengan kata lain pendekatan substantif melihat hal-hal yang lebih dalam yang tidak hanya melihat kegiatan ekonomi sebagi suatu yang sederhana yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi pendekatan ini melihat hal-hal yang berkaitan di dalam suatu kegiatan ekonomi yang dapat memperngaruhi kegiatan ekonomi tersebut (Sairin, dkk 2003: 105).

Menurut Polany setiap perekonomian terkait dengan organisasi sosial dan kebudayaan. Dalam hal ini ada proses yang melibatkan berbagai aspek dalam kehidupan manusia baik itu aspek organisasi sosial maupun kebudayaan. Hal ini ditujukan pada bagaimana cara manusia untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa, untuk memnuhi kebutuhan biologis dan makna sosial. Dengan kata lain substatntif berbicara tentang apa yang sebenarnya terjadi bukan apa yang seharusnya (Sairin, dkk 2003: 114-115).

Kegiatan industri merupakan aktifitas manusia di bidang ekonomi produktif untuk mengolah suatu bahan menjadi barang yang bernilai untuk di jual. Sebagian dari sistem perekonomian, kegiatan industri identik dengan proses produksi untuk kelangsungannya perlu ditunjang dengan pengelolaan serta pemasaran hasil-hasil produksi. Sebuah sistem industri terdiri dari unsur-unsur fisik dan unsur perilaku manusia. Unsur pertama meliputi kondisi peralatan dan barang utama, sedang unsur


(27)

perilaku manusia meliputi komponen tenaga kerja, keterampilan, tradisi, transportasi, serta komunikasi. Perpaduan antar unsur fisik dan perilaku manusia membuat aktifitas industri harus melibatkan berbagai faktor (Hendro, 2000: 15).

Dalam melakukan kegiatan perekonomian guna memenuhi kebutuhan hidup, manusia bekerja yaitu dengan melakukan suatu kegiatan. Menurut Karl Max bahwa yang membedakan manusia dengan mahkluk lain ialah kerja. Hanya manusialah mahluk yang mampu melakukan kerja (Damsar, 2009: 68). Banyak pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti halnya dalam membuat usaha sendiri atau dalam bidang perindustrian.

Industri menjadi salah satu aktifitas ekonomi pada masyarakat modern. Menurut Azhary (1986: 17), industri adalah bagian dari proses produksi yang tidak mengambil bahan langsung dari alam tetapi barang itu diolah dahulu menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat. Direktorat Jenderal Industri Kecil (1984: 4) memberikan definisi tersendiri mengenai pengertian industri. Industri merupakan usaha untuk memproduksi barang jadi dari bahan baku/ bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan serendah mungkin dengan mutu setinggi mungkin.

Fenomena industri rumah tangga dapat dipandang sebagai salah satu tahap dari sebuah proses besar, munculnya industri ini dalam masyarakat boleh dikatakan merupakan awal dari sebuah proses perubahan menuju sebuah masyarakat industri dengan skala besar di masa-masa yang akan datang, jika proses ini tidak terganggu oleh berbagai peristiwa lain dalam masyarakat tersebut.


(28)

Dilihat dari sudut pandang teori evolusi, masyarakat yang mengenal industri kecil, industri rumah tangga, seakan akan sebuah masyarakat yang tengah berada pada tahap peralihan (transitional), yang lahir ketika sebuah masyarakat agraris ingin atau harus mengubah dirinya menjadi sebuah masyarakat industri. Masyarakat ini tidak sepenuhnya agraris lagi, namun juga belum sepenuhnya industrial.

Geertz (1989) mengenai industri rumah tangga yang ada di Mojokuto mengatakan “Bahwa pada umumnya, industri rumah tangga yang tradisional

pada hakekatnya adalah serupa dengan pertanian tradisional : sangat padat karya, sangat naik turun kegiatannya menurut musim-musim tertentu, pada dasarnya lemah dan tidak dimanis organisasinya, dan karena tingkat operasinya sangat kerdil sangat sukar untuk memodalinya dengan efektif”.

Industri rumah tangga merupakan suatu sistem produksi, yang berarti ada produk yang dihasilkan melalui proses nilai tambah dari bahan baku tertentu, yang dilakukan di tempat rumah perorangan dan bukan di suatu pabrik

Adapun yang menjadi ciri-ciri dari industri rumah tangga (Azhary, 1986:21) 1) Dilakukan di rumah

2) Umumnya merupakan tambahan mata pencaharian disamping usaha agraria 3) Memerlukan banyak tenaga tangan

4) Menggunakan alat-alat dan cara sederhana 5) Pengetahuan yang sangat terbatas

6) Upah sedikit/ rendah


(29)

Industri rumah tangga masuk dalam beberapa program pengembangan pada bidang perindustrian, Industri Kecil dan Menengah (UKM) dilaksanakan untuk menumbuhkembangkan kegiatan usaha ekonomi skala kecil dan menengah yang produktif, mendukung per- luasan kesempatan kerja dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan, serta meningkatkan perolehan devisa. Industri kecil termasuk industri kerajinan dan rumah tangga, telah berkembang menjadi bagian integral dari industri nasional sehingga mempunyai potensi besar sebagai sumber pertumbuhan industri dalam jangka panjang (Sutanto, 1996: 89).

Dari sisi kebijakan, usaha kecil/rumah tangga sangat perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Peran penting usaha rumah tangga menjadi alternatif penambahan pendapatan keluarga yang paling mudah, mereka hanya memerlukan modal yang kecil, apa yang mereka usahakan adalah sesuatu yang mereka sudah jalani bukan merintis usaha yang baru sama sekali, dikarenakan sifat flexibility-nya, usaha kecil/rumah tangga sesungguhnya tidak memerlukan perlakuan khusus. Usaha kecil/rumah tangga merupakan seedbed/persemaian bagi pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Boleh dikatakan, ia juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup di tengah kesulitan ekonomi (Sutanto, 1996: 20).


(30)

Pendapatan dapat dikatakan sebagai sejumlah uang yang telah diterima pada pelanggan dari perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Untuk memudahkan dalam mengartikan, maka pendapatan dapat dibagi dalam beberapa bagian6:

 Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang yang biasanya diterima sebagai balasan jasa. Sumber-sumber yang utama ialah gaji atau upah.

 Pendapatan berupa barang yaitu segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diserahterimakan dalam bentuk barang dan jasa. Barang yang diperoleh dinilai dengan harga sekali pun tidak imbangi atau disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang secara cuma-cuma.

 Penerimaan barang dalam bentuk lain-lain, merupakan barang yang dipakai sebagai pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat redistribusi dan biasanya membawa perubahan keuangan rumah tangga, misalnya penjualan barang-barang berupa warisan.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa pendapatan adalah jumlah penghasilan baik dari keluarga maupun perorangan dalam bentuk uang, yang diperolehnya dari jasa

6


(31)

setiap bulan yang baik dari sebelumnya, atau dapat juga diartikan sebagai suatu hasil yang sedikit keberhasilan usaha, maka jumlah tersebut akan menjadi besar dan meningkat7.

Berdasarkan jenisnya pendapat dapat dibagi dalam beberapa bagian salah satunya ialah pendapatan rumah tangga. Yang dimaksud dengan pendapatan rumah tangga ialah penghasilan dari seluruh anggota keluarga yang disambungkan untuk memenuhi kebutuhan bersama ataupun perorangan dalam rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari satu macam sumber pendapatan, sumber pendapatan yang beragam tersebut dapat terjadi karena anggota keluarga melakukan lebih dari satu jenis kegiatan yang berbeda satu sama lain8.

Jaringan Sosial yaitu suatu pengelompokkan yang terdiri atas sejumlah orang masing-masing, mempunyai identitas sendiri, dan satu dengan yang lainnya dihubungkan melalui hubungan sosial (Suparlan, 1988). Di dalam jaringan tersebut terjalin suatu kerjasama dimana masing-masing individu mempunyai sejumlah kepentingan. Pada dasarnya jaringan adalah ikatan-ikatan sosial dari berbagai individu yang berorientasi pada individu tertentu. Membangun jaringan hubungan memainkan peranan yang sangat penting bagi setiap usaha individu untuk memperoleh sumber daya tertentu (Ahimsa Putra, 2003: 131). Sehingga jaringan sosial yang terbentuk dari hubungan yang berulang-ulang diantara individu yang mempunyai fungsi yang penting bagi individu-individu yang terlibat di dalamnya.

7

Ibid

8


(32)

Menurut Sumintarsih jaringan sosial dapat terlihat hubungan sosial yang terjadi pada suatu industri, termasuk industri lampion selendang ini, maka dua perspektif dari jaringan sosial ini yaitu: sebagai alat analitik untuk menjelaskan hubungan sosial, dan sebagai satu cara pengaturan hubungan antar pelaku-pelaku ekenomi (Dalam Ahimsa-Putra, 2003: 266). Dalam hubungan sosial yang terdapat dalam industri rumah tangga lampion selendang ini ialah hubungan antar para pekerja dengan pekerja, serta hubungan antar toke dengan pekerja.

Penelitian Dewey (1990: 267) menunjukkan pentingnya hubungan sosial. Seperti pada hubungan sosial para pedagang dengan berbagai pihak. Pedagang menjalin hubungan dengan pemilik sarana transportasi, tengkulak, penyimpang barang, penyalur barang pada pengecer, serta konsumen. Dalam lingkungan kerja hubungan sosial yang terjadi adalah antara toke, dan antar pekerja (orang yang memproduksi).

Taktik dapat dikatakan sebagai turunan dari strategi, Menurut Ahimsa-Putra (1994: 113) strategi merupakan pola-pola yang dibentuk oleh berbagai usaha yang direncanakan manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Membahas mengenai taktik dalam produksi serta pemasaran lampion selendang maka, diperlu diketahui terlebih dahulu pengertian produksi.

Menurut Damsar (2009: 67) kata produksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu production. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata produksi yaitu hasil dan pembuatan. Pengertian produksi itu mencakup segala kegiatan, termasuk prosesnya,


(33)

yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan pembuatan. Kegiatan produksi adalah suatu produk. Pengertian produk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah:

1. Barang atau jasa yang dibuat, ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu.

2. Benda atau yang bersifat kebendaan seperti: barang, bahan, atau bangunan yang merupakan hasil konstruksi.

3. Hasil, hasil kerja

Berdasarkan hal tersbut dapat dikatakan bahwa produk berkait dengan suatu proses yang bernama kerja.

Menurut Sunarto (2006: 4), kegiatan pemasaran ialah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai bagi pihak lain. Agar kegiatan dapat berjalan dengan baik haruslah memiliki cara-cara tertentu.


(34)

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah penelitian ini dapat diperjelas dengan pertanyaan sebagai berikut :

1.Bagaimana pengaruh industri lampion terhadap tingkat pendapatan para pekerja?

2.Bagaimana hubungan sosial antar pemilik dengan pekerja serta pekerja dengan pekerja dalam industri lampion selendang tersebut?

3. Apakah Taktik yang digunakan usaha Industri lampion selendang tersebut.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat etnografi dengan tujuan untuk mengetahui mengenai industri rumah tangga yaitu lampion selendang, diantaranya mengenai, pengaruh industri lampion selendang terhadap pendapatan para pekerja, hubungan sosial yang terjadi pada pihak yang terlibat dalam industri rumah tangga lampion selendang tersebut, serta taktik yang digunakan dalam industri lampion tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan khusunya bagi ilmu antropologi untuk memperkaya literatur dan pengetahuan akan industri rumah tangga yang saat ini banyak dijadikan pilihan masyarakat guna membantu perekonomian mereka serta dapat dijadikan pembelajaran. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa antropologi untuk mengkaji mengenai industri rumah tangga khususnya pada industri lampion selendang.


(35)

Secara praktis bagi peneliti bermanfaat untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama masa perkuliahan.

1.5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian yang bersifat etnografi. Penelitian etnografi merupakan pekerjaan medeskripsikan suatu kebudayaan. Menurut Malinowsk tujuan etnografi ialah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunia (Dalam Spradley, 1997: 3)

Prosedur penelitian kualitatif lebih bersifat sirkuler, artinya dalam hal-hal tertentu langkah atau tahapan penelitian dapat diulang satu atau beberapa kali sampai diperoleh data yang lengkap untuk membangun teori dasar (grounded theory). Dalam konteks ini, peneliti dimungkinkan untuk beberapa kali turun ke lapangan (Berutu, 2002:14).

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan data sekunder. Adapaun data primer diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data tambahan untuk menunjang data-data primer yang telah diperoleh seperti : data-data dari internet, jurnal, maupun hasil penelitian yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan penelitian ini, serta data-data yang diperoleh dari Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Dalam pengumpulan data-data digunakan teknik observasi dan wawancara.

Adapun cara yang dilakukan dalam mendapatkan data untuk menjawab masalah penelitian ini adalah :


(36)

1.5.1. Observasi langsung

Observasi (pengamatan) merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti dan dibantu dengan alat dokumentasi gambar yaitu kamera. Dengan demikian yang kegiatan yang dilakukan ialah dengan melihat serta memperhatikan para pekerja dalam membuat serta mengerjakan lampion tersebut. Observasi juga dilakukan di rumah para pekerja saat pekerja mulai bekerja serta hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mereka, suasana rumah pekerja, serta keterlibatan anggota keluarga dalam pembuatan lampion selendang.

1.5.2. Wawancara

Wawancara adalah teknik selanjutnya yang dapat digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai kejadian yang akan diteliti. Wawancara pada umumnya digunakan untuk mengali keterangan mengenai: cara berlaku yang sudah menjadi kebiasaan, hal-hal yang dipercayai, dan nilai-nilai yang dianut (Ihromi, 2006). Wawancara yang dilakukan ini adalah wawancara mendalam9 dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara (interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian serta bantuan alat rekam berupa tape recorder.

Dalam melakukan wawancara, maka akan dilakukan pemilihan informan.. Informan adalah orang yang dijadikan sebagai sumber informasi. Informan dalam

9

Wawancara mendalam berbeda dengan wawancara pada umumnya hal dikarenakan dengan kekhasan dari wawancara mendalam tersebut ialah keterlibatan peneliti dalam kehidupan informan sehingga data yang ingin diperoleh dapat lebih mendalam


(37)

penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu informan pangkal dan informan kunci. Informan pangkal ialah diartikan sebagai orang yang pertama kali memberitahukan informasi kepada peneliti, serta yang membawa peneliti kepada informan kunci dalam penelitian ini yang menjadi informan pangkal ialah para pekerja diantaranya Ibu Juni Pasaribu, Ibu S. Tambunan, Ibu E. Simanjuntak, Ibu Napitupulu, Ibu N. Sihombing, Ibu P. Nababan, Opung Manahan, dan Gaul. Informan kunci ialah orang yang mengetahui banyak tentang masalah yang diteliti dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci ialah Toke (pemilik modal) yaitu Ibu Yuni dan ibu Yanti dan koordinator pekerja yaitu Ibu P. Pasaribu. Akan tetapi dalam peneliti tidak membatasi jumlah informan informan pangkal maupun informan kunci, selama orang yang diwawancarai memberikan informasi yang dibutuhkan maka orang tersebut layak dijadikan informan.

Wawancara saya dengan salah satu toke pada tanggal 20 Maret 2014, berawal dari tetangga saya yang bernama kak Juni yang juga pekerja lampion selendang ini mengenalkan pada seorang toke yang bernama Ibu Yuni. Saya pun membuat rencana dengan kak juni untuk bertemu dengan Ibu Yuni.

Dikarenakan ibu Yuni ini punya kesibukkan lain, maka waktu yang tepat untuk menemuinya ialah jam 10 malam. Waktu itu pun tiba, saya dan ibu Juni berangkat ke rumah Ibu Yuni yang ternyata cukup jauh dari tempat tinggal saya. Sesampainya di rumahnya, Ibu Juni mulai menyapa dan saling berbicara mengenai lampion. Awalnya ibu itu mengira bahwa Ibu Juni datang untuk meminta kerjaan, tapi setelah dijelaskan oleh Ibu Juni bahwa kedatangan kami ialah untuk berbicara mengenai industri lampion selendang, akhirnya dia pun mengerti.


(38)

Pada saat itu juga, ada pekerja yang lagi datang untuk meminta kerjaan, terlebih dahulu ibu itu mengurusi pekerjanya, kami harus menunggu beberapa lama sampai ibu itu bersedia untuk di wawancarai. Sambutan ibu Yuni terhadap saya dapat dikatakan baik, apalagi baru satu kali itu saya bertemu dengan dia, biasanya saya hanya mendengar namanya saja yang sering diceritakan oleh para pekerja. Dan baru hari itulah saya bertemu dengan orangnya, Ibu itu masih muda, ramah, dan saat diwawancara suaranya pelan.

Waktu saya pun tiba untuk mulai bertanya kepada Ibu Yuni, saya memperkenalkan diri, dan ibu Yuni itu bersedia untuk diwawancarai. Disela-sela wawancara ibu itu terkadang menceritakan pengalamanya dan hal itu yang membuat saya berpikir ternyata ibu ini mau menceritakan pengalamanya semenatara saya baru kenal dengan dia begitu juga dengan sebaliknya. Hal ini menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi saya dengan sikap terbuka dari Ibu itu. Selesai wawancara saya pun berpamitan dengan Ibu Yuni.

Wawancara dengan para pekerja, saya lakukan di saat mereka membuat lampion tersebut, maupun pada saat mereka mengambil bahan dari toke maupun dari koordinator pekerja. Saat melakukan wawancara ada perasaan segan takutnya mereka terganggu dengan kedatangan saya untuk mewawancarai mereka. Tetapi semua perasaan takut itu hilang saat mereka dengan baik dan terbuka mau untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan. Disamping itu juga sebagian para pekerja sudah saya kenal sebelumnya dikarenakan satu gereja selain itu juga ada pekerja yang memiliki marga yang sama dengan saya, sehingga membuat wawancara terasa lebih menyenangkan.


(39)

1.5.3. Studi Literatur

Studi literatur digunakan guna melengkapi data yang berhubungan dengan penelitian ini. Literatur tersebut meliputi buku-buku teori, artikel, laporan penelitian, dan jurnal seperti jurnal Perempuan dan Industri Rumahan yang diterbitkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia.

1.6. Analisi Data

Data-data yang diperoleh dari lapangan diperiksa dan diklasifikasikan kembali ke dalam bagian-bagian yang sesuai dengan penelitian yang diajukan, yang memudahkan peneliti dalam penuangan ke dalam tulisan, baik itu dari hasil observasi (yang dilihat) dan hasil wawancara (yang diperoleh dari informan yang diteliti).

Data-data inilah yang nantinya akan dikategorikan sesuai dengan hubungannya dengan rumusan masalah, yang kemudian dikembangkan dalam bentuk pembahasan dalam bab-bab selanjutnya.


(40)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1. Sejarah Kota Medan

Kota Medan sebagai Ibukota dari propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai keunikan yang berbeda dari ibu kota lainnya yang ada di Indonesia. Tanggal 1 Juli 1590, diperingati sebagai hari lahirnya Kota Medan. Etnik Melayu merupakan etnik yang paling kuat mengusai daerah ini. Seiring dengan berkembangnya waktu, maka tidak hanya etnik Melayu saja yang mendiami kota Medan. Berbagai etnik yang mendiami Kota Medan diantaranya etnis Jawa, Melayu, Batak, Minangkabau, Aceh, Banjar, dan sebagainya. Hal ini tidak terlepas dari letak Kota Medan yang memang strategis, membuat para etnik pendatang memilih untuk menetap di Kota Medan. Lambat laun Kota Medan, menjadi salah satu ibukota yang memiliki etnik penduduk yang paling banyak yang lebih sering di kenal dengan sebutan kota yang multikultural. Keanekaragaman etnik yang ada di Kota Medan juga datang dari luar negeri seperti Cina, Arab dan India. Hal ini menjadikan Kota Medan tidak hanya diminati oleh penduduk yang berasal dari tanah air tetapi dari luar negeri juga mempercayakan kota Medan untuk menjadi tempat tinggal mereka. Berbagai macam etnik yang tinggal di Kota Medan membuat etnik melayu menjadi lebih terpinggirkan. Di lain sisi, dengan banyaknya etnik yang berada di Kota Medan membuatnya menjadi lebih beragam baik


(41)

itu dari segi budaya, agama, profesi serta hal lainnya yang menjadikan Kota Medan kaya akan keanekaragamannya. Perkembangan Kota Medan sampai sekarang ini juga dipengaruhi oleh keberadaan keanekaragaman multi etnis itu sendiri.

Kota Medan memiliki 21 daerah Kecamatan serta 151, daerah penelitian penulis ialah kecamatan Medan Denai di kelurahan Tegal Sari Mandala III. Penjelasan mengenai kota Medan tersebut, merupakan penjelasan untuk memperjelas keberadaan daerah penelitian penulis yang menjadi bagian dari Kota Medan.

Geografis

Kota Medan yang merupakan Ibukota dari propinsi Sumatera utara memiliki kordinat geografis 3º 30º - 3º 43´ LU dan 98º 44´ BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5m – 37,5m di atas permukaan bumi.

Ibukota Provinsi Sumatera Utara ini memiliki luas 265,10 km². Sebelum sebagian wilayah Kabupaten Deli serdang bergabung pada tahun 1972 luasnya hanya sebesar 51,32 km². Batas-batas wilayah Kota Medan adalah:

Sebelah utara : Berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Barat : Berbatasan dengan Deli Serdang Sebelah Timur : Berabatasan dengan Deli Serdang Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Deli Serdang


(42)

Luas wilayah kelurahan Tegal Sari Mandala III 1, 03 km², dengan jumlah lingkungan sebanyak 15.

2.2. Sejarah Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Berdasarkan informasi dari informan, daerah ini merupakan daerah bekas tembakau Deli. Daerah ini awalnya berupa lahan persawahan, seiring dengan berjalanya waktu, maka lahan persawahan mulai berganti dengan pemukiman penduduk. Penduduk mulai menempati daerah ini sekitar tahun 1970- an. Banyaknya masyarakat yang mulai meminati daerah ini membuat lahan persawahan tadi menjadi rumah-rumah penduduk yang mulai padat.

Daerah juga menjadi tempat perantauan bagi penduduknya. Etnik Minangkabau. Etnik ini menjadi yang banyak mendiami daerah ini. Interaksi yang baik antara pendatang dengan penduduk lokal terjalin dengan harmonisdan tidak pernah menemukan konfilk-konfilk yang berarti. Keselarasan seperti ini, semakin menarik masyarakat untuk tinggal di daerah ini. Hubungan yang baik yang terjalin dalam penduduk membuat kelurahan ini semakin memajukan daerahnya.


(43)

2.2.1 Komposisi Penduduk

Menurut data dari kelurahan Tegal Sari Mandala III, penduduk di Kelurahan Tegal Sari Mandala III pada tahun 2013 ialah 30.213 jiwa . Lebih padat dibandingkan dengan tahun sebelumnya

Tabel 2.2.1

Komposisi Penduduk di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Medan berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan

0-14 1.312 Jiwa 1.480 Jiwa

5-14 3.542 Jiwa 3.146 Jiwa

15-44 5.341 Jiwa 5.325 Jiwa

46-64 3.562 Jiwa 3.143 Jiwa

≥65 1.826 Jiwa 1.536 Jiwa

Jumlah 15.583 Jiwa 14.630 Jiwa

Total 30.213 Jiwa

Data Kelurahan Tegal Sari Mandala III Tahun 2013

Hal ini menunjukkan bahwa Kelurahan Tegal Sari Mandala III Medan lebih banyak penduduk laki-laki di bandingkan dengan perempuan. Berdasarkan data dari Kecamatan Medan Denai yang mengatakan bahwa Kelurahan Tegal Sari Mandala III memiliki tingkat penduduk yang padat dengan jumlah 29.333 jiwa tiap km², setelah Kelurahan Binjai.

Di jalan Rawa II pada lingkungan ke 6 Kelurahan Tegal Sari Mandala III, dipilih menjadi tempat penelitian. Pemilihan tempat tersebut karena pada tempat-tempat tersebut terdapat beberapa industri seperti: konveksi, pembuatan sepatu, industri makanan seperti pembuatan roti serta industri lampion selendang yang kebanyakkan


(44)

industri tersebut berbasis pada industri rumah tangga. Pada industri lampion selendang, para pekerjanya banyak yang bertempat tinggal pada lingkungan tersebut.

2.2.2. Pola Pemukiman

Kelurahan Tegal Sari Mandala III ini termasuk dalam kelurahan yang memiliki pemukiman yang cukup padat. Setiap gang di wilayah ini dipenuhi oleh deretan-deretan rumah penduduk, mulai dari rumah kontrakkan dengan berbagai bentuk ukuran yang kebanyakkan ialah berukuran kecil sampai dengan rumah milik sendiri. Rentetan rumah-rumah tersebut tidak teratur bentuknya terutama rumah-rumah kontrakkan. Banyak juga dari rumah kontrakkan tersebut yang sebenarnya tidak layak huni, disamping dikarenakan ukurannya yang kecil, keadaan membuat pemukiman masyarakat menjadi lebih tidak teratur.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pola pemukiman ini merupakan pola pemukiman yang semerawut. Di samping itu kebanyakkan penduduk memiliki tingkat ekonomi yang menengah ke bawah, banyak rumah penduduk yang merupakan rumah kontrakkan yang tempatnya jauh di belakang jalan besar, sehingga banyak orang yang tidak mengetahui kalau masih ada rumah di belakang rumah. Tidak hanya rumah, tetapi banyak terdapat gang di dalam gang. Kesemerawutan tersebut juga dipengaruhi oleh kendaraan yang lalu lalang serta banyaknya anak-anak yang berlarian di sekitar gang-gang sempit tersebut. Tidak hanya itu, terkadang banyak juga ibu-ibu yang senang


(45)

berkumpul di tepi gang-gang tersebut hanya sekedar untuk bercerita atau sekedar memberi makan anaknya. Lingkungan yang tidak terawat, hal ini di pengaruhi dengan adanya sampah dimana-mana serta keadaan got yang buruk dimana aliran airnya tidak berjalan menyebabkan got bertumpuk dengan sampah serta mengeluarkan bau yang tidak sedap. Hal-hal inilah yang menambah kesemerawutannya lingkungan ini.

Gambar 1

Keadaan lingkungan di jalan Rawa Cangkuk II


(46)

2.3. Struktur Sosial Masyarakat

2.3.1. Mata Pencaharian

Kelurahan ini banyak didiami oleh etnis minangkabau, sebagian besar komposisi penduduknya ialah etnis Minangkabau serta etnis Batak Toba. Etnis Minangkabau sanagt erat kaitannya dengan wirausaha, pedagang, serta pengusaha. Oleh sebab itu sebagian besar penduduk di wilayah ini bermata pencaharian dalam bidang konveksi serta sebagaian lainnya berwirausaha.

Tabel 2.3.1

Komposisi Mata Pencaharian di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

No Mata Pencaharian Jumlah Pesentase

1 Buruh Swasta 3.235 Jiwa 10,7%

2 Pegawai Negeri 3.045 Jiwa 10,07%

3 Pedagang 4.432 Jiwa 14,67%

4 Pengrajin 3.678 Jiwa 12,2%

5 Penjahit 6.758 Jiwa 22,4%

6 Tukang Batu 2.233 Jiwa 7,4%

7 Dokter 329 Jiwa 1,8%

8 Sopir 2.132 Jiwa 7,05%

9 TNI/POLRI 575 Jiwa 1,9%

10 Pengusaha 3.267 Jiwa 10,81%

11 Montir 529 Jiwa 1,8%

12 Jumlah 30.213 Jiwa 100%


(47)

2.3.2. Sistem Religi

Religi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Religi dalam antropologi, dapat diartikan secara lebih luas. Religi dapat dikatakan sebagai aliran kepercayaan yang diyakini oleh suatu kelompok masyarakat. Dengan adanya unsur dalam sistem religi seperti: sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, suatu umat yang menganut pada religi tersebut. Namun dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan religi ialah agama data kelurahan menunjukkan bahwa :

Tabel 2.3.2

Komposisi Agama di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 24.025 Jiwa 79,5%

2 Kristen Protestan 5.188 Jiwa 17,63%

3 Katolik 860 Jiwa 2,9%

4 Hindu - -

5 Budha - -

Jumlah 30.213 100%


(48)

Gambar 2

Masjid ( Salah satu tempat ibadah)

Dokumentasi pribadi

Tabel di atas menjelaskan agama islam mendominasi wilayah ini. Setelah itu agama Kristen menduduki peringkat kedua setelah islam yang menjadi agama yang paling banyak dianut oleh penduduk setempat.


(49)

2.3.3. Organisasi Sosial

Pada tingkatan struktur masyarakat, organisasi sosial juga memiliki peran yang penting dalam menjalin hubungan bermasyarakat serta berkerabat. Kelurahan Tegal Sari Mandala III ini memiliki organisasi sosial yang menjadi wadah persatuan masyarakat.

Keberadaan organisasi masyrakat di kelurahan ini tidak terlalu banyak, organisasi masyarakat di kelurahan ini masih didominasi dengan organisasi adat. Organisasi ditentukan berdasarkan etnis yang terdapat dalam masyarakat, seperti etnis Minangkabau organisasi sosialnya ialah IMM (Ikatan Muda Minangkabau), PKDP (Persatuan keluarga Daerah Minangkabau). Begitu juga dengan etnis Batak memiliki organisasi sosial seperti : STM (Serikat Tolong Menolong), Perkumpulan Marga serta perkumpulan lainnya.

Meskipun demikian penduduk dapat saling bergaul satu dengan yang lainnya tidak adanya batas yang menjadi pemisah. Adanya sikap saling tolong-menolong ditunjukkan dengan terbukanya etnis Minangkabau yang memperbolehkan Rumah Gadangnya dipakai oleh etnis apapun asalkan menaati peraturan yang diberikan oleh mereka. Hal ini juga menunjukkan bahwa penduduk di kelurahan ini mempunyai sikap yang saling terbuka terhadap etnis lain.


(50)

2.4. Prasarana/Sarana Umum

Daerah penelitian ini sudah termasuk dalam wilayah perkotaan yang cukup maju dan mengikuti perkembangan zaman saat ini serta perkembangan teknologi. Hal tersebut diartikan bahwa setiap perkembangan dalam bidang apapun, daerah ini juga terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Keterlibatan masyarakat akan hal-hal yang mendukung wilayah ini cukup tinggi, selain itu yang perlu diperhatikan ialah mengenai sarana yang telah disediakan pemerintah untuk daerah ini. Sarana dan Prasarana yang terdapat di wilayah ini meliputi :

 Transportasi

Alat transportasi yang terdapat di daerah ini ialah transportasi darat yang berupa angkutan umum. Jam beroperasi angkutan umum ini dimuali sekitar pukul 06.00-23.00 WIB. Angkutan umum tersebut bermacam-macam disesuaikan dengan trayek dari tujuan angkutan tersebut.

 Komunikasi

Komunikasi di daerah ini sudah cukup baik, meskipun tidak semua rumah memiliki fasilitas telepon, namun fasilitas komunikasi lainnya seperti HP yang memiliki ketersediaan jaringan disekitar wilayah tersebut, mampu menjadikan masyarakat setempat menggunakan fasilitas ini kapan saja. Dan cenderung masyrakat lebih banyak menggunakan HP sebagai alat komunikasinya dibandingkan dengan telepon.


(51)

 Air bersih dan Drainase

Air bersih yang tersedia dari PDAM sebanyak 1619 fasilitas dan sudah digunakan oleh penduduk setempat. Meskipun ada yang menggunakan sumur pompa dan sumur galian. Untuk drainase diwilayah ini tidak terlalu buruk dan juga tidak terlalu baik. Masih banyak got-got yang tidak berfungsi dengan baik ditambah dengan perilaku masyarakat sering membuang sampah di dalamnya membuat got-got ini tersumbat.

 Kesehatan

Terdapat 1 puskesmas didaerah ini, serta 15 posyandu dengan ini diharapakan mampu membantu masyarakat dalam urusan kesehatan. Selain itu terdapat juga klinik yang didirikan oleh masyrakat setempat dan cenderung bersifat swasta, namun minat masyarakat untuk datang ke puskesmas juga masih cukup tinggi.

 Penerangan

Fasilitas penerangan yang disediakan pemerintah melalui PLN sudah disalurkan dengan baik keseluruh rumah penduduk di daerah ini. Jumlah pelanggan pengguna PLN sekitar 6.575.

 Prasarana dan sarana lainnya

Terdapatnya tempat peribadatan seperti masjid dan gereja, sekolah baik dari tingakt TK, SD, SLTP dan SLTA/SMK. Selain itu juga terdapatnya fasilitas lembaga keuangan seperti Pegadaian.


(52)

2.5. Keberadaaan Industri Rumah Tangga di Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Industri rumah tangga yang berkembang di kelurahan ini sangat banyak beberapa diantaranya: konveksi, usaha pembuatan sepatu, usaha pembuatan roti, juga termasuk industri lampion selendang ini. Industri rumah tangga inilah yang ditekuni oleh masyarakat sekitar.

Industri rumah tangga ini banyak diminati oleh etnis Minangkabau. Kedatangan etnis Minangkabau membuat industri rumah tangga semakin berkembang di daerah ini. Mulai dari konveksi sampai dengan rumah makan khas Minang cukup banyak tersebar di wilayah ini. Usaha-usaha tersebut banyak yang berbasis industri rumah tangga.

Di wilayah ini etnis Minangkabau mampu menjadi ikon yang penting dalam kehidupan masyarakat terutama dalam hal mata pencaharian masyarakat setempat. Mereka menciptakan lapangan pekerjaan meskipun terkadang pekerjaan tersebut bersifat sementara dan tidak tetap. Pekerjaan tersebut dikatakan tidak tetap dan bersifat sementara dikarenakan terjadinya dinamika dalam perdagangan. Dinamika dalam perdagangan dipengaruhi dengan permintaan akan barang tersebut. Meskipun demikian pembukaan lapangan pekerjaan yang berbasis industri rumah tangga ini mampu menekan angka pengangguran di wilayah ini.

Pada dasarnya Etnis Minangkabau lebih menyukai membuka usaha sendiri dibandingkan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil ataupun pekerjaan yang lainnya. Dengan pengetahuan yang mereka dapat dari orang tua mereka membuat mereka


(53)

semakin yakin untuk membuka usaha rumah tangga. Konveksi menjadi salah satu industri rumah tangga yang paling banyak diminati. Hal ini dapat terbukti bahwa hampir di setiap rumah di wilayah ini banyak yang membuka usaha konveksi.

Selain konveksi, industri rumah tangga lainnya yang terdapat di wilayah ini adalah usaha pembuatan sepatu. Usaha ini menjadi salah satu pekerjaan bagi masyarakat di wilayah ini. Hasil dari usaha sepatu inilah yang banyak di jual di pasar Sukaramai. Dengan Jumlah sebanyak 2 sampai 3 orang usaha ini mampu bertahan sampai saat ini serta menjadi sumber mata pencaharian utama bagi para pekerjanya.

Selain usaha konveksi serta usaha pembuatan sepatu, usaha lain yang terdapat di daerah ini ialah usaha pembuatan roti. Usaha pembuatan roti ini juga berbasis pada industri rumah tangga. Roti dari hasil usaha ini juga banyak dipilih masyarakat setempat untuk dikonsumsi, alasan utama yang masyarakat setempat untuk mengkonsumsinya dikarenakan harganya yang murah sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat.

Usaha lain yang terdapat di wilayah ini ialah industri lampion selendang. Usaha ini menjadi salah satu pilihan mata pencaharian masyarakat di wilayah ini. Melalui usaha ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka terutama bagi para pekerjanya.

Usaha-usaha tersebut banyak menarik minat masyarakat di wilayah ini untuk ikut serta dalam usaha tersebut dengan menjadi pekerja. Industri rumah tangga seperti inilah yang diharapakan mampu menjadi menjadi salah satu alternatif untuk mata pencaharian


(54)

penduduk setempat. Kedatangan etnis Minangkabau ke wilayah ini mampu membuka satu peluang pekerjaan yang melibatkan masyarakat setempat dalam produksinya. Hal tersebut dilakukan mereka ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup.


(55)

2.6. Peran Pemerintah Terhadap Industri Kecil

Pentingnya industri kecil bagi perekonomian Indonesia menjadi alasan utama pemerintah untuk melakukan upaya-upaya pengembangan industri tersebut. Berdasarkan UU nomor 23 tahun 1998 tentang pembinaan pengembangan usaha kecil mengatakan bahwa untuk mewujudkan perekonomian nasional yang kokoh tersebut, usaha kecil perlu diberdayakan agar dapat menjadi usaha kecil yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah.

Berdasarkan UU tersebut maka pemerintah melakukan bebrapa program yang diharapkan mampu untuk mengembangkan usaha kecil diantaranya (Suharto, 2000: 35-38) :

 Pemerintah menjamin kredit bagi UKM PT. Jamkrindo dan PT. Askrindo, jika ada gagal bayar dari UKM

 Untuk mengatasi tarif bunga UKM yang tinggi, pemeritah memberikan subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR)

 Program langsung dari dana APBN untuk bantuan dana start up bisnis UKM

 Kementrian BUMN menganggarkan program bantuan usaha dari PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan) yang diambilkan dari dana CSR (Corporate Social Responsibility) BUMN

Program-program yang dibuat pemerintah ini diharapkan mampu untuk membantu usaha kecil. Serta agar usaha kecil dapat berkembang menjadi usaha yang


(56)

lebih besar. Dengan demikian akan membawa dampak yang positif terutama untuk menekan angka pengangguran. Saat usaha kecil dapat menjadi usaha besar maka penyerapan tenaga akan menjadi lebih tinggi.


(57)

BAB III

PROFIL INDUSTRI LAMPION SELENDANG

3.1. Kemunculan Usaha

Sebelum memilih membuka usaha lampion selendang ini, kegiataan pokok yang dilakukan, toke pada umumnya telah menekuni bidang lain seperti: konveksi, dalam hal ini menjahit telekung. Proses kemunculan usaha lampion ini dibedakan menjadi dua. Pertama, menurunya harga telukung dipasaran membuat para toke harus mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Kedua, berkembangnya minat masyarakat akan songket pabrikkan yang lebih murah dibandingkan dengan songket Palembang, membuat para pengusaha songket harus lebih berkreasi lagi sehingga songket pabrikan tetap mendapat perhatian masyarakat, maka dibuatlah aksesoris dari songket selendang tersebut. Pembuatan aksesoris pada selendang ternyata menarik minat masyarakat untuk membelinya. Tingginya permintaan akan pembuataan aksesoris selendang, maka para toke beralih untuk terjun ke dalam usaha seledang ini termasuk dengan membuat aksesoris seledang yang di lebih dikenal dengan lampion seledang.

Usaha lampion selendang ini terus berjalan hingga saat ini. Menurut salah satu toke mengatakan bahwa usaha ini berawal dari menurunnya harga telekung di pasaran membuat dia harus mencari usaha lain untuk memenuhi kebutuhannya.


(58)

“Harga telekung turun membuat ibu harus mencari usaha lain, kebutulan ibu kan bisa membordir maka dari itu ibu bordir kain itu trus kan ibu tanya ke pasar ibu bilang gini: “ini aku bisa bordir kalau mau nanti hubungi aku ya ni no hpnya” ( Ibu Yuni, 38 Tahun)

Setelah menjalin hubungan dengan beberapa toko yang ada di pasar, maka terjadilah nego harga antara toke dengan pengusaha di pasar. Harga yang disepakati pun telah mencapai kata sepakat, maka para pengusaha di pasar mulai memberikan kain kepada para toke untuk dikerjakan mulai dari membordir, membuat hingga memasang lampionnya. Usaha lampion ini yang dijalani sudah sekitar 10 tahun.

3.2. Modal Usaha

Usaha tanpa modal, sama saja dengan tidak adanya usaha tersebut. Modal dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diperlukan untuk mengawali usaha, seperti uang, bahan baku, dan peralatan produksi. Bagi pengusaha, modal merupakan persoalan mendasar pada saat mengawali usaha. Dari mana modal usaha diperoleh? Apakah milik sendiri? Apakah modal yang dimiliki sudah cukup untuk berproduksi dan sebagainya?. Hal-hal inilah yang harus diperhatikan oleh seorang pengusaha (Ahimsa-Putra, 2003: 113)


(59)

Dalam usaha lampion selendang ini diperlukan modal yang besar, modal dalam usaha ini berbicara mengenai uang dalam hal pembelian bahan baku untuk pembuatan lampion selendang. Berikut ini tabel mengenal daftar harga bahan baku yang wajib dipenuhi oleh toke

Tabel 3.2

Daftar Harga Bahan Baku

No Jenis Barang Harga

1 Benang Warna Rp 9.000/buah

2 Benang Mas Rp 20.000/buah

3 Bola lampion Rp 8.000/bungkus

Pembelian bahan baku inilah yang membutuhkan modal yang besar, dalam satu selendang itu dibutuhkan sekitar setengah lusin benang, satu benang mas serta 2 bungkus bola lampion. Sehingga dapat diperkirakan Rp 90.000 dana yang dikeluarkan oleh toke untuk satu selendang dalam pembuatan lampion selendang ini.

Kendala kebanyakkan para toke ialah dalam memperoleh modal, sedangkan permintaan dari pihak pasar tinggi. Gaji yang dibayarkan oleh pihak pasar kepada toke tidak menentu, saat barang sudah selesai dikerjakan maka gaji pun dibayarkan, tetapi ada kalanya dimana toke harus menunggu sampai barang itu laku baru gaji di bayarkan. Hal inilah menjadi kendala, ketika pihak pasar terlambat dalam memberikan gajinya maka toke kesulitan untuk membeli bahan baku sementara pihak pasar terus memberikan barang kepada toke.


(60)

Untuk mengatasi hal ini, maka para toke melakukan beberapa taktik yaitu dengan mengutang pada toko benang. Biasanya ini dilakukan dengan toko benang yang telah menjadi langganan toke dalam membeli benang. Adanya sikap saling mempercayai antara toko benang dengan toke tersebut maka peminjaman ini dapat berlangsung.

Menurut Alexander (dalam Ahimsa Putra, 2003: 115) hubungan langganan merujuk pada hubungan antara kreditur dan debitur, yaitu orang yang memberi pinjaman dengan mereka yang meminjam uang/barang. Pihak toko dapat memberikan bahan baku tersebut dengan adanya janji yang diberikan oleh toke. Toke biasanya mengatakan:

“Uangnya belum turun, nantilah tanggal sekian uangnya akan turun, pasti akan ku bayarlah”. (ibu Yuni, 38 tahun).

Langkah lainnya yang dilakukan ialah dengan meminjam uang dari bank. Dalam peminjaman ini dilakukan untuk permintaan dari pasar dalam jumlah barang dengan kapasitas yang besar. Langkah ini diambil, apabila toko benang tidak sanggup untuk memenuhi permintaan bahan baku yang dari toke. Sehingga toke harus membeli bahan baku yang diperlukan melalui uang yang telah dipinjam melalui bank.

Tidak semua toke mau meminjam uang dari bank, sebagian toke lebih memilih untuk meminjam dari kerabat mereka. Hal dikarenakan sistem peminjaman dari bank yang miliki bunga yang cukup tinggi. Serta syarat yang banyak yang harus dipenuhi oleh toke. Hal inilah yang membuat sebagian toke lebih memilih melakukan pinjaman dengan


(61)

kerabatnya. Selain itu peminjaman dengan kerabat tidak memiliki syarat serta tidak adanya bunga pinjaman.

3.3. Proses Produksi

Dalam proses pembuatan lampion selendang alat serta bahan yang diperlukan diantaranya seperti: Berbagai warna benang yang telah disesuaikan dengan warna selendang tersebut, benang mas, bola-bola lampion, jarum, serta gunting. Bahan baku diperoleh dari toke, toke membeli langsung bahan-bahan baku seperti benang dan bola-bola lampion sedangkan gunting dan jarum disediakan oleh masing-masing pekerja. Jenis benang juga beragam seperti benang mas serta benang warna yang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan lampion selendang ini.

Pada proses produksi ini juga para pekerja juga dituntut untuk selalu membuat lampion dengan bagus dan rapi. Proses produksi pembuatan lampion selendang ini dilakukan di rumah masing-masing pekerja. Hanya saja pada saat pengambilan bahan dilakukan di rumah toke ataupun koordinator. Proses produksi memiliki batasan waktu


(62)

Gambar 3

Benang emas

Dokumentasi pribadi

Benang berwarna emas (benang emas) merupakan benang tambahan digunakan untuk memperindah lampion. Benang emas yang bagus dengan yang tidak bagus dapat dibedakan dari warnanya. Benang mas yang bagus dalam artian dapat menyatu dengan benang warna ialah benang mas yang atasnya berwarna merah muda, sedangkan benang mas yang kurang bagus yang bagian atasnya berwarna merah. Meskipun lebih murah namun benang ini jarang dipilih toke untuk pembuatan lampion selendang


(63)

Gambar 4

Benang Warna

Dokumentasi pribadi

Benang warna merah merupakan salah satu warna yang paling banyak dikerjakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Yanti warna merah merupakan warna yang paling banyak diproduksi hal ini berkaitan dengan permintaan pasar yang tinggi akan warna tersebut. Saat benang ini habis tungkul dari benang ini dapat dijual kembali oleh toke maupun koordinator ke tukang botot10 hal ini dapat menjadi pemasukan tersendiri bagi toke dan koordinator tersebut.

10


(64)

Gambar 5

Bola-bola lampion

Dokumentasi pribadi

Bahan baku seperti benang haruslah disesuaikan dengan warna selendang tersebut, biasanya menggunakan teknik kombinasi warna untuk menyesuaikan dengan warna selendang yang tidak hanya satu warna saja dalam satu selendang. Keahlian dalam mengkombinasikan warna benang, diperoleh toke dari pengalamanya selama menjalani usaha tersebut. Terkadang toke mengalami kesalahan dalam mengkombinasikan warna benang, bila hal ini terjadi maka toke akan mengalami kerugian yang besar. Biasanya toke yang seperti ini ialah toke yang baru masuk dalam usaha lampion selendang ini.


(65)

“Kalau salah beli benang si pernah, itu banyak waktu awal -awal ibu masuk dalam usaha ini. Kan kalau salah dipulangkan dari pasar, orang pasar mana mau tahu, dilihatnya gak sesuai dengan warnanya dia pulangkan, kan ibu jadi rugi beli benangnya lagi” (Ibu Yuni, 38 Tahun)

Dalam hal pembelian benang, pihak pasar tidaklah membeli benang yang akan digunakan, melainkan toke yang harus membeli benang. Pihak pasar hanya menunggu selendang dalam bentuk yang siap pakai. Toke lampion selendang tidak hanya membuat lampion selendangnya saja, tetapi proses produksi berawal dari membuat selendangnya. Kain yang di berikan oleh pihak pasar, maka akan dibordir. Dalam hal pembordiran dituntut juga kreasi dari toke. Toke lah yang menentukan jenis-jenis gambar yang terdapat pada seledang tersebut. Jenis-jenis gambar yang biasa dimuat seperti: gambar bunga, serta gambar lainnya berdasarkan kreasi dari toke tersebut.

Setelah selesai dalam tahap bordir, maka dibuatlah lampion selendangnya. Dalam pembuatan lampion selendang ini hal pertama yang dilakukan ialah: menggulung benangnya terlebih dahulu, benang-benang yang telah ditentukan sesuai dengan warna selendang tersebut. Kemudian benang-benang tersebut digulung pada sebuah karton yang terbuat dari kardus. Karton ini mempunyai ukuran tertentu, karton inilah yang menentukan panjangnya suatu lampion yang akan digunakan nantinya. Ukuran karton ini juga ditentukan oleh toke, biasanya toke melihat dari ukuran panjang selendang tersebut.


(66)

Selendang dengan ukuran lebih panjang maka benang pada lampion pun berukuran panjang begitu juga dengan sebaliknya.

Setelah benang digulung, maka benang tersebut akan di buat pucuknya. Pembuatan pucuk ini akan memudahkannya untuk menjahitkannya pada selendang. Setelah itu barulah dimasukkan dengan bola-bola lampion tersebut. Ketepatan dalam memasukkan bola lampion tersebut pun harus diperhatikan. Bola lampion harus masuk tepat kegulungan benang tersebut. Bila tidak tepat maka bentuknya akan tidak bagus dan biasanya bila toke melihat yang seperti itu, maka dia akan menyuruh para pekerja untuk mengulanginya lagi.


(67)

Gambar 6

Benang yang telah di isi dengan bola lampion

Dokumentasi pribadi

Proses selanjutya ialah membuat pola. Pembuatan pola dapat dikatakan sebagai bagian dari kreasi toke untuk memperindah lampion. Awalnya pola tidak berbentuk seperti ini, setelah beberapa kali pengubahan dalam bentuk pola akhirnya pola yang berbentuk (pada gambar 7) yang paling banyak digunakan. Dalam pembuatan pola ini pekerja juga harus teliti dalam hal ini, semua area benang yang telah dimasukkan bola lampion harus dibuat polanya, tidak ada yang terlewatkan sehingga tampilan lampion akan semakin indah.


(68)

Gambar 7

ampion yang telah di buat pola

Dokumentasi pribadi

Tahap akhir ialah menggunting benang yang tidak rata, dengan menyisir benang terlebih dahulu. Pada tahap ini diperlukan proses penyisirian. Sisir yang digunakan ialah sisir rambut. Hal ini dimaksudkan agar lampion terlihat lebih rapi saat dijahitkan pada selendang. Begitu juga dengan proses pengguntingan diperlukan agar lampion terlihat rapi dan semua benang sama panjangnya satu dengan yang lain.


(69)

Gambar 8

Tumpukkan lampion yang sudah jadi


(1)

Begitu juga dengan para pekerja dalam proses pembuatan lampion selendang yang memperkerjakan anaknya sebagai pekerjaan tambahan. Sebaiknya para ibu tidak memaksa anaknya untuk ikut dalam pengerjaan lampion selendang. Bila para ibu memang membutuhkan bantuan anak dalam mengerjakan lampion tersebut, sebaiknya melihat waktu-waktu tertentu. Para ibu dapat menyuruh anaknya pada waktu luang. Hal ini dikarenakan adanya kewajiban yang harus dijalani oleh si anak yaitu belajar


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, H. S.

2003 Ekonomi Moral, Rasional, dan Politik dalam Industri Kecil Di Jawa. Yogyakarta: Kepel Press

1994 Prinsip-Prinsip Pranata Keluarga Kekerabatan dan Kerjasama dalam masyarakat. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah.,

Berutu, Lister.

2002 Metode Penyusunan Proposal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Medan: Manora.

Damsar.

2009 Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana.

Deputi Bidang PUG Bidang Ekonomi.

2011 Perempuan dan Industri Rumahan. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Republik Indonesia.

Dewey, A. G.

1990 Pola perdagangan dan Keuangan dalam Pemasaran Tani di Jawa dalam Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. Geertz. C.

1989 Penjaja dan Raja: Perubahan Sosial dan Modernisasai Ekonomi di Dua Kota Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hendro, E. P.

2000 Ketika Tenun Mengubah Desa Troso. Semarang: Bendera.

Irsan, Azhary Saleh.

1986 Industri Kecil sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES.

Ihromi

2006 Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(3)

Koenjaraningrat.

1990 Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press. 2004 Pengantar Antroplogi I. Jakarta: Radar Cahaya Offset.

Mubyarto.

1979 Industri Pedesaan di Jateng dan DIY. Proyek Departemen Perindustrian dan Perdagangan DIY serta Fakultas Ekonomi Yogyakarta .

Mulyanto, Dede.

2006 Usaha kecil dan persoalannya di Indonesia. Bandung: Yayasan Akatiga

Sjafri, Sairin, et.al.

2002 Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Soedjito

1987 Aspek Sosial Budaya Dalam Pengembangan Pedesaan. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Spradley, P. James.

1997 Metode Etnografi, terj Mizbah Zulfa Elisabeth. Yogyakarta: PT. Tiara Kencana Yogya.

Suharto, Edi

2008 Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Sunarto.

2006 Lekuk-Liku Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suparlan, P.

1983 Jaringan Sosial. Buletin Antropologi III no 13: 42-56.

Sutanto, A.


(4)

Tohar, M.

2000 Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta: Kanisius.

Sumber Lain

http://usaharumah.com/industri-kecil/seluruh-industri-besar-selalu-lahir-dari-industri-kecil/ (diakses tanggal 12 Oktober 2013)


(5)

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Toke/Koordinator

1. Bagaimana awalnya bisa masuk ke industri lampion selendang ini? 2. Bagaimana modal usaha diperoleh?

3. Bagaimana cara mengatasi saat barang dari pasar banyak sedangkan modal sedikit?

4. Bagaimana awal proses produksi dari lampion selendang ini?

5. Berapa kali dalam seminggu bisa memberikan hasil produksi ke pasar? 6. Bagimana cara pemasaran yang dilakukan?

7. Bagaimana pembayaran upah para pekerja?

8. Adakah kendala yang dihadapi dalam pembarayan upah? 9. Bagaimana prekrutan para pekerja?

10.Adakah pembedaan antara pekerja yang satu dengan yang lain? 11.Bagaimana membangun hubungan yang dekat dengan pekerja? 12.Bagaimana hubungan antara toke yang satu dengan toke yang lain?

13.Adakah saat toke yang satu menerima barang lebih banyak mau berbagi dengan toke yang lain?

14.Bagaimana membangun hubungan dengan bos?

15.Apa yang dilakukan saat pekerja menerima barang dari toke lain? 16.Apa saja kendala yang dihadapi oleh koordinator terhadap pekerja?


(6)

Untuk pekerja

1. Sudah berapa lama mengerjakan lampion selendang ini? 2. Mengapa memilih untuk mengerjakan lampion selendang ini?

3. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk belajar membuat lampion selendang ini serta bagaimana proses pembelajarannya

4. Dalam satu hari berapa lampion yang bisa dikerjakan?

5. Pernahkah merasa dibedakan dengan pekerja yang lain oleh toke? 6. Bagaimana pembayaran upah yang dilakukan oleh toke/koordinator?

7. Apa yang dilakukan saat upah belum diberikan oleh koordinator sementara sedang membutuhkan uang?

8. Berapa upah yang diterima dalam sat minggu dan bagaimana pengaplikasian upah tersebut?

9. Mengapa perlu melibatkan anak dan suami dalam pembuatan lampion selendang? 10.Pernahkah anak mengeluh dengan ikut mengerjakan lampion selendang?

11.Bagaimana cara yang dilakukan untuk dekat dengan toke/koordinator? 12.Apa yang membuat seorang pekerja mau menerima barang dari toke lain? 13.Bagaimana hubungan dengan pekerja lain?