4.6. Hubungan Sosial antara Pekerja dengan Pekerja
Sesama para pekerja juga terjadi adanya persaingan, dalam hal ini persaingan antar jumlah lampion yang diberikan oleh toke ataupun koordinator. Pekerja yang
memenuhi kebutuhan hidupnya dari membuat lampion selendang ini menginginkan untuk mendapat lebih banyak dibanding dengan pekerja lain. Agar upah yang dia terima juga
lebih besar sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pekerja guna mendapatkan barang lebih
banyak. Seperti para pekerja Ibu P. Pasaribu, datang lebih awal untuk mengambil benang ialah salah satunya. Pekerja yang lebih awal datang pasti akan mendapat lebih banyak
dari pekerja yang datang setelahnya. Adanya penghargaan yang diberikan oleh Ibu Reinhard kepada pekerja yang lebih awal datang dengan memberikan lebih banyak
barang kepada pekerja tersebut. Selain upaya tersebut, hal lain yang dilakukan ialah dengan menambah waktu
jam kerja. Hal ini pernah terjadi pada Ibu P. Nainggolan, dia mendapat sebanyak 350 buah lampion yang menurut perkiraan akan selesai besok siang. Tetapi dia sanggup
menyelesaikannya dalam waktu satu malam saja. Dengan waktu pengerjaan yang dimulai dari pukul 1 siang sampai pukul 1 malam. Hal tersebut dilakukan agar
keesokkan paginya ibu Parulian tetap mendapatkan barang. Upaya-upaya yang dilakukan sebagian para pekerja untuk mendapatkan lampion lebih banyak adalah untuk menambah
pendapatan mereka guna memnuhi kebutuhan hidup.
Universitas Sumatera Utara
Tidak hanya itu persaingan di antara para pekerja juga semakin terlihat di saat jumlah barang yang masuk dari toke semakin banyak. Banyaknya jumlah barang yang
masuk membuat pekerja semakin giat melakukan upaya-upaya guna mendapatkan lebih banyak dari pekerja yang lain.
Persaingan tersebut membuat pertengkaran di antara para pekerja pun pernah terjadi. Pertengkaran tersebut dapat terjadi dikarenakan kesalahpahaman yang terjadi
diantara para pekerja. Dalam persaingan tersebut tidak mengenal yang namanya saudara, hal inilah yang terjadi pada Ibu Juni Pasaribu, Ibu E. Simanjuntak, Ibu S. Tambunan dan
Ibu N. Sihombing, mereka berempat adalah saudara dan tinggal dan saling bertetangga. Persaingan tersebut dapat terjadi dikarenakan salah satu dari mereka lebih banyak
mendapat lampion dibanding dengan yang lain padahal menurut mereka setiap paginya mereka berangkat bersama dari rumah untuk mengambil lampion tetapi mengapa yang
satu bisa dapat lebih banyak sedangkan yang lain tidak itulah yang menjadi awal dari pertengkaran mereka. Melihat hal tersebut membuat Ibu P. Pasaribu semakin bingung
dikarenakan masing-masing mereka menganggap bahwa Ibu P. Pasaribu sebagai koordinator tidak adil dalam membagi pekerjaan kepada pekerjanya.
Disamping persaingan terdapat juga sikap saling membagi diantara para pekerja. Ada juga pekerja yang mampu mengukur kemampuannya dalam mengerjakan lampion
tersebut. Pekerja yang seperti inilah yang membuat persaingan di anatara para pekerja menjadi lebih kecil. Sikap yang ditimbulkan dari pekerja ini ialah adanya sikap saling
membagi dalam hal membagi lampion dengan pekerja lain. Saat pekerja tersebut
Universitas Sumatera Utara
mendapat lampion lebih banyak serta dituntut untuk menyelesaikannya dalam waktu yang cepat, maka pekerja tersebut akan membagi lampionnya kepada pekerja yang tidak
mendapat lampion ataupun yang pekerjaannya sudah selesai. Orientasi dari pekerja yang seperti ini ialah tidak pada persaingan dengan pekerja
lainnya, tetapi lebih mengutamakan agar lampion yang ada padanya dapat terselesaikan dengan rapi dan tepat waktu. Pekerja seperti inilah yang diharapkan oleh toke maupun
koordinator dalam usahanya. Pekerjaan lampion selendang ini juga membawa dampak yang baik bagi para
pekerjanya. Hal ini dapat terlihat saat pengambilan benang yang berada di rumah Ibu P. Pasaribu. Yang menjadi bahan pembicaraan para pekerja biasanya seputar: anak, tentang
keluarga masing-masing para pekerja serta tentang tetangga mereka. Hal-hal yang terbangun seperti inilah Hubungan sosial seperti ini dapat membawa dampak yang
positif diantara para pekeja.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan