Hubungan Sosial antara Bos dengan Toke

“Awalnya yang ku ajari cuman satu orang yaitu ibu viktor kan orang batak untuk buat lampion ini. Terus aku ajarin juga mamak si Eka orang padang, tapi kayaknya kurang serius nanti bentar-bentar minta gaji, padahal gajinya pun sedikitnya. Yang ku lihat pekerja orang batak ini lebuh serius ngerjainnya makanya semua pekerja ini rata-rata orang batak ”Ibu P. Pasaribu, 45 Tahun. Dalam hal ini keseriusan yang dimaksud ialah dalam pengerjaan lampion ini. Misalnya: Ibu Napitupulu yang bertenis batak mampu membuat 500 buah lampion dalam satu hari, sedangkan mama Eka hanya mampu mengerjakan 200 buah lampion dalam satu hari. Hal ini yang menjadi salah satu alasan dari Ibu P. Pasaribu untuk memperbanyak pekerja yang etnis batak.

4.3. Hubungan Sosial antara Bos dengan Toke

Hubungan sosial yang terjalin antara toke dengan bos hanya sebatas atasan dengan bawahan. Toke dapat memiliki 2 atau lebih bos semampu dari toke untuk menerima pekerjaan dari yang diberikan oleh bos. Hubungan ini dapat terjalin dikarenakan juga adanya komunikasi diantara bos dengan toke. Kebanyakan toke ialah Etnis Minangkabau, hal ini didukung dengan keahlian etnis minangkabau dalam usaha ini. Dalam usaha lampion selendang ini, tidak hanya membuat lampionnya saja tetapi juga dibutuhkan keahlian dalam membordir selendang tersebut. Keahlian etnis Minangkabau dalam hal tersebut tidak perlu diragukan lagi, Universitas Sumatera Utara karena rata-rata dari mereka sudah terlatih serta mendapat didikan dari para orang tua mereka. Dalam hal menentukan harga dikenal dengan istilah banting harga. Yang dimaksud dengan banting harga ialah adanya penurunan harga dikarenakan sudah banyak orang yang tahu mengerjakan lampion selendang ini dan mau dibayar dengan harga yang murah. Pertama kali untuk satu lampion harga dengan Rp170, lalu menurun hingga saat ini menjadi Rp130. Sebenarnya sebagian toke menyesalkan penurunan harga ini, tetapi dikarenakan situasi yang tidak memungkinan untuk tetap mempertahankan harga awal maka para toke menyetujui harga baru. Dalam situasi seperti ini, bos mempergunakan prinsip yaitu dengan menekan upah toke sedangkan hasil kerja tetap sama bagusnya. Bos akan memberikan barangnya kepada toke apabila toke setuju dengan harga yang ditetapkan bos ataupun sesuai dengan harga pasaran yang ada. Disaat seperti inilah toke dihadapkan dalam situasi yang sulit. Apabila, dia tidak setuju dengan harga baru maka barang yang masuk akan semakin sedikit sehingga berdampak bagi para pekerja. Sedangkan bila dia menyetujui harga baru, maka akan ada penurunan upah para pekerja. Akhirnya para toke pun memilih untuk menyetujui harga baru dengan alasan agar tetap barang dapat masuk, sehingga ada pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh para pekerja. Antara bos dengan para pekerja tidaklah saling mengenal, bos hanya mengenal para toke. Bos tidak perlu untuk mengetahui berapa banyak pekerja yang ada pada satu Universitas Sumatera Utara toke, berapa gaji dari para pekerja setiap minggunya. Yang bos pedulikan ialah barang yang dia punya dapat terselesaikan dengan baik dan sesuaikan dengan yang dia harapkan.

4.4. Hubungan Sosial antara Toke dan Koordinator dengan Para