Hubungan Sosial antara Toke dan Koordinator dengan Para

toke, berapa gaji dari para pekerja setiap minggunya. Yang bos pedulikan ialah barang yang dia punya dapat terselesaikan dengan baik dan sesuaikan dengan yang dia harapkan.

4.4. Hubungan Sosial antara Toke dan Koordinator dengan Para

Pekerja Hubungan sosial antara toke dengan para pekerja ini sangat dekat. Toke dapat mengetahui dengan jelas latar belakang dari para pekerja mulai dari kehidupan ekonominya, kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan serta hal-hal yang menyangkut dengan para pekerja selama masih berhubungan dengan pembuatan lampion selendang ini. Pekerja yang langsung ditangani oleh toke atau tidak menggunakan jasa koordinator pekerja seperti Ibu Yuni maka dengan para pekerjanya memiliki hubungan yang dekat. Dengan para pekerjanya Ibu Yuni mempunyai istilah menabung, dimana upah yang seharusnya diberikan pada pekerjanya sekitar Rp300.000 maka yang diberikan hanya Rp 50.000 saja sesuai dengan permintaan dari pekerja. Hal ini dimaksud agar sisa uang tersebut dapat ditabung untuk keperluan yang lebih besar seperti untuk keperluan di hari Lebaran dan untuk keperluan mendesak seperti untuk membayar kontrak rumah. Bagi toke yang menggunakan jasa koordinator pekerja seperti Ibu Yanti yang memakai jasa Ibu P. Pasaribu sebagai koordinator pekerjan pekerjanya, hubungan Ibu Yanti dengan para pekerjanya tidaklah dekat. Ibu Yanti banyak yang tidak mengenal para Universitas Sumatera Utara pekerjanya. Dikarenakan dia sudah menyerahkan urusan para pekerja dengan Ibu P. Pasaribu . Ibu P. Pasaribu mengetahui semua para pekerjanya dengan baik mulai dari keadaan rumah tangga para pekerjanya, kemampuan para pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan hingga ekonomi rumah tangga para pekerjanya. Hal-hal seperti ini menjadi pertimbangan Ibu P. Pasaribu dalam membagi pekerjaan maupun dalam hal pembagian upah. Seperti salah satu pekerja yaitu Ibu Napitupulu, Ibu P. Pasaribu lebih memperhatikan Ibu Napitupulu dikarenakan beberapa hal diantaranya: Ibu Napitupulu merupakan pekerja pertama dari Ibu P. Pasaribu sehingga memiliki kemampuan yang lebih dibanding dengan pekerjaan yang lain. Dengan demikian Ibu P. Pasaribu lebih banyak membagi benang dengan Ibu Napitupulu, bila pekerja lain hanya mendapatkan 200 buah maka dia akan mendapat 300 buah. Tidak hanya itu bila pekerjaan dari Ibu Yanti hanya sedikit, maka Ibu Napitupulu pasti akan tetap mendapat jatah, sedangkan pekerja lain tidak. Begitu juga dalam hal pembagian upah setiap minggunya pasti Ibu Napitupulu akan mendapat upah sedangkan pekerja lain belum tentu mendapat upah setiap minggunya. Meskipun ada saat dimana toke tidak menerima upah dari bos maka, Ibu P. Pasaribu akan mencari cara agar Ibu Napitupulu dapat menerima upahnya. Perlakuan khusus memang diberikan oleh Ibu P. Pasaribu kepada Ibu Napitupulu dikarenakan Ibu P. Pasaribu mengerti akan pendapatan dari keluarganya yang rendah. Ibu Napitupulu sangat mengharapkan pekerjaan lampion selendang ini guna memnuhi Universitas Sumatera Utara kebutuhan sehari-harinya oleh karena itulah ibu Napitupulu harus menerima upah setiap minggunya agar kebutuhan sehari-hari seperti untuk makan serta keperluan lainnya. Perlakuan khusus yang diberikan oleh Ibu P. Pasaribu kepada ibu Napitupulu, tidak membuat pekerja lain merasa cemburu karena sebagian pekerja juga sudah mengetahui bahwa Ibu Napitupulu sangat membutuhkan pekerjaan ini. Sebagian pekerja lainnya diberitahukan oleh Ibu P. Pasaribu tentang keadaan Ibu Napitupulu yang sangat membutuhkan upah dari lampion selendang ini. Selain melihat hubungan sosial antara Ibu P. Pasaribu dengan para pekerjanya, maka perlu juga diperhatikan antara pekerja dengan Ibu P. Pasaribu. Tidak sedikit para pekerja yang memiliki hubungan yang kurang baik dengan Ibu P. Pasaribu sebagai koordinator para pekerja. Hal yang menyebabkan ialah pada saat pemberian upah. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pekerja tersebut mereka mengatakan bahwa bila dalam pemberian upah sering terlambat. Keterlambatan pemberian upah bisa sampai 1 bulan lamanya. Hal inilah yang membuat kesal para pekerja. Salah satu pekerja yang mengalaminya ialah Ibu P. Nainggolan, bulan lalu Ibu P. Nababan meminta agar gajinya dapat diberikan dengan cepat dikarenakan mau membayar uang kontrakkan tetapi Ibu P. Pasaribu tidak memberikannya dengan alasan bahwa dari toke belum dapat uang, hal ini yang membuat Ibu P. Nababan menjadi kesal, dia sendiri tidak percaya bahwa toke tidak memberikan uang yang menjadi upahnya. Tidak hanya Ibu P. Nababan, para pekerja lain Ibu P. Nainggolan juga mengalaminya, dia menunggu upahnya hingga 3 minggu baru dapat diberikan padahal upah tersebut sangat dibutuhkannya untuk membayar uang Universitas Sumatera Utara sekolah anaknya yang pada waktu itu akan mengikuti ujian di sekolahnya. Dikarenakan upah tersebut tidak juga diberikan, terpaksa Ibu P. Nainggolan harus meminjam uang kepada tetangganya guna membayar uang sekolah anaknya disamping menunggu upah tersebut akan diberikan. Tidak hanya kedua pekerja tersebut yang mengalami keterlambatan dalam pemberian upah tetapi hampir semua pekerja mengalaminya. Dari awal para pekerja dijanjikan setiap dua minggu akan menerima upah, tetapi keterlambatan yang sering terjadi membuat para pekerja berpikiran bahwa uang yang diberikan toke sudah habis terpakai Ibu P. Pasaribu sehingga membuat keterlambatan pemberian upah tersebut. Hal ini ternyata membawa dampak yang tidak baik, sebagian para pekerja seperti: Ibu Juni Pasaribu, Ibu E. Simanjuntak, Ibu S. Tambunan dan Ibu N. Sihombing bekerja untuk toke lain. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa ada istilah pinjam- meminjam pekerja. Sebenarnya istilah tersebut berawal dari keterlambatan upah yang diberikan oleh Ibu P. Pasaribu membuat pekerjanya beralih kepada Ibu Yuni. Perkenalan antara Ibu Juni Pasaribu dengan Ibu Yuni membuat hal tersebut dapat terjadi. Ibu Yuni sering memberikan pekerjaan dengan ibu Juni Pasaribu dalam jumlah yang besar, maka Ibu Juni pun meminta, Ibu E. Simanjuntak, Ibu S. Tambunan dan Ibu N. Sihombing untuk mengerjakan lampion dari Ibu Yuni. “Kalau kerja dengan si Yuni lebih enak, karna gajinya pas dengan persetujuan awal, dari awal dia udah bilang kalau gajian 2 minggu sekali dan benar pas 2 minggu dia kasih gaji kami, gak kayak ibu Pasaribu ngasi gajinya lama. Sementara kami kan butuh uang ” Ibu Juni Pasaribu, 38 Tahun. Universitas Sumatera Utara Langkah pengerjaan lampion dari Ibu Yuni yang diambil oleh Ibu Juni Pasaribu, Ibu E. Simanjuntak, Ibu S. Tambunan dan Ibu N. Sihombing terjadi tanpa sepengetahuan oleh Ibu P. Pasaribu . Langkah diam-diam tersebut dipilih karena bila ketahuan maka, tidak akan memberikan pekerjaan lagi. Dan setelah berkerja selama berbulan-bulan dengan 2 toke yang berbeda akhirnya Ibu P. Pasaribu pun mengetahui kalau pekerja nya ada yang berkerja dengan toke lain. Mengetahui hal tersebut membuatnya tidak lagi memberikan barang kepada mereka. “Gak aku kasih lagi lah kerjaan ke orang itu, lagian orang itu udah ngerjain benang dari orang lain. Seharusnya kan orang itu harus mendahulukan lampion dari sini dulu, baru dari orang lain. Orang itu pun pandai buat lampion ini kan dari kerja sama aku giliran orang itu udah bisa masak kerja orang lain. Ya udah gak aku kasih lagi kerjaan sama orang itu ”Ibu P. Pasaribu, 45 Tahun. Pemberhentian pekerjaan yang dialami oleh Ibu Juni Pasaribu, Ibu E. Simanjuntak, Ibu S. Tambunan dan Ibu N. Sihombing tidaklah berlangsung lama. Hal ini terjadi dikarenakan masih diperlukannya tenaga mereka dalam pembuatan lampion selendang ini. Barang yang di dapat Ibu P. Pasaribu dari Ibu Yanti dalam jumlah yang besar sehingga pekerja yang lain tidak sanggup untuk menyelesaikannya. Maka Ibu P. Pasaribu pun memberikan kembali pekerjaan kepada mereka. Pemberian lampion selendang tersebut disambut baik oleh Ibu Juni Pasaribu, Ibu E. Simanjuntak, Ibu S. Tambunan dan Ibu N. Sihombing meskipun awalnya mereka tidak berharap lagi akan diberikan pekerjaan oleh ibu P. Pasaribu. Universitas Sumatera Utara Dalam pengerjaan lampion ini, diharapkan pekerja yang sudah terikat dengan satu toke tidak mengerjakan lampion dari selendang dari toke lain. Tetapi kendala dalam pemberian upah membuat para pekerja juga mengerjakan lampion dari toke lain. Kecurigaan para pekerja terhadap keterlambatan pemberan upah membuat para pekerja bertanya kepada ibu Yanti selaku toke dari Ibu P. Pasaribu . “Kalau gaji untuk pekerja sebenarnya udah saya kasih setiap 2 minggu sekali sama bu Pasaribu, kalau soal ditahan gaji pekerja itu saya gak tahu kan soal urusan pekerja saya serahkan sama bu Pasaribu saya kan cuman ngurusin masalah bahan bakunya sama uang gajinya habis itu bu reinhard lah yang bagi-bagi gaji pekerja. Kalau setiap 2 minggu pasti saya kasihlah uang untuk gaji pekerja kalaupun terlambat paling 1 ming gulah” Ibu Yanti, 46 tahun Keterlambatan dalam pemberian gaji inilah yang menjadi kendala dalam industri lampion selendang ini yang membuat para pekerja tidak mau untuk hanya bekerja dengan satu toke saja. Harapan dari para pekerja bahwa gaji mereka dapat diberikan sesuai dengan kesepakatan dari awal. Universitas Sumatera Utara

4.5. Hubungan sosial antara Toke dengan Toke