sekali dalam setahun dilakukan audit pengawasan survailance. Akhirnya, yang menjadi kunci utama suksesnya implementasi ISPO ini adalah adanya komitmen dari
pemiliktop manajemen perkebunan sampai dengan tingkatan terbawah dari suatu Perusahaan. Strategi tersebut di atas hanya bisa berjalan efektif jika pemiliktop
manajemen mempunyai komitmen penuh untuk memenuhi ISPO. Atas hal ini, ke depannyaIndonesia dapat dengan bangga mengatakan kepada dunia bahwa semua
minyak sawit Indonesia adalah minyak sawit lestari, perkebunan minyak sawit yang dikelola dengan mematuhi hukum, melaksanakan praktek perkebunan terbaik serta
memperhatikan lingkungan dan sosial.
66
B. Tujuan dan Sasaran Indonesian Sustainable Palm Oil ISPO
1. Tujuan ISPO
Adapun Tujuan ISPO, antara lain : 1.
Memposisikan pembangunan kelapa sawit sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi Indonesia, memantapkan sikap dari bangsa Indonesia
untuk memproduksi minyak kelapa sawit berkelanjutan sesuai tuntutan masyarakat global; dan
2. Mendukung komitmen Indonesia dalam pelestarian Sumber Daya Alam dan
fungsi lingkungan hidup.
ISPO bersifat wajib serta setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini akan ditindak. ISPO bertujuan untuk melindungi dan melestarikan kelapa sawit di pasar
66
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
global. Dalam penerapannya, ISPO berupa sertifikasi perkebunan milik perusahaan besar baik swasta, BUMN maupun sertifikasi perkebunan rakyat.
2. Sasaran ISPO
Sasaran yang ingin ditempuh oleh Kementerian Pertanian adalah demi tercapainya pengembangan kelapa sawit berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
67
Di balik kewajiban penerapan sertifikasi ini terdapat tujuan mulia dari pemerintah, menurut Wirawan Leksono, Kepala Divisi Pemasaran PT. Sucofindo
Perseroyang menyatakan bahwa : “ISPO lahir dari keinginan dan komitmen Indonesia untuk memiliki sistem sendiri tentang prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup bagi perkebunan sawit”.
68
Pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan, menurut Brundtland Report PBB, 1987, mengatakan bahwa : “Berarti proses pengembangan
yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”.
69
67
Bagian Menimbang huruf b. Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia
Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO.
Hal ini berarti, pengembangan kelapa sawit berkelanjutan mengacu kepada usaha dan manajemen Perusahaan yang wajib
dilakukan secara berkelanjutan dan terus menerus dalam jangka panjang, tanpa harus merusak mengorbankan sumber daya yang sepatutnya dinikmati oleh generasi-
68
Tabloid Agribisnis Dwimingguan Agrina, “Lima Penjaga Keberhasilan ISPO”, diterbitkan Senin, 01 Oktober 2012.
69
United Nations, “Report of The World Commission on Environment and Development : Our Common Future
”, UN Documents, 1987, hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
generasi mendatang, dengan cara menggunakan sumber daya alam secara bijak dengan memperhatikan aspek-aspek hukum, sosial, manajemen dan lingkugan.
Pedoman ISPO sebagai dasar dalam mendorong usaha perkebunan kelapa sawit adalah dengan mewajibkan Perusahaan untuk memenuhi kewajibannya sesuai
peraturan perundang-undangan, melindungi dan mempromosikan usaha perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sesuai dengan tuntutan pasar.
70
Apabila dikaji lebih lanjut, ISPO dibuat hanyalah untuk menghalau kampanye negatif tentang kelapa sawit di Indonesia. Kampanye tersebut mengatakan
bahwa kelapa sawit di Indonesia diproduksi dengan tidak lestari dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, Menteri Pertanian beserta jajarannya membuat
Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil
– ISPO.
71
C.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapaISPO justru dikeluarkan setelah RSPO dikeluarkan. Hal ini tereksplisitkan bahwa ISPO adalah pengaturan ikutan dari
RSPO.
Pengaturan Kewajiban Sertifikasi ISPO Bagi Perusahaan Perkebunan
Pengaturan kewajiban sertifikasi ISPO bagi perusahaan perkebunan adalah berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang
Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian
70
Pasal 2, Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO.
71
Sementara itu, menurut Suswono sebagai Menteri Pertanian RI, menyatakan bahwa : “ISPO dibuat bukan karena tekanan negara lain, bukan karena ada RSPO, bukan karena adanya
kampanye negatif kelapa sawit, ISPO dibuat karena seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 yang sudah diamandemen, yaitu Pasal 33. ISPO bersifat wajib dan setiap pelanggaran akan ditindak. ISPO
bertujuan untuk melindungi dan melestarikan kelapa sawit di pasar global”. Sumber : Majalah Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Pertanian RI, Op.cit., hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
Sustainable Palm Oil – ISPO. Ketentuan ini mewajibkan perusahaan perkebunan
untuk memiliki sertifikasi ISPO sebagaimana diatur dalam Pasal 3, menyebutkan bahwa : “Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dalam waktu paling lambat sampai
dengan tanggal 31 Desember 2014 harus sudah melaksanakan usaha sesuai dengan ketentuan Peraturan ini”. Selanjutnya bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang
tidak melaksanakannya dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 4, menyatakan bahwa : “Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Kelas I, Kelas II, atau Kelas III
sampai dengan batas waktu 31 Desember 2014 belum mengajukan permohonan untuk mendapatkan sertifikasi ISPO, dikenakan sanksi penurunan kelas kebun
menjadi Kelas IV”. Maksud dari penurunan kelas kebun tersebut di atas adalah dalam hal
penilaiannya, yaitu sebagai berikut
72
1. Kebun Kelas I baik sekali;
:
2. Kebun Kelas II baik;
3. Kebun Kelas III sedang;
4. Kebun Kelas IV kurang;
5. Kebun Kelas V kurang sekali.
Konsekuensi dari penurunan kelas kebun adalah sulitnya perusahaan
perkebunan kelapa sawit untuk mengekspor CPO-nya ke pasar dunia. Untuk melihat kebun tersebut berada pada kebun Kelas I, II, III, IV, atau V adalah dengan melihat
72
Sistem Sertifikasi, Penilaian Usaha Perkebunan Sebagai Prasyarat, Lampiran I, Peraturan Menteri No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO.
Universitas Sumatera Utara
kepatuhan terhadap aspek legalitas,manajemen kebun, pengolahan hasil, sosial, ekonomi wilayah, lingkungan,serta pelaporannya. Contohnya mengenai legalitas,
hal-hal yang diperhatikan oleh penilai kebun adalah mengenai perizinan Hak Guna Usaha terhadap suatu perkebunan tersebut. Apakah izin HGU-nya telah berakhir,
kapan berakhirnya, dan apakah sudah diajukan kembali untuk perpanjangannya. Seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab oleh perusahaan perkebunan kelapa
sawit setelah penilai kebun mendatangi perusahaan tersebut.
1. Sistem Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil ISPO