Kerangka Teori Analisis Hukum Terhadap Kewajiban Sertifikasi ISPO (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL) Dalam Kaitannya Dengan Pertumbuhan Investasi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit Di Indonesia (Studi Pada PT. REA KALTIM PLANTATION – Jakarta)

E. Keaslian Penelitian

Menurut data yang didapat dari pemeriksaan dan hasil-hasil judul penelitian yang ada pada Perpustakaan Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian yang berjudul : “Analisis Hukum Terhadap Kewajiban Sertifikasi ISPO Indonesian Sustainable Palm Oil Dalam Kaitannya Dengan Pertumbuhan Investasi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Studi Pada PT. Rea Kaltim Plantation” adalah belum pernah dilakukan sama sekali. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan asli dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya. Penulis bertanggung jawab apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa penelitian ini merupakan plagiat atau duplikasi dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Lingkungan strategis dunia yang berkembang dengan sangat pesat sejak berakhirnya Perang Dunia II telah mendorong bangsa-bangsa di dunia bersaing dengan ketat dalam mengejar dan mempertahankan kemakmurannya. Berbagai strategi pembangunan diterapkan untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bersamaan dengan itu, tidak dapat dipungkiri bahwa sumber daya alam baik di laut maupun di darat akan mengalami tekanan pemanfaatan yang berlebihan. Apabila pemanfaatan ini melampaui daya dukungnya, Universitas Sumatera Utara tentu akan menimbulkan masalah lingkungan baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun global. Keadaan ini telah menimbulkan kesadaran pada umat manusia tentang pentingnya kelestarian lingkungan bagi keberlanjutan kehidupan manusia. Semenjak dicanangkannya pernyataan tentang pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagai isu lingkungan global, disusul terbitnya buku “Our Common Future oleh World Commission on Environment And Development ”, istilah sustainable development pembangunan berkelanjutan menjadi sangat populer, yaitu 32 “Sustainable development is development which meets the needs of the present without comromising the ability of future generation to meet their own needs.The word development in this definition implicates two important aspects of the concept : It is omnidisciplinary, It cannot be limited to a number of disciplines or areas, but it is applicable to the whole world and everyone and everything on it, now and in the future. Secondly, there is no set aim, but the continuation of development is the aim of the development. The definition is based on two concepts : : a. The concept of needs, comprimising of the conditions for maintaining an acceptable life standard for all people, and b. The concept of limits, of the capacity of the environment to fulfill the needs of the present and the future, determined by the state of technology and social organisation ”. Hakekat pengertian tentang pembangunan berkelanjutan ada pula yang menyebutkan dengan istilah bertahan kelanjutan pada dasarnya adalah : pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhanmereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumberdaya, arah investasi, orientasi pembangunan, dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan 32 Gro Harlem Brundtland, Our Common Future, New York : Oxford University Press, 1987, hal. 4. Universitas Sumatera Utara secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. 33 Pengembangan kelapa sawit yang dilakukan di Indonesia dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan perkebunan berkelanjutan sesuai dengan berbagai peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia yang terkait dengan pengembangan kelapa sawit. Sebagai Guidance untuk melaksanakan dan melakukan penilaian tentang pembangunan kelapa sawit di Indonesia disusun Sistem Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesia Sustainable Palm Oil–ISPO. Indonesian Sustainable Palm Oil System ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertanian yang bertujuan meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan. Dengan adanya ketetapan ISPO, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian pentingnya memproduksi kelapa sawit berkelanjutan serta meningkatkan tingkat daya saing minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia. Karena ISPO didasarkan kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, maka ketentuan ini merupakan mandatorykewajiban yang harus dilaksanakan bagi pelaku usaha perkebunan di Indonesia. Mengenai konsep mandatory kewajiban ini adalah terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum liability. Seseorang yang 33 Budihardjo dan Djoko Sujarto, Sustainable Development : Beberapa Catatan Tambahan , Jakarta : Asosiasi SYLFF Universitas Indonesia, 2006, hal. 47. Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab secara hukum atas perbuatan bertentanganberlawanan hukum. Sanksi dikenakan deliquent adalah karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggung jawab. Subjek responsibility dan subjek kewajiban hukum adalah sama. Dalam teori tradisional, ada dua jenis tanggung jawab : pertanggung jawaban berdasarkan kesalahan based on fault dan pertanggung jawaban mutlak absolut responsibility. 34 Oleh karena itu, suatu badan hukum yang mengimplementasikan ISPO adalah bertanggung jawab secara hukum terhadap Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. Maka badan hukum itulah yang bertanggung jawab apabila terdapat kesalahan dalam penerapan ISPO apalagi tidak mengindahkan Pasal 3 ketentuan tersebut. Sanksinya adalah bahwa perusahaan perkebunan yang mengimplementasikan ISPO itu sendirilah yang akan terkena imbasnya. Salah satu akibat dari tidak mengimplementasikan ISPO adalah tidak dapat dijualnya CPO hasil perkebunan tersebut ke pasar Eropa. Dikarenakan tidak lakunya CPO perusahaan yang mengimplementasikan ISPO maka pendapatan perusahaan akan menurun pula. Tanggung jawab perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah untuk mengimplementasikan RSPO adalah sama dengan kewajibannya dalam pemenuhan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku di Indonesia. 34 Hans Kelsen dalam Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum , Jakarta : Sekretariat Jenderal Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006, hal. 61. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya untuk melihat Peraturan Menteri masuk ke hierarki peraturan perundang-undangan yang mana, maka digunakanlah teori hierarki peraturan perundang-undangan yaitu Stufenbau Theory. Stufenbau adalah mengenai keberlakuan kaidah hukum. Keberadaan kaidah yang lebih rendah ditentukan oleh kaidah yang lebih tinggi dengan demikian kaidah konkrit berlaku berdasarkan kaidah abstrak, sedangkan kaidah abstrak berlaku berdasarkan kaidah dasar atau grundnorm . 35 Salah seorang tokoh yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori Nawiasky disebut dengan theorie von stufenbau der rechtsordnung . Susunan norma menurut teori tersebut, antara lain 36 1. “Norma fundamental negara staatsfundamentalnorm; : 2. Aturan dasar negara staatsgrundgesetz; 3. Undang-undang formal formell gesetz; dan 4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom verordnung en autonome satzung ”. Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya atau dengan lingkungannya. Istilah norma berasal dari bahasa Latin, atau kaidah dalam bahasa Arab, dan sering juga disebut pedoman, patokan, atau aturan dalam bahasa Indonesia. Suatu norma itu baru ada apabila terdapat lebih dari satu orang, karena norma itu pada dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain, atau terhadap lingkungannya. Norma 35 Purnadi Purbacaraka dan M. Chidir Ali, Disiplin Hukum, Cetakan Keempat, Bandung : Citya Aditya Bakti, 1990, hal. 58-71. 36 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia , Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. 223. Universitas Sumatera Utara hukum itu dapat dibentuk secara tertulis ataupun tidak tertulis oleh lembaga-lembaga yang berwenang yang membentuknya, sedangkan norma moral, adat, agama, dan lainnya terjadi secara tidak tertulis, tumbuh dan berkembang dari kebiasaan- kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini memperlihatkan bahwa seluruh sistem hukum mempunyai suatu struktur piramidal, mulai dari yang abstrak ideologi negara dan undang-undang dasar sampai yang konkret peraturan-peraturan yang berlaku. 37 Dasar pertimbangan keluarnya Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, yaitu : Teori stufenbau digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tata urutan Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO masuk ke dalam tingkatan peraturan yang mana. “a. Pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 ayat 4 Undang-Undang Dasar Tahun 1945, diselenggarakan berdasarkan prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan; b. Pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan devisa negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, serta mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara lestari; 37 Stufenbau Theory dikembangkan oleh beberapa pemikir, antara lain : Merkl, Kelsen, Hart. Pada intinya teori ini dimaksudkan untuk menyusun suatu hierarki norma-norma, sehingga berlapis- lapis dan berjenjang-jenjang. Teori ini memang diterima juga di Indonesia, dokumen yang bersejarah tentang hal ini adalah Ketetapan MPRS No. XXMPRS1966, yang berjudul : Memorandum DPRGR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan tata urutan susunan perundang-undangan Republik Indonesia. Sumber : Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Yogjakarta : Kanisius, 1995, hal. 44. Universitas Sumatera Utara c. Tindaklanjut Pasal 2, Pasal 25, Pasal 28 ayat 2, dan Pasal 44 ayat 2 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan”. Saat keluarnya Peraturan Menteri Pertanian No.19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, ketentuan yangmengatur tentang pembentukan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Jika diperhatikan ketentuan Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang mengatur mengenai : “Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut : “a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; g. Peraturan Daerah KabupatenKota”. Maka Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO tidak termasuk ke dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan. Peraturan ini dapat menjadi jenis peraturan perundang- undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dan diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, jika sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi sebagaimana Universitas Sumatera Utara ditentukan dalam Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Akan tetapi, jika disimak ketentuan perundang-undangan di bidang Perkebunan, baik yang berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Presiden, tidak ada diperintahkan membuat Peraturan Menteri untuk mengatur tentang Perkebunan Berkelanjutan atau Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia. 38 Oleh karena itu, Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO perlu diuji berdasarkan Stufenbau Theory yang menyatakan bahwa harus ada peraturan yang mengatur diatasnya yang lebih tinggi lagi, atau dengan kata lain harus ada perintah untuk membentuk suatu peraturan. Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO tidak termasuk ke dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan, maka Peraturan Menteri tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, namun mempunyai keberlakuan untuk di lingkungan aparatur Menteri Pertanian yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perkebunan guna mewujudkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Artinya, Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa 38 Alvi Syahrin, Op.cit. Universitas Sumatera Utara Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO digunakan oleh aparatur Menteri Pertanian sebagai pedoman di lingkungan Kementerian Pertanian dalam menyelenggarakan tugasnya untuk mewujudkan kebijakan pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Sehingga, agar muatan materi yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO dapat mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, hendaknya diatur ke jenis dan hierarki Peraturan Presiden. 39 Lalu dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden yang nantinya memerintahkan untuk mengeluarkan Peraturan Menteri tersebut sudah jelas hal ini untuk memenuhi Stufenbau Theory yang dipaparkan sebelumnya. Untuk teori selanjutnya yang dipakai adalah teori hukum dalam pembangunan ekonomi terkait dengan peningkatan investasi. Diharapkan dengan penerapan ISPO terhadap perusahaan-perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan investasi di Indonesia. Pertumbuhan investasi meningkat dikarenakan Indonesia telah berkepastian hukum untuk menjawab isu lingkungan yang didengung-dengungkan. Teori hukum dalam pembangunan ekonomi pertama sekali dicetuskan oleh Williams Burg dalam bukunya mengenai hukum dalam pembangunan terdapat 5 lima unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat pertumbuhan ekonomi yaitu stabilitas stability, prediksi predictability, keadilan fairness, 39 Ibid. Universitas Sumatera Utara pendidikan education, dan pengembangan khusus bagi para sarjana hukum the special development abilities of the lawyer . 40 Burg’s menjelaskan bahwa unsur pertama dan kedua merupakan prasyarat agar sistem perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Dalam hal ini, stabilitas berfungsi untuk mengakomodasi dan menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing conflict of interest, sedangkan prediksi merupakan suatu kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan perekonomian suatu negara. 41 Stabilitas pada kewajiban sertifikasi ISPO dalam kaitannya dengan peningkatan investasi di Indonesia dapat diartikan bahwa Peraturan-Peraturan Menteri yang dikeluarkan oleh Aparatur Negara terkait agar tidak terus berubah- ubah seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia. Sewaktu belum ada ISPO, RSPO digembor-gemborkan agar diterapkan pada semua perusahaan Stabilitas stability, maksudnya adalah bahwa hukum itu harus stabil dan tidak cepat berubah. Prediksi predictability, maksudnya adalah bahwa setiap ketentuan yang akan keluar berikutnya sudah bisa disikapi dengan baik oleh masyarakat. Keadilan fairness, maksudnya adalah bahwa keadilan adalah tujuan dari hukum itu sendiri. Pendidikan education, maksudnya adalah bahwa pendidikan hukum itu penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Lalu, pengembangan khusus bagi para sarjana hukum the special development abilities of the lawyer , maksudnya adalah bahwa setiap bagian hukum perusahaan tersebut haruslah memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan yang lainnya. 40 Bismar Nasution, “Modul Perkuliahan : Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi”, Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2011, hal. 36. 41 Ibid. , hal. 37-38. Universitas Sumatera Utara perkebunan, tetapi penerapan RSPO ini bukan sebagai kewajiban melainkan sebagai kesukarelaan setiap perusahaan perkebunan untuk mengimplementasinya secara sukarela terhadap RSPO sendiri. Prediksi hukum predictability diartikan bahwa setiap Peraturan Menteri yang dikeluarkan itu berlaku bagi masyarakat dan setiap perusahaan perkebunan. Keberlakuan itu harus bisa diperkirakan bagaimana keadaan perusahaan perkebunan setelah diaplikasikannya peraturan tersebut. Hukum itu harus dapat diprediksi terkait dengan kewajiban sertifikasi ISPO dalam kaitannya dengan peningkatan investasi di Indonesia. Suatu hal yang harus dapat diprediksi disini adalah mengenai berapa dana anggaran yang harus dikeluarkan untuk mengimplementasikan Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. Kaitannya dengan PT. Rea Kaltim Plantation adalah bagaimana apabila PT. Rea Kaltim Plantation telah menerapkan sertifikasi RSPO. Apakah dapat disamakan dengan ISPO ataukah dapat menambah atau mengurangkan peraturan yang diberlakukan kepada PT. Rea Kaltim Plantation terkait perubahan antara RSPO dengan ISPO. Atau dengan kata lain, apakah PT. Rea Kaltim Plantation harus mengimplementasikan sertifikasi ISPO walaupun sudah ada sertifikasi RSPO. Pertanyaan-pertanyaan ini kiranya dapat dijawab dengan menggunakan teori hukum dalam pembangunan ekonomi tersebut. Setelah sertifikasi ISPO mempunyai stabilitas dan keterprediksian, maka selanjutnya adalah keadilan hukum fairness. Mekanisme sertifikasi ISPO haruslah Universitas Sumatera Utara berkeadilan bagi perusahaan perkebunan – dalam hal ini PT. Rea Kaltim Plantation – dan bagi masyarakat sekitar yang merasakan langsung dampak dari penerapan sertifikasi ISPO dimaksud. Dampak langsung bagi masyarakat tersebut dapat dilihat pada konsep Corporate Social Responsibility CSR perusahaan yang wajib juga dianggarkan terkait dengan pemenuhan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi penerapan ISPO yaitu Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pendidikan hukum education adalah bahwa setiap badan hukum harus memiliki dasar hukum yang baik. Hukumitu berasal dari dalam diri badan hukum itu sendiri bukan dari intervensi dari luar. Jika setiap badan hukum yang berhubungan dengan sertifikasi ISPO memiliki Sumber Daya Manusia SDM Bagian Hukum yang mempunyai pendidikan hukum yang tinggi maka akan tercipta suatu pemenuhan peraturan perundang-undangan baik peraturan perundang-undangan yang baru keluar maupun peraturan perundang-undangan lama yang belum dipenuhi oleh PT. Rea Kaltim Plantation. Pengembangan khusus bagi para sarjana hukum the special development abilities of the lawyer , terkait dengan sertifikasi ISPO dalam peningkatan investasi di Indonesia adalah bahwa antara PT. Rea Kaltim Plantation dengan Pemerintah pastilah ada yang terhubung yaitu Bagian Hukum PT. Rea Kaltim Plantation dengan setiap instansi pemerintahan terkait sertifikasi ISPO. Para Staf maupun Karyawan pada Bagian Hukum di PT. Rea Kaltim Plantation harus memiliki integritas tinggi Universitas Sumatera Utara agar dapat menjalankan perusahaan dengan baik dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tercapainya hukum sebagaimana disebutkan di atas, maka akan tercapai tujuan hukum dalam pembangunan ekonomi yang tidak lain adalah kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat yang merata akan menciptakan negara yang makmur welfare state. 42 Apabila negara makmur maka akan mengangkat harkat dan martabat bangsa kepada negara lain. Dengan demikian, investasipun akan meningkat pula.

2. Kerangka Konsep