Pabrik pengelola pabrik juga wajib memastikan bahwa TBS yang diterima sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, pengolahan pabrik harus
merencanakan dan melaksanakan pengolahan TBS melalui penerapan praktek pengelolaanpengolahan terbaik GHPGMP. Mengenai limbahnya, pengelola
pabrik harus memastikan bahwa limbah pabrik kelapa sawit dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Begitu juga dengan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
B3 yang merupakan limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dan atau jumlahnya dapat mencemarkan dan
atau merusak lingkungan hidup, oleh karena itu harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali.Gangguan sumber yang tidak bergerak berupa baku
tingkat kebisingan, baku tingkat getaran, baku tingkat kebauan dan baku tingkat gangguan lainnya ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan
terhadap manusia danatau aspek keselamatan sarana fisik serta kelestarian bangunan.Pengelola perkebunanpabrik harus memanfaatkan limbah untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.
82
3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, pabrik kelapa sawit berkewajiban melaksanakan kewajiban pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kewajiban tersebut terkait analisa dampak lingkungan AMDAL, UKL, dan UPL. Pengelola perkebunan harus
82
Kriteria 2.2 sampai dengan 2.2.7 Persyaratan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian No.
19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO.
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan kewajibannya terkait AMDAL, UKL, dan UPL sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Pengelola perkebunan juga harus melakukan
pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Selain itu, pengelola perkebunan harus menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati pada areal yang dikelola sesuai
dengan ijin usaha perkebunannya. Selanjutnya, pengelola perkebunan harus melakukan identifikasi kawasan yang mempunyai nilai konservasi tinggi yang
merupakan kawasan yang mempunyai fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai
sejarah serta budaya bangsa dengan tidak membuka untuk usaha. Identifikasi juga dilakukan terhadap sumber emisi Gas Rumah Kaca GRK. Barulah konservasi lahan
dan menghindarkan erosi wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
83
4. Tanggung Jawab Terhadap Pekerja
Tanggung jawab terhadap pekerja dilakukan dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 yang dilakukan oleh
pengelola perkebunan. Lalu, kesejahteraan pekerjaburuh harus diperhatikan juga dengan melakukan peningkatan kemampuan ekonomi para pekerjaburuh. Pengelola
perkebunan tidak boleh mempekerjakan anak di bawah umur dan melakukan diskriminasi di antara pekerjaburuh. Untuk menghindari mempekerjakan anak di
bawah umur, pengelola perkebunan harus membentuk Serikat Pekerja. Pembentukan serikat pekerja ini harus difasilitasi dalam rangka memperjuangkan hak-hak
83
Kriteria 3.1 sampai dengan 3.7 Persyaratan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian No.
19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO.
Universitas Sumatera Utara
karyawanburuh. Setelah serikat pekerja terbentuk, pengelola perkebunan harus mendorong dan memfasilitasi serikat pekerja untuk membuat koperasi pekerja.
84
5. Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas