Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan

karyawanburuh. Setelah serikat pekerja terbentuk, pengelola perkebunan harus mendorong dan memfasilitasi serikat pekerja untuk membuat koperasi pekerja. 84

5. Tanggung Jawab Sosial dan Komunitas

Tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan harus dilakukan oleh pengelola perkebunan dengan memiliki komitmen sosial kemasyarakatan dan pengembangan potensi kearifan lokal. Hal ini dilakukan juga demi mewujudkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan seperti yang termaktub di dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Untuk melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut, masyarakat adatpenduduk asli harus diberdayakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat setempat. 85

6. Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat dapat juga dilakukan dengan memprioritaskan peluang pembelipengadaan barang dan jasa kepada masyarakat di sekitar kebun. Hal ini juga dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Contohnya seperti pengadaan kebutuhan kantor dapat dibeli pada perusahaan-perusahaan setempat. 86 84 Kriteria 4.1 sampai dengan 4.5 Persyaratan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. 85 Kriteria 5.1 sampai dengan 5.2 Persyaratan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. 86 Kriteria 6.1 Persyaratan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. Universitas Sumatera Utara

7. Peningkatan Usaha Secara Berkelanjutan

Usaha memberdayakan kegiatan ekonomi masyarakat itu juga harus dilaksanakan dengan sistem keberlanjutan, oleh karena itu pengelola perkebunan atau pabrik harus terus-menerus meningkatkan kinerja sosial, ekonomi, dan lingkungan dengan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi yang mendukung peningkatan produksi. 87 Dari keseluruhan Prinsip ISPO di atas, hal yang paling sulit dilakukan adalah prinsip pertama yaitu sistem perizinan dan manajemen. Hal ini dikarenakan adanya ketidakpastian hukum yang masih saja membelenggu instansi terkait dengan perizinan perkebunan. Jika ditinjau prinsip dan kriteria ISPO tersebut, maka ada 2 dua aksi yang dapat dilakukan oleh pengelola perkebunanpabrik yaitu aksi internal dan aksi eksternal. Aksi internal termasuk di dalamnya prinsip sistem perizinan dan manajemen, penerapan pedoman teknis budidaya dan pengolahan kelapa sawit, pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan tanggung jawab terhadap pekerja. Sedangkan aksi eksternal yang dilakukan pengelola perkebunan maupun pabrik adalah tanggung jawab sosial dan komunitas, pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat, serta peningkatan usaha secara berkelanjutan.

c. Pelaku Usaha yang Dinilai

Unit yang disertifikasi adalah kebun pemasok dan pabrik kelapa sawit PKS,terutama kebun miliknya sendiri, bila PKS mendapat pasokan dari 87 Kriteria 7.1 Persyaratan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. Universitas Sumatera Utara plasmayang berasal dari satu manajemen yang sama, TBS yang dihasilkan harus memenuhikriteria ISPO dengan pengawasan sepenuhnya dari kebun inti, berdasarkan lamanya waktu yang ditoleransi oleh Komisi ISPO. Bila PKS mendapatpasokan TBS dari kebun swadaya, maka kebun inti harus memiliki kontrakkerjasama dengan petani swadaya atau dengan pedagang pengumpul,yang mana kebun inti harus membina petani dan pedagang pengumpul secara terusmenerus agar kebun swadaya dapat memenuhi persyaratan. Kebun secara berkesinambungan juga harusdapat menyampaikan rencana pencapaiannya agar petani dapat memasok TBSsesuai Prinsip dan Kriteria ISPO ISPO untuk petani swadaya akan disusunlebih lanjut. 88 Untuk mendapatkan sertifikat ISPO, kebun inti, plasma dan swadaya harusterbebas dari masalah yang berkaitan dengan kepemilikan tanahkebun seperti : IUP, IUP-B, IUPP,Hak Guna Usaha HGU, dan memenuhi seluruh ketentuanpersyaratanISPO. 89 Oleh karena itu, kepastian hukum merupakan hal yang paling diperlukan dalam proses sertifikasi ini. Hal ini dikarenakan setiap pemasok dan kebun inti saling berkesinambungan. Artinya, apabila perizinan kebun pemasok tidak tersedia, maka kebun inti secara hukum tidak boleh mengambil dan menggunakan TBS-nya. Kepastian hukum tersebut adalah berupa IUP, IUP-B, IUPP, dan Hak Guna Usaha HGU kebun tersebut. 88 Sistem Sertifikasi, Penilaian Usaha Perkebunan Sebagai Prasyarat, Lampiran I, Peraturan Menteri No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. 89 Ibid. Universitas Sumatera Utara

d. Persyaratan Lembaga Sertifikasi

Semua lembaga sertifikasi Pihak ketiga yang netral yang akan melakukansertifikasi melalui cara audit pihak ketiga, harus mendapatkan pengakuandari Komisi ISPO dengan persyaratan 90 a “Telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional KAN untuk ruanglingkup Sistem Manajemen Mutu International Standard Organization ISO 9001 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001; : b Bagi lembaga sertifikasi luar negeri harus mendapatkan akreditasi daribadan akreditasi yang telah melakukan kerjasama berupa MutualRecognition Arrangement MRA dengan KAN; c Bagi lembaga sertifikasi luar negeri, apabila badan akreditasi di negaraasalnya belum menjalin kerjasama dengan KAN, maka lembagasertifikasi luar negeri dimaksud harus memenuhi persyaratansebagaimana yang berlaku untuk lembaga sertifikasi dalam negeri; d Lembaga sertifikasi pemohon harus dapat menunjukan laporansurvailance terakhir dan membuktikan bahwa sertifikat akreditasi yangdiperoleh dari KAN atau badan akreditasi lainnya masih berlaku; e Lembaga Sertifikasi pemohon telah menerapkan sistem sertifikasi yangmengacu ISO 17021-2006 danatau ISO Guide 65; f Lembaga sertifikasi dan tim penilai assessment team harus menjagaindepedensinya dari perusahaan atau anak perusahaan yang dinilaiminimal selama lima tahun untuk menjaga konflik interes; g Lembaga sertifikasi asing harus memenuhi peraturan perundangan yangberlaku”. Komisi ISPO menghimbau badan akreditasi KAN dan badan akreditasi lainyang mempunyai MRA dengan KAN untuk melaporkan pengaduan daripemangku kepentingan ISPO, yang berkaitan dengan kompetensi, prosesatau hasil penilaian audit akreditasi. Sesuai dengan ISOIEC 17011, badanakreditasi harus dapat menyelesaikan setiap pengaduan dalam jangka waktu 60 enam puluh hari, 90 Ibid. Universitas Sumatera Utara apabila hal ini gagal dipenuhi, maka badan akreditasiharus segera melapor kepada Sekretariat Komisi ISPO. 91 Dalam penerapannya untuk melengkapi secara teknis dan menjaminkredibilitas yang diperlukan secara spesifik seperti Sistem Sertifikasi RantaiPasok, maka penerapan haruslah diikuti dengan pemenuhan Prinsip dan Kriteria ISPO. Prinsip danKriteria ISPO, ISO Guide 65 dan ISO Guide 66 merupakan persyaratanuntuk pengakuan approval Komisi ISPO.Untuk dapat melakukan penilaian terhadap lembaga sertifikasi, maka lembaga sertifikasi tersebut wajibmenyampaikan laporan kegiatan tahunan kepada Komisi ISPO untukdievaluasi. 92 Artinya, lembaga yang melakukan sertifikasi ISPO juga harus mengikuti kewajiban sertifikasi olehBadan Standardisasi Nasional BSN, sehingga tercapailah standardisasi yang baik bagi perkebunan kelapa sawit maupun pabrik kelapa sawit. Adapun lembaga sertifikasi ISPO yang sudah melakukan standardisasi, yaitu : 1 “PT. Agung Mutu Lestari; 2 PT. Sucofindo Persero; 3 PT. TUV NORD Indonesia; 4 PT. TUV Rheinland Indonesia; 5 PT. SAI Global Indonesia”. 93

e. Persyaratan Auditor Lembaga Sertifikasi

Dalam melaksanakan audit, Tim Auditor harus memiliki kompetensi khusus,lead auditor dan timnya minimal mempunyai kualifikasi sesuai dengan 91 Ibid. 92 Ibid. 93 Harian Tempo, “Lima Lembaga Sertifikasi ISPO Diakui”, diterbitkan Selasa, 15 Mei 2012, hal. B4. Universitas Sumatera Utara ISO19011:2002 Guidelines for Quality andor Environment Management SystemAuditing dengan penyesuaian khusus untuk sertifikasi ISPO. 94 Pada penilaian atau assesment ISPO diperlukan tim yang mempunyaipengetahuan mengenai kebun kelapa sawit, minyak sawit, dan peraturanperundangan terkait serta dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia danmemahami bahasa lokal. 95 a Persyaratan Lead auditor sebagai berikut 96 1. “Minimum berijazah Diploma III di bidang pertanian, lingkungan danilmu sosial; : 2. Minimum mempunyai pengalaman yang profesional di bidang audit,misalnya pengelolaan minyak sawit, pertanian, ekologi dan bidangilmu sosial; 3. Lulus dari pelatihan penerapan praktis dari ketentuan ISPO dan carasertifikasi yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan yang telahdiakuiditunjuk Komisi ISPO; 4. Lulus dari pelatihan Lead Auditor ISO 900019011; 5. Semua anggota tim lainnya harus memiliki kemampuan pengetahuanilmiah dan pengalaman yang cukup; 6. Memiliki keterampilan teknis dan kualifikasi yang berkaitan denganproses sertifikasi, seperti dibuktikan dengan pengalaman yangrelevan dalam skema sertifikasi lainnya; 7. Lulus dari pelatihan aplikasi praktis dari ISPO sertifikasi rantai pasokdan teknik audit dasar yang diperlukan; 8. Memiliki keahlian komunikasi secara verbal maupun tertulis denganklien; 9. Melakukan audit sekurang-kurangnya 15 hari dalam skema sertifikasiyang serupa termasuk penelusuran sebanyak minimal 2 kali auditpada organisasi yang berbeda; 10. Khusus untuk sertifikasi rantai pasok, auditor harus memilikipengalaman kerja lapangan dalam rantai pasokan makanan atausetara berkaitan dengan yang diperlukan untuk proses sertifikasi”. 94 Sistem Sertifikasi, Penilaian Usaha Perkebunan Sebagai Prasyarat, Lampiran I, Peraturan Menteri No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. 95 Ibid. 96 Ibid. Universitas Sumatera Utara b Tim auditor harus memiliki kemampuan menilai hal berikut ini 97 1. “Pengetahuan khusus tentang kelapa sawit; : 2. Good Agricultural Practices GAP and Good Manufacture Practices GMP; 3. Pengendalian Hama Terpadu PHT; 4. Occupational Health Safety Advisory Services OHSAS, Healthand Safety Insurance Jaminan Kesehatan dan Keamanan; 5. Labour Welfare dan SA 8000; 6. Food SafetyKeamanan Pangan; 7. Masalah yang terkait sosial ekonomi; 8. ISO 14001 dan Standar Lingkungan lainnya”. c Auditor lembaga sertifikasi harus mematuhi hal-hal sebagai berikut 98 1. “Auditor dari lembaga sertifikasi tidak diizinkan untuk melaksanakankegiatan apapun yang dapat mempengaruhi kemandiriannya ataukerahasiaan perusahaan yang akan disertifikasi. Tidak diizinkanbekerja sebagai auditor sebagai karyawan atau penasehat untukkliennya selama 3 tahun terakhir; : 2. Setiap orang atau institusi yang ditunjuk oleh lembaga sertifikasi ataulembaga sertifikasi itu sendiri harus menghindari segala hal yangdapat berpotensi mempengaruhi proses penilaian sertifikasi dan ataumungkin dapat menjadi konflik kepentingan pada saat awal sertifikasiISPO; 3. Setiap orang atau badan yang ditunjuk oleh badan yang disertifikasiatau lembaga sertifikasi itu sendiri diwajibkan untuk melaporkansegera setiap keadaan atau tekanan yang dapat mempengaruhikebebasan atau kerahasiaannya kepada pimpinan lembagasertifikasi; 4. Pimpinan lembaga sertifikasi harus menyampaikan laporan tersebutdi atas dan memasukan dalam laporan proses sertifikasi serta dalamcatatan klien; 5. Setiap orang atau institusi yang ditunjuk oleh lembaga sertifikasi ataulembaga sertifikasi itu sendiri hanya akan terlibat dalam pelayanandalam klien, jika lembaga sertifikasi tersebut dapat menunjukkanbahwa mereka tidak terlibat dalam sertifikasi klien yang samaterhadap SRP ISPO. Sebelum terlibat dengan klien, maka segalakeraguan harus didiskusikan dengan Komisi ISPO”. 97 Ibid. 98 Ibid. Universitas Sumatera Utara Tim Auditor juga wajib memiliki sertifikasi terhadap dirinya. Hal ini sesuai dengan ISO19011:2002 Guidelines for Quality andor Environment Management SystemAuditing dengan penyesuaian khusus untuk sertifikasi ISPO. Tujuannya adalah agar audit terhadap perkebunan maupun pabrik kelapa sawit yang dilakukan, dapat dilakukan dengan objektif. Hal ini akan mengakibatkan implementasi yang dilakukan untuk sertifikasi ISPO berjalan dengan baik dan tanpa hambatan. Objektifitas pada pelaksanaan sertifikasi berarti bahwa Tim Auditor yang melakukan penilaian melakukan penilaian dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.

f. Badan Akreditasi

Badan akreditasi harus memenuhi syarat ISO 17011:2004 ConformityAssessment General; requirements for accreditation bodies accreditionconformity audit bodies . Badan akreditasi harus bergabung denganInternational Accreditation Forum IAF, Multilateral RecognitionArrangement MLA atau anggota dari International Social andEnvironmental Accreditation and Labeling Alliance ISEAL. Badan akreditasi diharapkan untuk memberitahu Komisi ISPO jikaterdapat keluhan tentang lembaga sertifikasi yaitu mengenai kompetensidalam proses akreditasi dan dalam kemampuan pelaksanaan audit. Sesuai dengan ISOIEC 17011 badan akreditasi harus menanganikeluhan dalam waktu maksimal 60 hari. Jika badan akreditasi Universitas Sumatera Utara gagalmenyelesaikan keluhan ini dalam waktu yang telah ditentukan, makabadan tersebut harus melaporkan kepada Sekretariat Komisi ISPO. 99 Badan akreditasi yang melakukan akreditasi juga harus distandardkan dengan ISO 17011:2004, artinya adalah bahwa pengimplementasian ISPO ini dari hulu ke hilir harus memiliki standardisasi nasional.

g. Penerbitan Sertifikasi ISPO

Proses penilaian untuk mendapatkan sertifikat ISPO sesuai ketentuansebagai berikut 100 1. “ISPO berlaku mandatory, temuan non compliance tidak dapat diterima sampai dapat dibuktikan bahwa perbaikan telah dilaksanakan oleh pihak perusahaan perkebunan dalam batas waktu tertentu. : 2. Holding company yang memiliki beberapa perusahaan perkebunan dapat menerbitkan sertifikat atas nama holding grup, melalui proses sertifikasi pabrik dan perkebunan atau pabrik dan grup perkebunan yangmenerapkan sistem yang sama dan diawasi sepenuhnya oleh manajerholding; 3. Survailance dilakukan 1 satu tahun sekali selama masa berlakunyasertifikat, survailance pertama dilakukan terhitung 1 satu tahun sejakdilaksanakan audit terakhir; 4. Sertifikat berlaku 5 lima tahun, pelaksanaan penilaian ulangreasessmentberikutnya dilakukan sebelum waktu 5 lima tahun ituberakhir”. Sertifikasi diberikan apabila seluruh prinsip dan kriteria ISPO telah dilaksanakan oleh perkebunan maupun pabrik kelapa sawit yang melakukan sertifikasi ISPO. Sertifikat ini diberikan dengan terlebih dahulu dilakukannya pemenuhan terhadap prinsip dan kriteria seperti termaktub di dalam Peraturan 99 Ibid. 100 Ibid. Universitas Sumatera Utara Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032012 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO.

h. Proses Pengakuan

Proses pengakuan sertifikat ISPO ditempuh sebagai berikut 101 1. “Laporan penilaian audit lembaga sertifikasi sesuai format yang telah ditentukan disampaikan kepada Tim Penilai melalui Sekretariat KomisiISPO; : 2. Dalam melakukan penilaian laporan audit Tim Penilai ISPO dapat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber antara lain beberapa pemangku kepentingan yang terkait seperti masyarakat adat, asosiasi, pejabat pemerintah setempat, LSM setempat, dan lain-lain; 3. Hasil penilaian Tim Penilai ISPO yang telah disetujui oleh Ketua Komisi ISPO diumumkan melalui website dan hasil tersebut adalah final”. Proses pengakuan sertifikat ISPO ini diumumkan melalui Website Resmi ISPO dan bersifat final. Bersifat final berarti, sertifikat tersebut mengikat terhadap perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang disertifikasi. Hasil penelitian ditentukan oleh Tim Penilai ISPO yang berarti Tim Penilai ISPO memiliki kewenangan untuk mengumumkan apakah perkebunan dan pabrik kelapa sawit tersebut berhak atau tidak terhadap untuk memperoleh sertifikat ISPO.

i. Proses Pengakuan Terhadap Sertifikasi Lainnya

Perusahaan yang mendapatkan sertifikat berkelanjutan dari organisasi laindapat diakui oleh Komisi ISPO apabila 102 1. “Lembaga Sertifikasi yang melakukan penilaianaudit diakreditasi olehBadan Akreditasi yang telah mempunyai MRA dengan Komisi ISPO; : 2. Persyaratan teknis yang diacu setara equivalence dengan persyaratanISPO; 101 Ibid. 102 Ibid. Universitas Sumatera Utara 3. Belum memenuhi persyaratan ISPO, termasuk penilaian usahaperkebunan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, makadilakukan audit ulang oleh Tim Penilai”. Dalam hal perkebunan maupun pabrik kelapa sawit sudah mendapatkan sertifikasi dari organisasi lain seperti contohnya sertifikat RSPO, maka lembaga sertifikasi tersebut harus melakukan penilaianaudit yang diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional BAN. Tetapi, yang terjadi adalah, dikarenakan prinsip, kriteria dan indikatornya yang berbeda, mengakibatkan RSPO ini dianggap berbeda dengan ISPO. Hal ini berdampak bahwa, Perusahaan yang telah memperolehRSPO, baik terhadap perkebunan maupun terhadap pabrik kelapa sawit, maka sertifikasi ISPO wajib tetap harus dilaksanakan kembali. Audit juga dilakukan oleh Tim Penilai ISPO.

j. KeluhanPengaduan

Keluhanpengaduan terhadap kinerja Lembaga Sertifikasiapabila ada, maka BadanAkreditasi berkewajiban untuk dapat menyelesaikannya dalam waktu 30 tiga puluh hari. ApabilaBadan Akreditasi tidak dapat menyelesaikan keluhan tersebut, maka dalam waktu tersebut makaBadan Akreditasi harus melaporkannya ke Komisi ISPO.Apabila terdapat pengaduan berkaitan dengan penilaian perusahaanperkebunan kelapa sawit Indonesia berkelanjutan sertifikasi ISPO,maka para pemangku kepentingan dapat menyampaikan pengaduantersebut secara tertulis dilengkapi dengan bukti –bukti terkait kepada Tim Penilai ISPOmelalui Sekretariat Komisi ISPO.Komisi ISPO akan menyelesaikan pengaduan tersebut sesuai dengan Universitas Sumatera Utara peraturandan perundangan yang berlaku. Terhadap permasalahan di luarkewenangan Komisi ISPO, akan diserahkan kepada instansi yangberwenang di bidangnya untuk diselesaikan sesuai dengan peraturanperundangan berlaku. 103 Keluhan tersebut dapat berupa lambatnya sertifikasi yang diberikan, tidak adanya kepastian bagi perkebunan maupun pabrik kelapa sawit yang disertifikasi apakah telah memenuhi sertifikasi ISPO atau tidak. Selanjutnya, keluhan mengenai Tim Penilai ISPO juga dapat dilaporkan dalam haldilakukannya penilaian terhadap hal-hal yang tidak berdasarkan prinsip dan kriteria ISPO. Pengaduan dapat disampaikan kepada lembaga sertifikasi untuk selanjutnya diteruskan kepada Badan Akreditasi.

k. Mekanisme Pengakuan Lembaga Sertifikasi

Mengenai mekanisme pengakuan lembaga sertifikasi dapat dilihat pada bagan berikut ini : 103 Ibid. Universitas Sumatera Utara Bagan 1. Mekanisme Pengakuan lembaga Sertifikasi Sumber : Lampiran I, Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. Perusahaan perkebunan kelapa sawit maupun pabrik kelapa sawit, untuk dapat ditentukan termasuk ke kebun Kelas I, II, atau III., maka dalam melakukan sertifikasi ISPO, haruslah memenuhi persyaratan berupa perolehan IUP, IUP-B, IUP-P, dan HGU. Selanjutnya permohonan tersebut akan diterima dan dilakukan Universitas Sumatera Utara pengecekan oleh Lembaga Sertifikasi Independen. Apabila tidak memenuhi persyaratan permohonan, maka akan dikembalikan untuk dipenuhi terlebih dahulu. Selanjutnya apabila permohonan lengkap maka dilanjutkan dengan melakukan permohonan kepada KMSBI Komisi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia untuk mendapatkan pengakuan ISPO. Pengecekan dokumen dilakukan guna memeriksa kelengkapannya dan tingkat kepatuhannya. Apabila tidak lengkap, maka akan dikembalikan untuk dilengkapi. Setelah seluruh persyaratan dilengkapi, barulah Tim Penilai KMSBI melakukan pengakuan sesuai dengan prinsip dan kriteria ISPO untuk diumumkan ke publik melalui Website Resmi ISPO. Barulah setelah itu, lembaga sertifikasi menerbitkan sertifikat ISPO bagi perkebunan maupun pabrik kelapa sawit yang memohonkan sertifikasi ISPO tersebut. Tim Penilai KMSBI adalah sebuah komite yang terdiri dari wakil-wakil institusi pemerintah seperti : Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Badan Pertanahan Nasional, dan Badan Standardisasi Nasional Komite Akreditasi Nasional BSNKAN. Fungsi KMSBI ini adalah mendorong dan memfasilitasi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit untuk mampu menghasilkan produk minyak sawit Indonesia berkelanjutan yang diterima oleh pasar baik di dalam maupun luar negeri. 104 104 Tim ISPO Kementerian Pertanian, “Draft Ketentuan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Berkelanjutan Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO”, Kementerian Pertanian, Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan dan Komisi Minyak Sawit Indonesia, draft tanggal 24 Juni 2010, hal. 8-9. Universitas Sumatera Utara

l. Mekanisme Sertifikasi ISPO

Untuk mengetahui mekanisme sertifikasi ISPO yang dilakukan maka dapat dilihat melalui alur bagan dibawah ini : Bagan 2. Mekanisme Sertifikasi ISPO Sumber : Lampiran I, Peraturan Menteri Pertanian No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. Keterangan 105 1. “Perusahaan perkebunan sawit yang telah mendapatkan penilaian Kelas I,Kelas II atau Kelas III sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 07PermentanOT.14022009 tentang Pedoman Penilaian UsahaPerkebunan, : 105 Sistem Sertifikasi, Penilaian Usaha Perkebunan Sebagai Prasyarat, Lampiran I, Peraturan Menteri No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO. Universitas Sumatera Utara mengajukan permohonan sertifikasi ISPO kepada lembagasertifikasi yang telah mendapatkan pengakuan dari Komisi ISPO. 2. Lembaga sertifikasi independen yang telah mendapatkan pengakuanKomisi ISPO, melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dokumen.Dalam waktu 7 tujuh hari kerja dokumen yang tidak lengkap ataumemenuhi syarat, akan dikembalikan untuk diperbaiki dan dilengkapi.Bagi yang telah lengkap dan memenuhi persyaratan akan ditindaklanjutidengan penilaian lapangan audit untuk meyakini bahwa perusahaanperkebunan yang bersangkutan telah menerapkan dan memenuhiseluruh persyaratan ISPO. 3. Hasil penilaian lembaga sertifikasi terhadap perusahaan perkebunanyang telah memenuhi persyaratan ISPO, selambat-lambatnya dalamwaktu 3 tiga bulan telah disampaikan oleh lembaga sertifikasi yangbersangkutan kepada Komisi ISPO melalui sekretariat Komisi ISPO untukmendapatkan pengakuan. Bagi yang tidak memenuhi persyaratan ISPOlembaga sertifikasi akan meminta perusahaan perkebunan bersangkutanuntuk melakukan tindakan perbaikan. 4. Sekretariat Komisi ISPO memeriksa kelengkapan dokumen permohonandan dalam waktu 7 tujuh hari kerja dari tanggal diterima suratpermohonan sesuai dengan stampel pos, bagi yang tidak lengkap akandikembalikan untuk dilengkapi dan diperbaiki. Permohonan yang telahlengkap selanjutnya diteruskan ke Tim Penilai ISPO untuk dimintakanpersetujuannya dalam memberikan pengakuan. 5. Tim penilai ISPO melakukan verikasi terhadap seluruh dokumen yangdisampaikan lembaga sertifikasi beserta aspek-aspek lainnya berkaitandengan persyaratan ISPO dan dalam waktu 1 satu bulan sudahmemutuskan, apakah dapat diakui atau ditolak. 6. Perusahaan yang dinilai telah memenuhi dan menerapkan persyaratanISPO secara konsisten direkomendasikan kepada Komisi ISPO untukdiberikan pengakuan approval, sementara yang tidak akan ditolak dandiminta untuk melakukan tindakan perbaikan. 7. Perusahaan yang telah mendapatkan pengakuan Komisi ISPO wajibmenerapkan persyaratan ISPO secara konsisten dan akan diumumkankepada publik. 8. Lembaga sertifikasi pengusul menerbitkan sertifikat ISPO atas namaperusahaan perkebunan kelapa sawit bersangkutan, selambat- lambatnya7 tujuh hari kerja sesudah mendapatkan pengakuan Komisi ISPO”. Mekanisme sertifikasi ISPO ini adalah mekanisme yang wajib diikuti secara konsisten oleh perkebunan maupun pabrik kelapa sawit yang hendak melakukan sertifikasi ISPO. Adanya pemotongan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan Universitas Sumatera Utara mekanisme tersebut, dapat berakibat tidak dapat diperolehnya sertifikasi. Mekanisme ini akan dilakukan dalam 5 lima tahun sekali, karena jangka waktu sertifikasi ISPO yang berlaku selama 5 lima tahun.

2. Sistem Sertifikasi Rantai Pasok