kepatuhan terhadap aspek legalitas,manajemen kebun, pengolahan hasil, sosial, ekonomi wilayah, lingkungan,serta pelaporannya. Contohnya mengenai legalitas,
hal-hal yang diperhatikan oleh penilai kebun adalah mengenai perizinan Hak Guna Usaha terhadap suatu perkebunan tersebut. Apakah izin HGU-nya telah berakhir,
kapan berakhirnya, dan apakah sudah diajukan kembali untuk perpanjangannya. Seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab oleh perusahaan perkebunan kelapa
sawit setelah penilai kebun mendatangi perusahaan tersebut.
1. Sistem Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil ISPO
a. Penilaian Usaha Perkebunan Sebagai Prasyarat
Setiap perusahaan yang melakukan usaha perkebunan di Indonesia wajib memiliki izin usaha operasional baik berupa IUP, IUP-B, danatau IUP-P, ITUP,
danSPUP. Bagi perusahaan yang telah mempunyai izin, baik pada tahappembangunan maupun tahap operasional, secara rutin akan dilakukanpenilaian
dan pembinaan usaha perkebunan. Penilaian ini dimaksudkanuntuk menjaga kesinambungan dan kelangsungan usaha perkebunan sertamemantau sejauh mana
penerima izin telah melakukan dan mematuhikewajibannya. Bagi pelaku usaha perkebunan tahap pembangunan,penilaian dilakukan ProvinsiKabupaten 1 satu
tahun sekali sedangkanusaha perkebunan tahap operasional, penilaian dilakukan setiap 3 tigatahun sekali sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.
07PermentanOT.14022009 tentang Pedoman Penilaian UsahaPerkebunan.
73
73
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian usaha perkebunan dilakukan oleh petugas penilai yang merupakanPegawai Negeri Sipil PNS Dinas yang membidangi Perkebunan yang
telahdilatih dan mendapat sertifikat sebagai Penilai Usaha Perkebunan olehLembaga Pelatihan Perkebunan LPP Yogyakarta. Petugas penilaibertanggung jawab secara
teknis dan juridis terhadap hasil penilaiannya.Aspek yang dinilai dalam penilaian usaha perkebunan meliputi legalitas,manajemen, kebun, pengolahan hasil, sosial,
ekonomi wilayah, lingkungan,serta pelaporan. Hasil penilaian tersebut berupa penentuan kelas kebun bagikebun operasional, yaitu kebun Kelas I baik sekali,
Kelas II baik, Kelas IIIsedang, Kelas IV kurang dan Kelas V kurang sekali.
74
Untuk kebun Kelas I, Kelas II, dan Kelas III mengajukan permohonan untukdilakukan audit agar dapat diterbitkan sertifikat Indonesian Sustainable
PalmOil ISPO. Sedangkan bagi kebun yang tergolong Kelas IV
diberikanperingatan sebanyak 3 tiga kali dengan selang waktu 4 empat bulan dankebun Kelas V diberikan peringatan sebanyak 1 satu kali dengan selangwaktu 6
enam bulan. Apabila dalam jangka waktu peringatan tersebutperusahaan perkebunan yang bersangkutan belum dapat melaksanakansaran tindak lanjut, maka
izin usaha perkebunannya dicabut.
75
Pertanyaan muncul ketika sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit sudah memiliki RSPO, apakah implementasi ISPO wajib dilakukan juga atau tidak. Setelah
dilakukan wawancara dengan Bagian Hukum PT. Rea Kaltim Plantaion mengatakan bahwa : “Setiap perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah memperoleh RSPO
74
Ibid.
75
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
juga wajib mengimplementasikan ISPO”.
76
Pernyataan tersebut didapat dari penilai kebun kelapa sawit yang mendatangi PT. Rea Kaltim Plantation. Hal ini
mengakibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit harus mengeluarkan anggaran yang sama bahkan lebih besar untuk merealisasikan ISPO tersebut. Apabila tidak
dilakukan maka akan dilakukan penurunan kelas kebun. Penurunan kelas kebun sampai kepada kebun Kelas IV dapat berakibat pencabutan Izin Usaha Perkebunan
kelapa sawit. Jelas hal ini merupakan ketidakadilan bagi perusahaan kelapa sawit yang sudah memiliki sertifikasi RSPO.
b. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan untuk mendapatkan sertifikat ISPO meliputi kepatuhanterhadap aspeksegi hukum, ekonomi, lingkungan, dan sosial, sebagaimana diaturdalam
peraturan perundangan yang berlaku, yang disertai dengan sanksi bagi mereka yangmelanggar. Ketentuan ini merupakan serangkaian persyaratan yang terdiridari
prinsip dan kriteria, dan panduan yang dipersyaratkan untuk pengelolaanperkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan Pabrik Kelapa Sawit PKS, sertamemiliki ukuran
yang pasti dan tidak mentoleransi kesalahan.
77
Prinsip dan Kriteria ISPO Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan adalah
78
1. Sistem Perizinan dan Manajemen Perkebunan