juga wajib mengimplementasikan ISPO”.
76
Pernyataan tersebut didapat dari penilai kebun kelapa sawit yang mendatangi PT. Rea Kaltim Plantation. Hal ini
mengakibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit harus mengeluarkan anggaran yang sama bahkan lebih besar untuk merealisasikan ISPO tersebut. Apabila tidak
dilakukan maka akan dilakukan penurunan kelas kebun. Penurunan kelas kebun sampai kepada kebun Kelas IV dapat berakibat pencabutan Izin Usaha Perkebunan
kelapa sawit. Jelas hal ini merupakan ketidakadilan bagi perusahaan kelapa sawit yang sudah memiliki sertifikasi RSPO.
b. Persyaratan Sertifikasi
Persyaratan untuk mendapatkan sertifikat ISPO meliputi kepatuhanterhadap aspeksegi hukum, ekonomi, lingkungan, dan sosial, sebagaimana diaturdalam
peraturan perundangan yang berlaku, yang disertai dengan sanksi bagi mereka yangmelanggar. Ketentuan ini merupakan serangkaian persyaratan yang terdiridari
prinsip dan kriteria, dan panduan yang dipersyaratkan untuk pengelolaanperkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan Pabrik Kelapa Sawit PKS, sertamemiliki ukuran
yang pasti dan tidak mentoleransi kesalahan.
77
Prinsip dan Kriteria ISPO Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan adalah
78
1. Sistem Perizinan dan Manajemen Perkebunan
:
76
Wawancara dengan Bagian Hukum PT. Rea Kaltim Plantation pada 05 November 2012.
77
Sistem Sertifikasi, Penilaian Usaha Perkebunan Sebagai Prasyarat, Lampiran I, Peraturan Menteri No. 19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO.
78
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini, pengelola perkebunan harus memiliki sertifikat tanah, IUP atau IUP-B dan wajib membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah
seluas 20 dari total luas areal kebun yang diusahakan. Selain itu, pengelola perkebunan harus memastikan bahwa penggunaan lahan perkebunan telah sesuai
dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi RUTWP atau Rencana Umum Tata Ruang Wilayah KabupatenKota RUTWK sesuai dengan perundangan
yang berlaku atau kebijakan lain yang sesuai dengan ketetapan yang ditentukan oleh pemerintah.
79
Apabila di dalam areal perkebunannya terdapat Izin Usaha Pertambangan harus diselesaikan terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Artinya,
setiap pengelola perkebunan harus memastikan bahwa lahan perkebunan yang digunakan bebas dari status sengketa dengan masyarakatpetani di sekitarnya.
Apabila terdapat sengketa maka harus diselesaikan secara musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan sesuai dengan peraturan perundangan danatau ketentuan
adat yang berlaku. Dam apabila tidak terjadi kesepakatan, maka penyelesaian sengketa lahan harus menempuh jalur hukum. Perkebunan Kelapa Sawit yang
dikelola tersebut harus mempunyai bentuk badan hukum yang jelas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perkebunan juga harus memiliki perencanaan
jangka panjang untuk memproduksi minyak sawit lestari serta realisasi yang nyata perihal pembangunan kebun dan pabrik. Segala informasi harus diberikan kepada
79
Kriteria 1.1 sampai dengan 1.3 Persyaratan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO, Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian No.
19PermentanOT.14032011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO.
Universitas Sumatera Utara
instansi terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan pemangku kepentingan lainnya terkecuali menyangkut hal yang patut dirahasiakan yang tidak perlu
diberitahukan.
80
2. Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit