BAB III EFEKTIVITAS TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN
ATAS PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG ASING
A. Ketersediaan Sarana dan Prasarana dalam Penindakan Administratif
Proses penegakan hukum baik melalui pendekatan administratif maupun pidana keduanya membutuhkan kesiapan sarana dan prasarana penunjang, dimulai
dari formulasi perangkat aturan hukumnya, kesiapan para pelaksana dilapangan hingga dukungan anggaran yang memadai. Tingkat profesionalisme yang tinggi
haruslah ditunjang dengan sarana dan prasarana perangkat keras maupun lunak yang memadai, sehingga kebijakan dan program diatas kertas dapat diwujudkan
dalam kenyataan sejarah. Dilihat dari sudut sarana prasarana kaimigrasian, Indonesia tertinggal jauh misalnya dari Singapura dan Malaysia.
170
Keimigrasian sebagai salah satu lembaga pelayanan masyarakat merupakan sebuah lembaga yang sering bersinggungan dengan permasalahan
hukum, khususnya yang menyangkut tentang pengaturan lalu-lintas antar negara. Keimigrasian merupakan pos yang cukup rawan bagi terjadinya penyimpangan-
penyimpangan atau pelanggaran-pelanggaran hukum, oleh karenanya untuk memaksimalkan peran dan fungsinya, terutama dalam fungsi sebagai penindak
170
Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan HAM RI, Lintas Sejarah IMIGRASI INDONESIA: Jakarta, 2005, Hal 186-187
Universitas Sumatera Utara
atas pelanggaran baik administratif maupun pidana maka dibutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang memadai.
171
Jika ditinjau materi yang ada pada UU Keimigrasian maka telah mencakup hampir seluruh ketentuan yang terkait dengan permasalahan keimigrasian di
Indonesia. Undang-undang tersebut telah memberikan legitimasi yang kuat bagi para pejabat yang berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan yang dianggap
perlu untuk melindungi negara dari ancaman dan gangguan yang dapat ditimbulkan oleh keberadaan orang asing di negara Indonesia. Fungsi dan peranan
Imigrasi dalam konteks perkembangan dunia saat ini memiliki aspek nasional karena UU Keimigrasian berfungsi mengatur lalulintas orang dan melindungi
kepentingan nasional, sementara aspek internasional dikarenakan mengatur lalu lintas orang asing dengan menggunakan pendekatan kerja sama internasional
dengan berpegang kepada prinsip kedaulatan negara State Souvereignty.
172
Sebagai negara berdaulat, Indonesia memiliki otoritas penuh untuk mengatur sendiri tata kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalamnya
mengatur lalu-lintas orang asing keluar masuk wilayah kedaulatan Negara RI. Namun demikian negara juga tidak dapat menutup diri dari masuknya orang asing
kedalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia, meskipun hal tersebut kadangkala juga dapat berdampak negatif bagi keamanan dan ketertiban nasional.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa interaksi dengan negara asing mutlak diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, IPTEK maupun kebudayaan.
171
Wawancara dengan Friement F.S. Aruan, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, Ketersediaan Sarana Prasarana dan Efektivitas Tindakan Administratif Keimigrasian,
Tanggal 26 Juni 2012
172
Imam Santoso, Op.Cit, Hal 77
Universitas Sumatera Utara
Petugas Imigrasi yang berada pada pos lintas batas keimigrasian mengemban tugas yang cukup berat sebagai pengawal terdepan pintu gerbang
nusantara. Dikatakan cukup berat karena dalam menjalankan tugasnya dituntut memiliki kemampuan teknis, peralatan penunjang kerja, pengetahuan
keimigrasian, keramahan, kemantapan mental serta fisik yang prima. Keterbatasan sarana dan prasarana di pos dan TPI semakin memperburuk pelayanan dan
penegakan hukum keimigrasian di wilayah perbatasan. Permasalah perbatasan bukan persoalan satu atau dua instansi pemerintah saja, tapi merupakan persoalan
bangsa yang perlu diselesaikan secara bersama-sama termasuk oleh Direktorat Jenderal Imigrasi dalam hal pengaturan lalu lintas orang asing keluar dan masuk
wilayah Indonesia.
173
Pemerintah menjalankan pemerintahan, terdiri atas pemerintahan politik dan pemerintahan administratif. Pelaksanaan teknis administrasi negara,
menjalankan pemerintahan dalam arti terbatas dan politik berarti:
174
1. Membuat dan menetapkan peraturan-peraturan yang mempunyai kekuatan
atau sifat undang-undang. Undang-undang adalah setiap peraturan atau ketentuan yang dirumuskan secara umum, abstrak, impersonal dan
imperatif artinya sifat memaksa dan tidak dapat dilawan oleh siapapun
173
Seksi Penyebaran Informasi Direktorat Jenderal Imigrasi, Keimigrasian di Wilayah Perbatasan, Jakarta: Cetakan Pertama, Direktorat Lintas Batas dan Kerja Sama Luar Negeri,
2007, hal 21-22.
174
Sahya Anggara, Perbandingan Administrasi Negara, Bandung: Pustaka Setia, 2012, Hal. 52-53
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan pembinaan terhadap masyarakat negara penertiban,
pemanggilan, pendidikan, penyuluhan dan sebagainya tanpa pandang orang perorangan
3. Menjalankan kepolisian bertindak langsung terhadap setiap pelanggar
undang-undang tanpa pandang bulu 4.
Melakukan peradilan penyelesaian persengketaan hukum, atau membentuk badan pengadilan untuk itu
Oleh karenanya kesiapan sarana dan prasarana dalam mengatur lalu-lintas orang asing dengan berbagai aspek kegiatannya mutlak menentukan efektivitas
dalam rangka penindakan keimigrasian terhadap orang asing yang berada di Indonesia. Hukum keimigrasian juga tidak menutup kemungkinan pengaturan
bagi warga negara Indonesia yang diduga keberadaannya dapat mengganggu keamanan dan ketertiban nasional, tentunya dengan analisa dan pertimbangan
yang objektif dan mendalam. Direktur Jenderal Imigrasi bertanggung jawab menyusun dan mengelola sistem informasi manajemen keimigrasian sebagai
sarana pelaksanaan fungsi keimigrasian di dalam atau di luar Wilayah Indonesia. Ruang lingkup evaluasi pengelolaan manajemen keimigrasian meliputi unsur-
unsur sebagai berikut:
175
1. Evaluasi penelitian kebijakan dan peraturan perundangan-undangan yang
digunakan sebagai pedoman mekanisme dan prosedur pengelolaan manajemen keimigrasian. Hal ini dmaksudkan untuk mengidentifikasi are
175
Iman Santoso, Op.Cit, hal 103
Universitas Sumatera Utara
mana yang perlu diperkuat dan dikembangkan supaya dapat membantu pengelolaan manajemen keimigrasian dn pengawasan lalu lintas manusia.
2. Evaluasi terhadap dokumen-dokumen keimigrasian paspor, visa, izin
tinggal, cap keimigrasian baik dari segi kualitas pengamanan agar tidak mudah dipalsukan termasuk prosedur permohonan, pemberian dan
penolakan permohonan dokumen keimigrasian. Tujuan evaluasi manajemen pengelolaan keimigrasian untuk
meningkatkan kemampuan institusi keimigrasian Indonesia mengantisipasi meningkatnya kejahatan transnasional dengan menerapkan hukum keimigrasian
baik dalam prosedur dan sistem pengawasan arus migrasi melalui peningkatan berbagai hal terutama adalah pembaruan peraturan keimigrasian.
B. Efektivitas Tindakan Administratif dalam Menanggulani Pelanggaran