butuh dukungan biaya besar. Pertimbangan lain adalah kepentingan untuk mempercepat orang asing tersebut dapat segera meninggalkan wilayah Indonesia
sehingga tidak membahayakan bagi kepentingan rakyat dan negara.
178
Jadi tuntutan peradilan yang cepat, sederhana dan murah merupakan suatu hal yang masih sulit untuk dapat dicapai. Dihadapkan dengan sulitnya proses
berperkara, kehilangan tenaga, waktu dan biaya yang akhirnya hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu untuk mengurangi pelanggaran
keimigrasian tersebut, karena disini sanksi ditujukan kepada pelanggarannya. Oleh karena itu, untuk menghemat energi maka pilihan logis dan terbanyak
dilakukan terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran keimigrasian adalah dengan cara TAK berupa penindakan administratif yang dinilai lebih efektif dan
efisien
179
1. Waktu
Dalam pelaksanaan TAK terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran keimigrasian dibutuhkan waktu yang tidak lama tergantung kasus
pelanggaran yang ditindak. Dalam pelaksanaannya sendiri waktu yang dibutuhkan paling lama satu bulan.
Sebagai contoh, kasus dua orang warga Negara RRC yang telah cukup bukti melakukan pelanggaran keimigrasian sebagaimana diatur dalam pasal 71
huruf a Jo. pasal 116 dan pasal 122 UU Keimigrasian. Pelaksanaan TAK sendiri
berlangsung selama 8 delapan hari mulai dari Pelaksanaan Detensi sampai
178
Ibid, Hal. 713
179
Ibid, Hal.714
Universitas Sumatera Utara
Penangkalan. Pelaksanaan Detensi dilakukan dalam rangka proses dan mencari keterangan lanjutan terhadap orang asing tersebut karena diduga melakukan
pelanggaran keimigrasian. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan yang biasa disebut BAP Berita Acara Pemeriksaan, Pengeluaran dari Ruang Detensi Imigrasi untuk
proses Deportasi dan terakhir orang asing bersangkutan diusulkan dicantumkan dalam Daftar Penangkalan Lampiran 3
Tindakan pro justisia cenderung memakan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan TAK. Sebagai contoh, pada tahun 2010 Wong Thiam Yiew
als.Muhammad Adam Wong seorang warga negara Malaysia yang melanggar Pasal 52 UU Keimigrasian UU No.9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian.
Pelaksanaan tindakan pro justisia sendiri berlangsung selama 54 lima puluh empat hari yaitu mulai dari Pendetensian tanggal 25 Januar 2010, Berita Acara
Penyitaan tanggal 8 Februari 2010, BAP Berita Acara Pemeriksaan tanggal 15 Februari, dan pengiriman berkas perkara tersangka A.n Wong Thiam Yiew
als.Muhammad Adam Wong kepada Kepala Kejaksaan Negeri Medan tanggal 19 Maret 2010 lampiran 3
180
Dalam tindakan pro justitia sendiri juga sering dijumpai alasan kekurangan persyaratan formil atau materiil berkas perkara yang telah diserahkan ke
kejaksaan, sehingga berkas perkara dikembalikan oleh Kejaksaan. Keadaan seperti ini tentunya berakibat berkas perkara bisa berlarut-larut atau mondar-
mandir dari penyidik imigrasi kepada penuntut umum atau sebaliknya. Dalam perkara-perkara tertentu penyidik imigrasi juga seringkali mengalami kesulitan
180
Wawancara dengan Friement F.S. Aruan, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, Ketersediaan Sarana Prasarana dan Efektivitas Tindakan Administratif Keimigrasian,
Tanggal 26 juni 2012
Universitas Sumatera Utara
dalam pengumpulan bukti-bukti dan saksi-saksi serta upaya untuk berkoordianasi dengan instansi lain. Terlebih jika tidak didukung dengan dana operasional
langsung, sehingga proses penyelesaian penyidikan yang dapat berjalan selama berbulan-bulan. Keadaan demikian tidak menguntungkan bagi si tersangka, sebab
tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umum, yang selanjutnya berhak segera diadili oleh pengadilan.
181
Dari kedua contoh di atas dapat disimpulka bahwa TAK lebih efektif digunakan bila ditinjau dari segi waktu atau lamanya proses pelaksanaan tindakan,
dimana Tindakan Administratif Keimigrasian hanya membutuhkan waktu pelaksanaan tindakan kurang lebih 8 delapan hari sedangkan tindakan pro
justitia dapat memakan waktu 54 hari atau paling cepat 40 hari dengan catatan dokumen-dokumen orang asing yang bersangkutan lengkap.
2. Biaya