Latar Belakang Masalah Bapak Prof. Sanwani Nasution, SH dan Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lalu lintas atau mobilitas penduduk mempunyai pengertian atau pergerakan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Pergerakan tersebut dapat bersifat sementara maupun menetap seperti mobilitas ulang-alik dan migrasi. Migrasi penduduk terbagi menjadi dua jenis. Pertama, migrasi internasional yaitu perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara. Kedua migrasi intern yaitu migrasi yang terjadi dalam batas wilayah suatu negara. Migrasi Internasional yaitu perpindahan penduduk atau migrasi yang melintasi negaranya atau dari suatu negara ke negara lainnya. Problem migrasi Internasional pada masa sekarang ini telah menjadi persoalan setiap negara, baik negara asal, negara tujuan maupun negara transit. 1 Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian global, akan semakin banyak pula manusia yang mengadakan perjalanan darat, laut dan udara untuk berbagai kepentingan, baik di tingkat domestik maupun internasional. Akibatnya, mobilitas manusia menunjukkan peningkatan yang cukup besar di saat ini dan di masa mendatang. Asumsi ini tidak berarti bahwa aspek lain, seperti ideologi, politik, sosial budaya, dan keamanan tidak berpengaruh pada mobilitas 1 Wagiman, Hukum Pengungsi Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2012. Hal. 55-57 Universitas Sumatera Utara manusia, tetapi saat ini kecenderungan dunia memang lebih ke arah aspek ekonominya. 2 Selain dampak yang menguntungkan, peningkatan mobilitas orang asing OA juga dapat mengandung pengaruh yang merugikan negatif, yang dapat meluas ke pola kehidupan serta tatanan sosial budaya dan berpengaruh pada aspek pemeliharaan keamanan dan ketahanan nasional secara makro. Untuk meminimalisasikan dampak negatif yang timbul akibat orang asing yang keluar, masuk dan tinggal di wilayah Indonesia, keimigrasian harus mempunyai peranan yang semakin besar. 3 Kebijakan Bebas Visa kunjungan Singkat BVKS sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 15 Tahun 1983 tanggal 9 Maret 1983 tentang kebijakan pengembangan kepariwisataan pada awalnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata. Bentuk kebijakan ini merupakan pembebasan dari kewajiban memiliki visa untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Kemudahan ini disadari telah menghambat proses pengawasan terhadap kegiatan dan keberadaan orang asing karena minimnya seleksi terhadap maksud dan tujuan keberadaan orang asing tersebut yang datang ke Indonesia. 4 Negara-negara yang menerima fasilitas BVKS sebanyak 15 negara, yaitu: Thailand, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Phillipina, Hongkong Special Administration Region Hongkong SAR, Macao Special Administration Region 2 M. Imam Santoso, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional,Jakarta: UI-press, 2004, hal. 14 3 Ibid, hal. 2-4 4 Ibid, hal. 205-206 Universitas Sumatera Utara Macao SAR, Chili, Maroko, Peru, Vietnam, Ekuador, Kamboja, Laos dan Myanmar. 5 Kebijakan BVKS yang semula diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengaruh positif terhadap pelaksanaan dan kelancaran pembangunan nasional dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan negara, dalam perkembangannya ternyata menimbulkan ekses yang justru cenderung merugikan kepentingan negara dengan cukup terbukanya bagi pendataan, pekerja, pengusaha asing yang menyalahgunakan fasilitas BVKS. 6 Selanjutnya disamping Kebijakan BVKS pemberian fasilitas Visa On Arrival VoA juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan mobilitas orang asing. Visa On Arrival VoA bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada warganegara dari beberapa negara tertentu subjek VoA dalam rangka kunjungan wisata, sosial, kepentingan bisnis atau tugas kepemerintahan sebagai bentuk upaya meningkatkan arus kedatangan wisatawan mancanegara. Selain itu, dengan adanya fasilitas VoA ini diharapkan hubungan antara Indonesia dan beberapa negara tertentu dapat meningkat berdasarkan asas kemanfaatan dan saling menguntungkan. 7 Negara-negara yang menjadi subjek VOA adalah: Afrika Selatan, Aljazair, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Austria, Bahrain, Belanda, Belgia, Brazil, Bulgaria, Cheko, Cyprus, Denmark, Uni Emirat Arab, Estonia, Fiji, Finlandia, Hongaria, India, Inggris, Iran, Irlandia, Islandia, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, 5 Peraturan Presiden RI Nomor 43 tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 2003 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat. 6 M. Imam Santoso, Op.cit, hal.211 7 http:www.imigrasi.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=686Itemid= 27 , Diakses Tanggal 28 Februari 2012 Pukul 19.35 wib Universitas Sumatera Utara Kanada, Korea Selatan, Kuwait, Laos, Latvia, Libya, Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Maladewa, Malta, Meksiko, Mesir, Monaco, Norwegia, Oman, Panama, Perancis, Polandia, Portugal, Qatar, China, Rumania, Rusia, Saudi Arabia, Selandia Baru, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Suriname, Swedia, Swiss, Taiwan, Tunisia, Turki, Timor Leste dan Yunani. 8 Dengan adanya Kebijakan BVKS dan pemberian fasilitas Visa On Arrival VoA berakibat semakin terbukanya pintu-pintu kedatangan orang asing yang mempengaruhi peningkatan jumlah Tempat Pemeriksaan Keimigrasian TPI di Indonesia yang tidak serta merta didukung peningkatan sumber daya manusia. Sementara pengawasan terhadap orang asing pada saat orang asing tersebut memasuki wilayah Indonesia adalah melalui TPI. Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Indonesia, terdiri dari: 9 1. Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Pelabuhan sebanyak 90 2. Tempat Pemeriksaan Imigrasi di 3. Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Tempat-Tempat Lain Tertentu sebanyak 5 Bandar Udara sebanyak 33 Dalam kurun waktu tahun 2011, Imigrasi telah memberikan pelayanan Keimigrasian di 33 tiga puluh tiga TPI di seluruh Indonesia baik melalui bandar udara ataupun pelabuhan internasional, kepada orang asing sebanyak 6.293.780 pelayanan. 10 8 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-03.GR.01.06 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M-HH-01.GR.01.06 tahun 2010 tentang Visa Kunjungan Saat Kedatangan 9 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusi RI No. : M.HH-02.GR.02.01 Tahun 2009 Tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi 10 http:www.imigrasi.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=668Itemid =175 diakses Tanggal 12 Februari 2012 pukul 18.54 wib Universitas Sumatera Utara Melihat lingkup tugas dan fungsi keimigrasian ada di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan dan kependudukan multidimensional. Dalam konteks lalu lintas dan mobilitas manusia yang semakin meningkat, peran dan fungsi imigrasi sebagai penjaga pintu negara menjadi bagian yang penting dan strategis yaitu meminimalisasikan dampak negatif dan mendorong dampak positif yang dapat timbul akibat kedatangan orang asing sejak masuk, selama berada dan melakukan kegiatan di Indonesia sampai ia keluar wilayah negara. 11 Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas Wilayah Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 12 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian selanjutnya disebut UU Keimigrasian disahkan pada tanggal 5 Mei 2011, menggantikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian untuk memenuhi berbagai perkembangan kebutuhan pengaturan, pelayanan, dan pengawasan di bidang keimigrasian, yang lebih komprehensif serta mampu menjawab tantangan yang ada. 13 Keberadaan orang asing di suatu negara menjadi tanggung jawab dari negara dimana orang asing itu berada, sedang negara dari orang asing tersebut juga mempunyai tanggung jawab melindungi warganya yang berada di negara lain. Keberadaan orang asing di suatu negara dapat dilihat dari sah tidaknya izin tinggal yang dimiliki oleh orang asing tersebut selama yang bersangkutan berada 11 M. Imam Santoso, Op.cit, hal.45-46 12 Konsideran UU Keimigrasian huruf a 13 Ibid Universitas Sumatera Utara di negara itu. Kegiatan orang asing selama berada di suatu negara lain dapat melakukan kegiatan berupa: 14 1. Kegiatan yang sesuai dengan izin yang diberikan dan sesuai dengan maksud kedatangannya di wilayah negara yang didatangi; 2. Kegiatan yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan dan maksud kedatangannya; 3. Kegiatan yang merugikan atau membahayakan negara yang didatangi. Untuk menjamin kemanfaatan orang asing dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan negara, keamanan dan ketertiban umum serta kewaspadaan terhadap dampak negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar negara, keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia, dipandang perlu melakukan pengawasan bagi orang asing. 15 Orang asing yang masuk, keberadaan, kegiatan dan keluar dari wilayah Indonesia dapat menimbulkan 2 dua kemungkinan yakni : Pertama, orang asing mentaati peraturan yang berlaku dan tidak melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, hal ini tidak menimbulkan masalah keimigrasian maupun kenegaraan. Kedua, orang asing tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, hal ini menimbulkan masalah dan dapat dikenakan tindakan hukum. 16 14 Moh.Arif, Keimigrasian di Indonesia, suatu Pengantar, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman, 1997, hal. 104-105 15 Arief Rahman Kunjono, Illegal Migran dan Sistem Keimigrasian Indonesia :Suatu Tinjauan Analisis, Jakarta: Direktorat Jendral Imigrasi, 2002, hal. 28. 16 Wahyudin Ukun, Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian, Jakarta: PT. Adi Kencana Aji, September 2004, hal. 4 Universitas Sumatera Utara Jumlah pelanggaran di Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian, Direktorat Jenderal Imigrasi selama periode Januari sampai dengan Desember 2011 tercatat mencapai 570 pelanggaran. Jumlah Pelanggaran Keimigrasian yang paling banyak dilakukan adalah warga negara kebangsaan RRC 233 pelanggaran, Taiwan 126, Timor leste 30, Belanda 19, Malaysia 16, Korea selatan 11, Inggris 9, Jerman 9, Vietnam 8 dan Amerika 7 pelanggaran, seperti yang diuraikan pada Tabel 1.1 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Rekapitulasi Data Pelanggaran Keimigrasian Per Kebangsaan Periode Bulan Januari sd Desember 2011 Sumber: Dit.Nyidakim, Direktorat Jenderal Imigrasi Jalan H. R. Rasuna Said Kav. 8-9 Jakarta Selatan. Direktorat Jenderal Imigrasi telah melakukan Tindakan Administratif Keimigrasian selanjutnya disebut TAK kepada orang asing yang melanggar UU Universitas Sumatera Utara Keimigrasian di Wilayah Republik Indonesia sejumlah 2.423 orang, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut: 17 Tabel 1.2 Data Pelanggaran Keimigrasian Per Tanggal 13 Desember 2011 No Jenis kasus Jumlah 1 Pelanggaran Keimigrasian 1.730 2 Ilegal Imigran 693 Total 2.423 Sumber: Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM RI Jalan H. R. Rasuna Said Kav. 8-9 Jakarta Selatan. Untuk kepentingan supremasi dan penegakan hukum serta menjaga kewibawaan negara, maka terhadap orang asing yang menyalahgunakan izin keimigrasian dikenakan TAK. Tindakan Administratif Keimigrasian sebagaimana ditegaskan dalam UU Keimigrasian adalah sanksi administratif yang ditetapkan pejabat imigrasi terhadap orang asing di luar proses peradilan. 18 Jika dikaitkan dengan ilmu hukum yang menjadi induknya, hukum keimigrasian adalah bagian dari ilmu hukum kenegaraan, khususnya merupakan cabang dari hukum administrasi negara administratiefrecht. Hal ini terlihat dari fungsi keimigrasian yang dilaksanakannya, yaitu fungsi penyelenggaraan pemerintahan atau administrasi negara bestuur dan pelayanan masyarakat publiek dienst; bukan fungsi pembentuk undang-undang wetgever dan bukan juga fungsi peradilan rechtspraak. 19 Masalah keimigrasian merupakan sebagian kebijakan organ administrasi negara yang melaksanakan kegiatan pemerintahan administrasi negara. 17 http:www.imigrasi.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=668itemid =175 Diakses Tanggal 12 Februari 2012 Pukul 18.54 Wib 18 Pasal 1 Butir 31 UU Keimigrasian. 19 M. Imam Santoso, Op.Cit, hal. 39 Universitas Sumatera Utara Kebijakan yang dimaksud adalah gambaran dari perbuatan hukum pemerintah overheids handeling. Yang dilakukan negara dalam keadaan bergerak staat in beweging. Sebagai contoh adalah kewenangan imigrasi untuk menangkal dan mencegah orang asing yang hendak masuk atau keluar Wilayah Indonesia. 20 Tindakan Administratif Keimigrasian dapat berupa: 21 a. Pencantuman dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan; b. Pembatasan, perubahan, atau pembatalan Izin Tinggal; c. Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia; d. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia; e. Pengenaan biaya beban; danatau f. Deportasi dari wilayah Indonesia. Untuk menghadapi ekses dari arus pergerakan manusia lintas negara, Imigrasi sebagai aparatur dalam mengatur lalulintas orang keluar masuk Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di Indonesia, mulai melakukan secara intens dan berkelanjutan tindakan penegakan hukum yang lebih kearah represif dan bukan hanya preventif. 22 Tindakan yang bersifat preventif semata-mata diupayakan pada saat Imigrasi melaksanakan fungsi pelayanan. Namun ketika sedang melaksanakan fungsi keamanan dan penegakan hukum, tidak bisa tidak tindakan represif harus lebih diperkuat meskipun pelaksanaannya tidak dilakukan melebihi wewenang. 20 Ibid, hl. 39 21 Pasal 75 Ayat 2 UU Keimigrasian 22 M. Imam Santoso, Op.Cit, hal. 121 Universitas Sumatera Utara Tindakan yang bersifat represif dapat dilaksanakan dalam TAK serta tindakan yustisial . 23 Oleh karena itu penting untuk dikaji lebih dalam secara hukum, tentang permasalahan TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN.

B. Perumusan Masalah