43
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Mengenal Kota Medan
2.1.1 Sejarah Kota Medan
Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara.Kota ini merupakan kota terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan merupakan
pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata seperti Kota Brastagi di
dataran tinggi Tanah Karo, penangkaran orangutan di Kabupaten Langkat dan Danau Toba di Kota Prapat.Kata Medan berasal dari bahasa Karo yaitu
meudan yang berarti sembuh.Hal ini dikarenakan Guru Patimpus yang merupakan seorang tabib penyembuh pada zamannya saat Kota Medan
masih merupakan sebuah perkampungan. Keberadaan Kota Medan ini tak lepas dari sejarah yang panjang,
dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1950.Kota Medan berkembang semenjak Guru
Patimpus membangun kampung tersebut.Guru Patimpus adalah seorang putra ber-etnis Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan putri Datuk Pulo
Berayan. Dalam bahasa Karo, kata “Guru” berarti tabib atau orang pintar,
kemudian kata “Pa” merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan
sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bungkus atau
balut. Dengan demikian maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai
Universitas Sumatera Utara
44
seorang tabib atau orang pintar yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang
bawaannya
26
. John Anderson, orang Eropa yang pertama kali mengunjungi daerah
Deli pada tahun 1833, menemukan sebuah perkampungan yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan pemimpin daerah itu
bernama Tuanku Pulau Berayan, sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang
menepi di daerah sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota dan setahun berikutnya residen rumah pemerintahan
Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Kota Medan. Pada tahun 1909, Medan menjadi kota penting di luar pulau Jawa, terutama setelah pemerintah
kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, 2 orang pribumi dan
seorang ber-etnis Tionghoa
27
. Diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, terdapat dua gelombang
migrasi besar ke Kota Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang- orang ber-etnis Tionghoa dan etnis Jawa sebagai buruh kontrak
perkebunan.Tetapi setalah tahun 1880, perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari
meninggalkan perkebunan dan sering melakukan kerusuhan.Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai buruh di
26
http:id.wikipedia.orgwikimedan.html. Diakses pada tanggal 5 Mei 2016
27
http:pemko,medan.go.idselayang_informasi.php. Diakses pada tanggal 15 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
45
perkebunan.Orang-orang Tionghoa bekas buruh kemudian di dorong untuk mengembangkan sektor perdagangan.Gelombang kedua ialah kedatangan
orang ber-etnis Minangkabau, Mandailing dan Aceh.Mereka dating ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang,
menjadi guru dan ulama. Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan
No. 342 tanggal 25 Mei 1971 yang waktu itu dijabat oleh Drs. Sjoerkani dibentuklah Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Medan. Duduk sebagai Ketua
adalah Prof. Mahadi, S.H, Sekretaris Syahruddin Siwan, M.A, Anggotanya antara lain Ny. Mariam Darus, S.H dan T.Luckman, S.H
28
. Untuk lebih mengintensifkan kegiatan kepanitiaan ini dikeluarkan lagi
Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No.618 tanggal 28 Oktober 1971 tentang Pembentukan Panitia Penyusun Sejarah
Kota Medan dengan Ketuanya Prof.Mahadi, SH, Sekretaris Syahruddin Siwan, M.A dan anggotanya H. Mohammad Said, Dada Meuraxa, Letkol.
Nas Sebayang, Nasir Tim Sutannaga, M.Solly Lubis, S.H, Drs.Payung Bangun, M.A dan R. Muslim Akbar.
DPRD Kota Medan sepenuhnya mendukung kegiatan kepanitiaan ini sehingga merekapun membentuk Pansus yang diketuai M.A. Harahap, dengan
anggotanya antara lain Drs. M. Hasan Ginting, Ny. Djanius Djamin, S.H, Badar Kamil, B.A dan Mas Sutarjo.
28
http:id.wikipedia.orgwikimedan.html. Diakses pada tanggal 5 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
46
Untuk sementara disebutlah nama Guru Patimpus sebagai pembuka sebuah kampung di pertemuan dua sungai babura dan sungai deli, disebuah
kampung yang bernama Medan Puteri. Walau sangat minim data tentang Guru Patimpus sebagai pendiri Kota Medan. Jikapun ada, konon pernah ada
manuskrip Pustaha Hamparan Perak yang konon menyebut nama Guru Patimpus, meski manuskrip itu tidak pernah dilihat keberadaannya oleh tim
perumus. Maka ditetapkan berdasarkan prakiraan bahwa tanggal 1 Juli 1590
diusulkan kepada Walikota Medan untuk dijadikan sebagai hari jadi Medan dalam bentuk perkampungan, yang kemudian dibawa ke Sidang DPRD
Tingkat II Medan untuk disahkan. Berdasarkan Sidang DPRD tanggal 10 Januari 1973 ditetapkan bahwa usul tersebut dapat disempurnakan.
Sesuai dengan hal itu oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Medan mengeluarkan Surat Keputusan No.74 tanggal 14 Februari 1973 agar
Panitia Penyusun Sejarah Kota Medan melanjutkan kegiatannya untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Berdasarkan perumusan yang
dilakukan oleh Pansus Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh M.A.Harahap bulan Maret 1975 bahwa tanggal 1 Juli 1590
29
.
29
https:id.wikipedia.orgwikiKota_Medan. Diakses pada tanggal 5 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
47
2.1.2. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik A.