137
Dari gambar skema diatas dapat disimpulkan bahwa sistem kaderisasi memainkan fungsi ganda yaitu juga sebagai fungsi politik. Sistem kaderisasi
PKS memiliki dua cara yaitu secara kolektif jama’i dan secara personal
fardhi. Dari proses penjaringan kolektif akan menghasilkan yang layak diajak untuk bergabung lebih jauh di PKS. Namun jika calon kader serius
tahap awal yang harus diikuti adalah tarbiyah.Tarbiyahyang juga sebuah mekanisme dalam pendidikan di PKS yang memiliki 6 sarana seperti
halaqahliqo, ta’limtatsqif, mukhayyam, daurah, mabit dan rihlah berperan penting sebagai wadah untuk menempah kader-kader yang memiliki loyal,
serius, solid dan militan. Pola kaderisasi yang memiliki tiga jenis seperti melalui organisasi
underbrow afiliasi, pengkaderan formal semua mengarah ke pola kaderisasi tarbiyah, karena tarbiyah bagaikan sebuah wadah dan mekanisme yang harus
dilalui untuk
para calon
kader untuk
masuk menjadi
kader PKS.Murabbimerupakan aktor yang mengeksekutor mekanisme tarbiyah
yang sebelumnya kita ketahui bersama bahwa murabbi ialah mereka-mereka yang telah menjadi kader senior di PKS minimal kader tingkat
mua’yyin anggota muda Kota Medan.
4.3 Sang Murabbi, Tokoh Sentral di PKS
Murabbi berasal dari bahasa Arab yang artinya “guru”, dan secara
harfiah dalam internal PKS, istilah murabbi adalah orang yang memimpin jalannya halaqah pengajian kelompok, menthoring, usrah,
ta’lim dan
Universitas Sumatera Utara
138
sejenisnya baik laki-laki maupun perempuan. Di kalangan beberapa aktivis dakwah, murabbi disebut juga dengan ustadz,menthor, pembina, dan qiyadah
pemimpin. Apapun istilahnya, murabbi berperan strategis untuk menumbuhkan kader-kader dakwah yang berkualitas. Hal ini sudah
dibuktikan oleh berbagai kelompok pergerakan islam harakah diseluruh dunia, khususnya di Timur Tengah.
Namun dalam realitanya, menjadi murabbi bukanlah pekerjaan yang mudah.Ada berbagai kendala dan persoalan yang menghadang seseorang
untuk menjadi murabbi sukses. Harus ada kemampuan khusus yang harus dimiliki oleh seorang murabbi, antara lain:
1. Kemampuan berbahasa Arab, tentu menjadi ideal apabila murabbi
mampu berbahasa Arab, karena sumber agama Islam berbahasa Arab, yaitu Al-
Qur‟an. Selain itu berbagai rujukan standard keislaman juga berbahasa Arab. Apabila murabbi memiliki kemampuan berbahasa
Arab, diharapkan akan menjadi akselarator bagi para binaannya mutarabbi dalam memahami Islam.
2. Kemampuan berbahsa Indonesia, bahasa komunikasi dalam kegiatan
tarbiyah adalah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi murabbi untuk memahami kaidah berbahsa. Dengan kemampuan
berbahasa ini, akan memudahkan murabbi menyampaikan pesan materi dalam halaqahliqo. Semakin banyak kosa kataserta gaya
bahasa yang dikuasai murabbi, semakin menari dalam pembicaraan di lingkaran halaqahliqo.
Universitas Sumatera Utara
139
3. Kemampuan menulis dengan huruf Arab. Selain karena diantara
materi-materi tarbiyah menggunakan bahsa Arab, lewat tulisan Arab tersebut tarbiyah juga menumbuhkan kedekatan perasaan mutarabbi
terhadap khazanah kebudayaan dan kebudayaan Islam. 4.
Kemampuan menulis dengan huruf latin. Diantara materi tarbiyah ada yang disampaikan dalam bahsa Indonesia, sehingga murabbi perlu
menuliskannya di papan tulis. Tulisan yang bagus dan mudah dibaca akan membantu mutarabbi memahami isi materi. Murabbi yang
tulisannya kurang bagus harus berlatih lagi agar disenangi oleh mutarabbi.
5. Kemampuan Berbicara. Hendaknya murabbi mampu berbicara dengan
teratur, logis sistematik dan mudah dipahami. Kelemahan murabbi dalam hal berbicara antara lain: terlalu cepat dalam berbicara, tidak
jelas vokal atau ucapannya, volume suara yang kurang, atau terlalu banyak jeda. Murabbi dituntut mampu berbicara tidak terlalu cepat
dan tidak terlalu lambat, dan harus memiliki intonasi suara yang tepat. 6.
Kemampuan beretorika. Retorika dalam berbicara didukung oleh beberapa hal, diantaranya adalah vokal yang jelas, intonasi yang tepat,
nada suara yang enak, mimik wajah yang sesuai dan teoritis yang dapat menghubungkan permasalahan dengan penyelesaian masalah
dalam suatu pembicaraan. 7.
Kekampuan mendengarkan pembicaraan. Murabbi harus siap mendengarkan masukkan, pertanyaan, atau bahkan kritikan dari para
Universitas Sumatera Utara
140
mutarabbi. Murabbi bukanlah seorang pembicara yang hanya berbicara, ia adalah seorang Pembina, yang berbicara pada suatu
kesempatan, dan pada kesempatan yang lain ia mendengarkan pembicaraan mutarabbi. Murabbi harus bias sebagai pendengar yang
baik terhadap permasalahan para mutarabbinya. 8.
Kemampuan menyegarkan suasana. Kadang-kadang suasana di forum trabiyah dapat menjadi tegang, padahal pada saat itu sedang
membicarakan hal-hal yang ringan-ringan saja. Suasana yang monoton seperti ini kurang kondusif bagi mutarabbi. Oleh karena
itulah diperlukan inisiatif murabbi untuk menyegarkan suasana disaat forum mulai terasa penat dan jenuh. Oleh karena itu peran murabbi
dapat menyuguhkan humor-humor ringan, dan anekdot cerdas. 9.
Kemampuan Bercerita. Kemampuan murabbi bercerita secara baik menjadi daya tarik tersendiri untuk para murabbi. Contohnya sejarah
Nabi Muhammad menyebarkan agama Islam dan pergerakan- pergerakan sahabat-sahabat setelah Nabi Muhammad wafat, dan
kejayaan Islam pada zaman kejayaan umat Islam pada dinasti Abbasiah, dan Utsmani.
10. Kemampuan Memimpin Forum. Kadang-kadang dalam forum syuro
atau diskusi terjadi kemacetan pembicaraan atau didominasi oleh satu orang saja. Murabbi harus mampu memimpin forum sehingga forum
menjadi hidup dan terarah. Murabbi perlu memiliki kecakapan untuk mengarahkan
forum sehingga
seluruh mutarabbi
memiliki
Universitas Sumatera Utara
141
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengeksplorasi gagasan serta ide-idenya.
11. Kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah.
Tatkala pada diri mutarabbi mulai muncul keterbukaan misalnya ia mulai bercerita tentang permasalahan pribadi kepada murabbi,
murabbi harus meresponnya misalnya dengan berempati sekaligus membantu mencari alternatif pemecahan permasalahannya. Murabbi
tidak boleh mengelak dari berbagai permasalahan hidup mutarabbi saat berkeluh kesah.
Sebagai partai
yang sentralistik,
PKS memberikan
wewenangnya untuk memilih sendiri individu-individu yang memiliki kriteria menjadi murabbi kepada setiap DPW, DPD, DPC hingga
DPRa. Pak Hamzah Sagimun mengatakan: “Semua diserahkan ke masing-masing struktur
kepengurusan DPC dan DRRa dalam menentukan seorang murabbi, lalu dikoordinasikan kepada SPO
Studi Pengelolaan Halaqah yang menaungi 3 teritorial lalu ke DPD minimal ia telah mengikuti
liqo selama enam bulan dan memiliki saqofah pengetahuan materi tarbiyah dengan baik dan
mempuni gak lihat latar belakang pekerjaan dia apa, yang paling penting dia memiliki pengalaman
dakwah yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
142
Menurut Pak Hamzah Sagimun, seorang murabbi juga memiliki 5 fungsi utama di dalam PKS antara lain:
1. Sebagai seorang pemimpin qiyadah. Murabbi memiliki fungsi
sebagai pemberi arahan kepada kaderbinaanya dalam berbagai kegiatan tarbiyah dan bahkan dalam melakukan aksi demonstrasi.
2. Sebagaida’i penasihat. Fungsi ini sebagai sama halnya seperti tokoh
agama, memberi nasihat, ceramah kepada para kaderbinaannya. 3.
Sebagai orangtua. Murabbi juga dapat dikatakan sebagai orangtua kedua bagi para kaderbinaanya. Membimbing, menasehati,
memberikan jalan keluar suatu masalah kepada kaderbinaannya. 4.
Sebagai mu’allimguru. Seorang murabbi juga memiliki tugas membimbing, mendidik dan mentransformasikan ilmu-ilmunya
khususnya selama proses tarbiyah. 5.
Fungsi politik. Dalam fungsi ini murabbi juga sebagai ujung tombak dalam perekrutan kader-kader baru untuk ikut dan ambil bagian dalam
PKS dan menentukan kader-kader yang memiliki kualitas untuk maju menjadi seorang calon legislatif.
Untuk catatan terakhir, seorang murabbi tidak memandang latar belakang seseorang baik dari sisi pekerjaan, umur, pendidikan dan suku, dan ia juga
merupakan kader PKS asalkan ia telah menguasai materi kader pemula. Untuk di Kota Medan sendiri, ada beberapa masalah dalam penyebaran
murabbi yang memiliki komptensi yang kurang memadai seperti di daerah- daerah kecamatan yang jauh dari kota seperti Medan Belawan, Medan
Universitas Sumatera Utara
143
Tuntungan dan Medan Marelan serta kelurahandesa sebagian besar kecamatan yang disebut sebelumnya. Hal ini disebabkan karena kemauan
seorang murabbi lemah, akomodasi danamurabbi yang terbatas dan kurang bisa berbaur dengan beberapa budaya masyarakat yang apatis dan lingkungan
budaya yang memiliki banyak masalah sosial seperti narkoba, perjudian dan premanisme di daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
144
BAB V Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kaderisasi
Dari hasil wawancara penelitian, ada beberapa fakor seseorang secara kemungkinan besar dapat di rekrut menjadi kader dan pengalaman saya yang
juga sebagai insider PKS di Kota Medan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
5.1 Faktor Agama
Agama atau religi mengacu kepada definisi Durkeim edisi terj. 2011: 49, merupakan sekumpulan keyakinan dan praktek yang berkaitan dengan
sesuatu yang sacred rahasia.Salah satu konsep yang biasanya dipandang menjadi karakteristik dari segala sesuatu yang religius adalah konsep
supranatural.Konsep yang supranatural ini di definisikan oleh Durkeim sebagai tatanan hal ihwal yang berada di luar kemampuan pemahaman
manusia, sebagai dunia misteri dan tidak dapat diketahui atau tidak dapat ditangkap akal dan indera manusia.
Bangsa Indonesia, berdasarkan ideologi Pancasila, mengakui 5 agama. tetapi dengan adanya lebih dari 5000 suku bangsa, maka suatu fakta adalah
bahwa di negara kita sekurang-kurangnya ada sekian banyak kepercayaan pula yang tak dapat kita abaikan demikian saja dan bahwa dalam semua
agama di Indonesia tentu ada sebagian yang tidak mengikuti dengan tepat ajaran yang resmi.
Universitas Sumatera Utara