b. Gambaran umum responden
Responden bernama lengkap RL dan biasa dipanggil ibu I. RL berusia 49 tahun dan merupakan anak ke tiga dari sembilan bersaudara. Jumlah saudara laki-
laki sebanyak empat orang dan saudara perempuan sebanyak lima orang. Orangtua laki-laki RL sudah meninggal, jadi RL tinggal dengan ibundanya. RL
tinggal di Medan dan bekerja di sebuah klinik yang ada di kota Medan. Pekerjaan RL adalah sebagai seorang staf bagian kredit di klinik tersebut. RL bersuku
Minang dan kampungnya berada di Padang Pariaman. RL pernah menjalani hubungan romantis dengan lawan jenis dimana
hubungan romantis yang dijalani RL dan pria tersebut adalah persahabatan yang begitu dekat. Hubungan RL dan pria tersebut telah disetujui oleh orangtuanya.
Akan tetapi pria tersebut sudah meninggal dunia pada tahun 1987. RL sering menghabiskan waktu bersama lawan jenisnya tersebut dengan melakukan
kegiatan-kegiatan seperti belajar, makan, jalan-jalan dan mengobrol. RL sangat dekat dengan keponakan-keponakannya. Sering kali jika pergi
berlibur RL mengajak keponakan-keponakannya untuk ikut dengannya. Terkadang RL juga mengurusi kebutuhan keponakan-keponakannya tersebut
karena RL sangat menyayangi keponakannya dan sudah menganggap mereka sebagai anak RL sendiri. Salah satu keponakan RL diangkat menjadi anak
angkatnya. Keponakan RL yang telah menjadi anak angkatnya tersebut berusia lima tahun dan berjenis kelamin laki-laki.
Hari-hari RL dihabiskan untuk mengurusi keponakan dan keluarganya. Terkadang RL tidak memiliki waktu untuk memikirkan dirinya sendiri karena
Universitas Sumatera Utara
terlalu banyak hal yang harus diurusi oleh RL termasuk pekerjaan dan keluarga. RL kurang begitu dekat dengan tetangganya karena waktu yang sering dihabiskan
oleh RL kebanyakan di tempat kerja dan di rumah.
c. Hidup melajang
Hidup melajang bukan merupakan hal yang buruk bagi RL. RL kebanyakan menikmati status lajangnya.
“Maksudnya kita ya hidup ibu itu sekarang udah happy aja.” R2.W1.b.123-125.h.3
Kehidupan melajang bagi RL tidak selalu buruk. Bagi RL sekarang waktunya untuk menikmati status tersebut karena menawarkan beberapa keuntungan dalam
menjalani status lajang tersebut. “Kalo udah berkeluarga kan susah, gak bisa kayak gini, gak bisa kayak gitu,
kalo udah berkeluarga kan setiap saat harus mikirin ini itu, mikirin keluarga…”
R2.W1.b.480-485.h.10
“...bebas kita, gak terikat apa-apa… Pokoknya kita bisa bantu keluarga kita.…”
R2.W1.b.489-490, 492-493.h.11
”…Kalo kami ya enak, mau kemana aja bisa…” R2.W1.b.662-663.h.14
Keuntungan melajang yang dirasakan oleh RL adalah kebebasan untuk melakukan apa saja yang diinginkan dan tidak terikat pada apapun terutama
mengurusi keluarga. RL juga merasakan enaknya hidup melajang karena RL tidak harus memikirkan hal lain jika sedang pergi ke tempat lain dan tidak harus
memikirkan keluarga yang biasa dipikirkan oleh dewasa madya yang menikah lainnya. RL juga bebas untuk membantu keluarganya sendiri dan tidak perlu
Universitas Sumatera Utara
meminta izin orang lain jika ingin membantu keluarga tersebut yang biasa dirasakan oleh orang dewasa yang menikah. Apalagi RL hidup sendiri dan
bekerja, otomatis waktu dan uang bisa mencukupi untuk membantu keluarga. RL menjalani kehidupan melajang tidak hanya berpikir bahwa kehidupan
melajang yang sekarang disandangnya merupakan takdir Tuhan yang diberikan kepadanya.
Beberapa hal yang menyebabkan RL hidup melajang adalah karena sesuatu hal. RL tidak ingin menikah jika calon pasangannya tidak memiliki pekerjaan
yang tetap. RL hidup melajang karena belum menemukan seseorang yang cocok untuk dijadikan pasangan hidup, seseorang yang belum memenuhi kriteria
pasangan yang diinginkannya. RL tidak mau memaksakan bahwa ia harus menikah sesuai dengan umur yang ditentukan karena RL masih ingin mengikuti
kata hatinya sendiri. “…ditanyain kok gak ada gitu, ya gimana la, orang gini, ada sih yang mau,
ada yang mau sama ibu itu ada, tapi ibu yang gak mau, ibu termasuk yang milih la gitu, maksudnya kita kan gak bisa memaksakan, kalaupun ada yang
suka sama kita tapi kalo kita gak suka ya gimana. Ya kita maunya yang mapan ya…”
R2.W1.b.82-92.h.2 “…ibu gak mau, menentang, karena kerjanya gak jelas, kalo kerjanya gak
jelas ibu gak mau, ibu kan mesti tau kerjanya apa? Dimana? Gitu ibu. R2.W1.b.100-105.h.2
RL memiliki pemikiran dimana hidup melajang itu menawarkan fleksibilitas dan kebebasan. Faktor tersebut dipandang RL sangat berpengaruh dalam
kehidupan melajang yang dijalaninya sekarang. Apalagi karir RL yang sedang naik-naiknya dan pekerjaan RL yang menyita waktu yang banyak.
Universitas Sumatera Utara
“Kerjaan yang ibu sibukkan, ibu gila kerja… ibu dulu nomer satu itu kerja.
Jadi gak terasa gitu.Karena kan ibu mikir kan, sendiri dulu lah, karena kan kalo kita merit nanti repot gitu ya.”
R2.W1.b.458-459,461-466.h.10 “Kalo udah berkeluarga kan susah, gak bisa kayak gini, gak bisa kayak gitu,
kalo udah berkeluarga kan setiap saat harus mikirin ini itu, mikirin keluarga.” R2.W1.b.480-485.h.10
“Ya kalo yang sukses rumah tangganya senang saya, ya kepingin juga kalo aku kayak gini, gitu kan enak juga, tapi kalo liat yang gak sukses, saya mikir
“Ah, mending kayak gini.” Karena gimana ya? Kayak gitu lah kehidupannya. Sama ya, karena ada kawan ibu ya, kami sama-sama lajang, karena kan kami
satu harian di sini ya, kadang kami berpikir sama-sama, “mending kita ya, kayak gini ya.””
R2.W1.b.502-515.h.11
Status lajang dewasa madya tidak hanya disandang RL saja di tempat kerjanya, tetapi ada beberapa orang yang memiliki status lajang yang sama
dengan RL. Oleh sebab itu RL dapat melihat dan membandingkan bagaimana sulitnya kehidupan berkeluarga jika dibandingkan dengan kehidupan lajang.
Teman-teman RL yang memiliki status yang sama merupakan pendukung bagi RL untuk berpikir bahwa status lajang tidaklah selalu menawarkan efek negatif.
“Ya udah, kan ada tu kami yang sebaya yang masih lajang ada empat lagi tu, ya udah kita kek gini happy aja.”
R2.W2.b.447-450.h.10
Meskipun demikian status lajang yang dijalani RL tidak selalu berjalan mulus. Terdapat beberapa reaksi dan penilaian masyarakat terhadap status kelajangannya.
Masyarakat memandang bahwa RL termasuk orang yang selektif dalam pemilihan pasangan sehingga RL tidak juga mendapatkan jodoh. Hal ini mengakibatkan
orang-orang sekitar termasuk keluarga ingin membantu RL untuk mendapatkan jodohnya. Akan tetapi, tanggapan RL terhadap hal tersebut mengisyaratkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
RL tidak ingin dipaksa dalam memilih pasangan. RL hanya ingin orang yang memenuhi kriteria RL sendiri.
“Kan gitu, ada sampe dijodohkan gitu ibu gak mau.” R2.W2.b.93-95.h.3
“Kadang ya, ada juga la ya kan, sampai mereka bilang “Apa lagi, pilih-pilih kali..” “Ah, udah diem” hahaha, saya bilang gitu. Namanya kan yang tua yang
digituinnya, ya udah lah dibilangnya “Ah udah lah, takut aku jadinya.” Hahahaha.”
R2.W2.b.409-416.h.9
d. Kesepian