Dinamika kesepian Responden I

dalam DeGenova, 2008 adalah terkadang S merasa mengalami kesulitan ekonomi. Menurut Jana Darrington dkk 2005, jenis dari S yang menjalani status lajang adalah individu yang menikmati gaya hidup tersebut. Hal ini terjadi karena S merasakan keuntungan dari hidup melajang tersebut. S juga telah melakukan tugas yang berkaitan dengan perubahan minat dimana S berasumsi bertanggung jawab pada minat dan waktu luang yaitu orientasi kedewasaan dan tempat kegiatan. Akan tetapi terkadang S merupakan individu yang tidak puas dengan kehidupan lajang yang dijalaninya karena ketidakcukupan personal dan situasional.

b. Dinamika kesepian

Kesepian merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan emosi-emosi negatif dan perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki seseorang serta adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diharapkan dengan ketersediaan hubungan yang dimiliki. S merasakan perasaan kesepian dimana terdapat emosi-emosi negatif dan perasaan yang dirasakan tersebut merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dalam hubungan sosial S dengan orang lain. Bentuk kesepian yang dirasakan oleh S adalah isolasi emosional. Weiss dalam Santrock, 2003 menyatakan bahwa isolasi emosional adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika seseorang tidak memiliki ikatan hubungan yang intim dengan seseorang. Hal ini berarti orang dewasa lajang mengalami isolasi Universitas Sumatera Utara emosional. S merasa bahwa hubungan sosial yang dijalani sudah terintegrasi dimana S sering ikut berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang melibatkan adanya kebersamaan, aktivitas yang terorganisasi, dan peran-peran yang berarti. Hal ini terbukti dalam wawancara dimana S bekerja di sebuah wisma yang menuntut interaksi sosial yang intens dan melakukan aktivitas yang terorganisasi dimana S mengurusi beberapa kegiatan yang dijalankan oleh organisasi-organisasi di wisma tersebut dan mengurusi segala kegiatan di luar organisasi. Young dalam Weiten Lloyd, 2006 menyatakan bentuk kesepian berdasarkan durasi kesepian yang dialami S adalah transcient loneliness dimana perasaan kesepian yang dialami singkat dan muncul sesekali. Hal ini terjadi karena S memiliki kehidupan sosial yang cukup layak. Hal tersebut terbukti dalam wawancara dimana S banyak merasakan perasaan-perasaan kesepian tersebut dalam waktu yang singkat. Sejalan dengan itu, penyesuaian pekerjaan pada S terdapat kondisi yang menunjang kepuasan kerja pada usia madya yakni adanya kesempatan untuk aktualisasi diri dalam bekerja, hubungan baik dengan sesama pegawai, aman dengan pekerjaan. Hal tersebut juga sejalan pada penyesuaian diri S dengan hidup sendiri dimana wanita lajang pada usia madya menyesuaikan pola hidup dengan tepat dan perhatian ke pekerjaan. Oleh karena itu perasaan kesepian yang dirasakan S dapat teralihkan kepada hal-hal di atas. Shaver dkk dalam Wrightsman, 1993 menyatakan tipe kesepian berdasarkan sifat kemenetapannya yang dirasakan S adalah state loneliness dimana kesepian yang dirasakan bersifat temporer dan tidak menetap. Hal ini juga dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara kehidupan sosial S yang baik. Pekerjaan S yang menuntut interaksi sosial yang tinggi juga mempegaruhi serta keadaan ekonomi yang cukup untuk kehidupan S. Perasaan S ketika mengalami kesepian bermacam-macam. S merasakan desperation putus asa, takut, merasa ditinggalkan, mendapat kecaman atau kritik, impatient boredom bosan, ingin berada di tempat lain, marah, self- deprecation merasa tidak aman dan nyaman, depression sedih, menyesali diri, berharap memiliki seseorang yang spesial. Perasaan-perasaan yang S rasakan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal dan perasaan yang satu bisa menyertai perasaan yang lain. Perasaaan putus asa yang dirasakan S disebabkan karena ketidakadekuatan dalam hubungan yang dijalankan S Brehm dkk, 2002. Rubeinstein dan Shaver 1982 menyatakan bahwa penyebab S merasakan putus asa karena being unattached yaitu karena tidak memiliki pasangan atau tidak memiliki partner seksual. Hal tersebut juga bisa dikatakan bahwa penyebab S merasakan putus asa adalah karena S menyandang status lajang dan belum juga mendapatkan pasangan hidup. Tentu saja faktor yang mempengaruhi S merasakan hal tersebut adalah status perkawinan. S juga merasa takut akan sesuatu hal yang berhubungan dengan kejadian alam yang menyebabkan kematian atau kesialan hidup. Hal yang menjadi penyebab perasaan tersebut adalah being alone yaitu karena S hidup sendiri. Faktor yang mempengaruhi S merasakan hal tersebut adalah karena faktor usia dimana S merasa lemah atas keadaan alam yang akan menimpa dirinya. Universitas Sumatera Utara Merasa ditinggalkan merupakan perasaan S yang disebabkan karena being unattached yaitu berpisah dengan seseorang yang pernah menjalin hubungan romantis dengan S. Tidak jarang juga S mendapat kecaman dan kritik dari orang lain. Biasanya kecaman dan kritik berupa hal-hal yang mencemarkan nama baik S. Tentu saja hal tersebut juga dapat menimbulkan perasaan marah dan sedih. Penyebab S merasakan hal tersebut adalah internal dan tidak stabil dimana S menganggap bahwa kesepian yang dialaminya hanya bersifat sementara dan berkeinginan menemukan orang lain untuk mengatasi rasa kesepiannya itu. Perasaan bosan juga sering dialami S. Hal ini tentu saja berhubungan dengan karakteristik dewasa madya dimana masa dewasa madya merupakan masa jenuh. Hal yang menyebabkan S merasa bosan adalah being alone dimana S tinggal sendirian. Penyebab lainnya adalah karena faktor eksternal dan stabil dimana S merasa bahwa orang lain lah yang menyebabkan S merasakan bosan. Faktor yang mempengaruhi S merasakan bosan adalah iklim dan cuaca yang menyebabkan perubahan mood pada S. Saat perasaan bosan itu muncul, maka timbullah perasaan ingin berada di tempat lain. Faktor yang menyebabkannya adalah usia. S merasa kesulitan disebabkan karena being alone hidup sendiri. biasanya kesulitan yang dirasakan S berhubungan dengan materi sehingga S berpikir bahwa materi yang S miliki tidak mencukupi karena S tinggal sendiri, apalagi S harus membiayai kehidupan keponakannya yang tinggal bersamanya. Faktor yang mempengaruhi adalah status sosial ekonomi. Perasaan selanjutnya adalah perasaan marah. S tidak jarang merasa marah. Hal yang menyebabkan S merasa marah adalah eksternal dan stabil dimana orang lain Universitas Sumatera Utara lah yang menyebabkan S merasa marah. Penyebab lainnya adalah being unattached dimana S berpisah dengan pasangan yang pernah menjalin hubungan romantis dengannya. Perasaan tidak aman dan nyaman juga dirasakan S saat sedang sendiri. Penyebabnya adalah being alone yaitu karena S tinggal sendiri. Faktor yang mempengaruhi adalah usia. Perasaan selanjutnya adalah sedih yang muncul karena eksternal dan stabil. Oleh karena S ditinggalkan oleh orang yang dicintai dan karena disakiti oleh orang lain. Faktor yang mempengaruhi adalah usia. Perasaan menyesal juga dirasakan S yang disebabkan oleh being unattached dan internal dan tidak stabil. Karena S tidak memiliki pasangan dan karena keputusannya sendiri yang dilakukan saat dulu. Perasaan yang terakhir yang dirasakan saat S merasa kesepian adalah berharap memiliki seseorang yang spesial. Penyebab dari perasaan ini adalah being unattached dan being alone dimana S tidak memiliki pasangan dan tinggal sendiri. Faktor yang mempengaruhi adalah status perkawinan dan usia. Tentu saja hal ini berkaitan dengan tugas perkembangan pada dewasa madya yang tidak tercapai yaitu tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga dimana individu pada masa ini seharusnya sudah menikah dan memiliki anak. Tugas perkembangan yang tidak dapat dicapai tersebut berpengaruh terhadap perasaan kesepian yang dialami oleh S. Perasaan-perasaan kesepian yang dialami oleh S tidak bersifat permanen karena perasaan tersebut terjadi sesekali dan tidak menentu. Hal tersebut terjadi karena setiap S merasakan kesepian, maka S selalu bereaksi dengan kesepian Universitas Sumatera Utara tersebut Rubeinstein Shaver, dalam Brehm, 2002. Reaksi S terhadap kesepian adalah dengan melakukan kegiatan aktif yaitu dengan mengerjakan pekerjaan rumah, bekerja, mengikuti pengajian. Melakukan kegiatan pasif dengan menonton televisi, berpikir, tidur, dan tidak melakukan apapun. Membuat kontak sosial dengan mengunjungi teman dan menelepon teman. Kegiatan selingan dengan berjalan-jalan dan berlibur. Reaksi kesepian tersebut dianggap S dapat mengurangi perasaan kesepian yang dirasakan.

2. Responden II