Hidup melajang Responden III

Bagi RL faktor suku dan urutan kelahiran tidak mempengaruhi RL dalam memandang kehidupan melajangnya. Meskipun RL menyadari bahwa tuntutan suku menginginkan RL untuk menikah, akan tetapi RL tidak terlalu menghiraukan hal tersebut. RL juga tidak mempermasalahkan urutan kelahirannya dalam hubungannya dengan status lajangnya. Meskipun saudara kandung RL sudah menikah semua, tetapi RL tidak begitu mempermasalahkan status pernikahan saudara sekandungnya. Rasa kesepian yang RL rasakan hanya RL hadapi dengan melakukan kegiatan aktif seperti mengikuti pengajian, berdzikir, bekerja dan membaca. Melakukan kegiatan pasif seperti berpikir dan tidak melakukan apapun, membuat kontak sosial. Kegiatan selingan seperti jalan-jalan dan berlibur Rubeinstein dan Shaver, dalam Brehm, 2002.

3. Responden III

a. Hidup melajang

SN merupakan individu dewasa madya yang berusia 47 tahun. Menurut Hurlock 1998 SN termasuk dalam kategori usia madya dini dan menurut Levinson dalam Monks, 2002 SN termasuk dalam fase permulaan dewasa madya. SN hidup melajang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu keadaan eksternal dan defisit personal. Keadaan eksternal membuat SN tidak menemukan seseorang yang cocok dalam hidupnya. Hal tersebut terjadi pada masa dewasa dini dimana saat SN menjalin hubungan romantis dengan seseorang pada masa dewasa dini, SN banyak menemukan ketidakcocokan karakteristik pria tersebut yang sesuai Universitas Sumatera Utara dengan harapan dan keinginan SN. Defisit personal membuat SN merasa tidak menarik. Hal ini disebabkan karena gunjingan-gunjingan yang didapat SN dari keluarganya yang menyatakan bahwa SN memiliki fisik yang tidak menarik. Sesuai dengan karateristik dewasa madya Hurlock, 1998 menyatakan bahwa dewasa madya merupakan periode yang sangat ditakuti dimana pada masa ini terjadi penurunan fisik serta merasakan betapa pentingnya masa muda. SN sering berkumpul dengan keponakan-keponakannya dan suka mengobrol dengan mereka tentang kehidupan remaja para keponakannya tersebut. Faktor yang berkontribusi dalam kelajangan SN Stein, dalam Lefrancois, 1993 adalah melajang menawarkan fleksibilitas dan kebebasan dalam membuat keputusan dan berinteraksi sosial dengan orang lain. SN merasa memiliki kebebasan dalam bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri. Hal tersebut sejalan dengan tugas perkembangan Havighurst, dalam Hurlock, 1998 yang berkaitan dengan perubahan minat dimana terdapat minat pada waktu luang yaitu orientasi kedewasaan. Hurlock 1998 mengemukakan bahwa faktor SN melajang adalah karena penampilan seks yang tidak menarik dan sering gagal dalam mencari pasangan. Keuntungan tidak banyak yang dirasakan oleh SN. Hanya bebas untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan rencana dan minat yang telah direncanakan sendiri. SN lebih sering merasa tidak puas akan kelajangannya bukan berarti SN menyalahkan statusnya yang tidak menikah, tetapi SN merasakan beberapa emosi negatif yang sering dirasakan karena ketidakcukupan Universitas Sumatera Utara personal dan situasional. Kerugian yang dirasakan SN adalah kesepian dan hubungan persahabatan yang kurang, dan kesulitan ekonomi.

b. Dinamika kesepian