Investasi Kondisi Ekonomi .1 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita PDRB Per Kapita
                                                                                77 daerah lainnya. Ketimpangan biasanya terjadi antara lain ketimpangan regional yang
meliputi  ketimpangan  Kawasan  Barat  Indonesia  KBI  dengan  Kawasan  Timur Indonesia  KTI,  ketimpangan  antardaerah,  dan  ketimpangan  intradaerah.  Pada
penelitian  ini  cakupan  objek  penelitian  adalah  ketimpangan  antardaerah  Armida  S. Alisjahbana,  2005.  Menurut  Armida  S.  Alisjahbana  2005  ketimpangan  atau
kesenjangan  antardaerah  di  provinsi-provinsi  terjadi  karena  konsekuensi  dari terkonsentrasinya kegiatan pembangunan di Pulau Jawa dan Bali.
DKI  Jakarta  sebagai  Ibukota  Indonesia  masih  memiliki  tingkat  ketimpangan yang  tinggi  selama  masa  penelitian  mulai  tahun  1995-2008.  Tingkat  ketimpangan
pada  provinsi  ini  diukur  dengan  menggunakan  pengukuran  PDRB  per  kapita  relatif yang  pada  penelitian  terdahulu  digunakan  oleh  Jaime  Bonet  2006.  Berdasarkan
perhitungan  tersebut,  dapat  diketahui  bahwa  tingkat  ketimpangan  di  Provinsi  DKI Jakarta masih tinggi dan cenderung meningkat pada masa penelitian.
78
Tabel 4.5 Tingkat Ketimpangan Wilayah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 1995-2008
Tahun Ketimpangan
Pertumbuhan Ekonomi
1995 2,660
9,27 1996
3,120 9,1
1997 3,193
5,11 1998
2,994 -17,49
1999 2,986
-0,29 2000
2,999 4,33
2001 3,090
3,64 2002
3,125 4,89
2003 3,167
5,31 2004
3,158 5,65
2005 3,185
6,01 2006
3,209 5,59
2007 3,222
6,44 2008
3,241 6,18
Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Tahun Terbitan, diolah Tabel  4.5  dapat  diketahui  bahwa  ketimpangan  yang  terjadi  di  DKI  Jakarta
relatif  tinggi  dan  meningkat  hampir  setiap  tahunnya.  Akan  tetapi  pada  tahun  1998 ketimpangan  ini  berkurang  dari  3,193  pada  tahun  1997  menjadi  2,994.  Hal  ini
disebabkan karena dampak dari krisis ekonomi  yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Krisis ekonomi ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta menurun
bahkan  sampai  -17,49    dan    berdampak  pada  penurunan  tingkat  ketimpangan wilayah  di  Provinsi  DKI  Jakarta.  Penurunan  tingkat  ketimpangan  wilayah  ini  tidak
berlangsung  lama  karena  pada  tahun  2001  ketimpangan  mulai  meningkat  kembali seiring  dengan  peningkatan  pertumbuhan  ekonomi.  Hasil  penelitian  ini  juga  sejalan
dengan  peneliatian  yang  dilakukan  oleh  Diana  Wijayanti  2004  dimana  terjadi
79 penurunan  kesenjangan  ekonomi  di  Indonesia  pada  waktu  krisis  tahun  1998.  Ini
dikarenakan adanya penurunan tingkat pertumbuhan khususnya di Pulau Jawa. Ketimpangan  wilayah  yang  terjadi  di  DKI  Jakarta  ini  disebabkan  karena
perbedaan karakteristik wilayah-wilayah tersebut. Disamping itu terdapat pula faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat ketimpangan di suatu
wilayah. Myrdal Jhingan, 1993 dalam teorinya  mengenai dampak balik backwash effect
dan  dampak  sebar  spread  effect  mengemukakan  bahwa  dampak  balik cenderung  membesar  dan  dampak  sebar  yang  semakin  mengecil  membuat
ketimpangan wilayah di negara-negara terbelakang.
                