Pengujian Signifikasi Parameter Individual Uji Statistik t

93 Tabel 4.14 PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Rupiah Menurut KabupatenKotamadya di Provinsi DKI Jakarta Tahun KabupatenKotamadya PDRB Per kapita 2003 Jakarta Selatan 31.653.808 Jakarta Timur 17.797.603 Jakarta Pusat 76.338.074 Jakarta Barat 19.847.328 Jakarta Utara 34.504.651 Kepulauan Seribu 53.346.083 2004 Jakarta Selatan 32.928.834 Jakarta Timur 18.391.668 Jakarta Pusat 79.832.142 Jakarta Barat 20.642.801 Jakarta Utara 35.967.529 Kepulauan Seribu 57.268.456 2005 Jakarta Selatan 33.052.272 Jakarta Timur 19.053.623 Jakarta Pusat 88.024.058 Jakarta Barat 21.053.815 Jakarta Utara 37.591.086 Kepulauan Seribu 53.346.083 2006 Jakarta Selatan 33.973.279 Jakarta Timur 22.143.815 Jakarta Pusat 90.301.151 Jakarta Barat 21.494.447 Jakarta Utara 39.341.352 Kepulauan Seribu 53.840.391 2007 Jakarta Selatan 35.406.195 Jakarta Timur 23.439.070 Jakarta Pusat 96.382.745 Jakarta Barat 22.927.233 Jakarta Utara 41.367.555 Kepulauan Seribu 54.295.203 Sumber : Badan Pusat Statistik, Berbagai Tahun Terbitan Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB per kapita berpengaruh positif terhadap ketimpangan wilayah tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan, maka hipotesis penelitian ditolak. 94 b. Investasi Dari hasil regresi, diperoleh hasil bahwa Investasi swasta berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Ini ditunjukan dengan nilai probabilitas sebesar 0,0263 lebih kecil dari alpha 5. Kenaikan 1 persen Investasi swasta akan mengurangi ketimpangan wilayah di Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,038387 persen. Hasil regresi tidak sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini yang menduga terdapat hubungan positif dan signifikan antara Investasi dengan ketimpangan wilayah. Teori Myrdal yang mengatakan bahwa adanya perpindahan modal dan motif laba yang cenderung meningkatkan ketimpangan wilayah tidak terbukti di Provinsi DKI Jakarta. Menurut Myrdal Jhingan, 1993 motif laba yang mendorong berkembangnya pembangunan di wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi, sementara wilayah-wilayah lain tetap terlantar. Akan tetapi dari hasil regresi menunjukan hubungan negatif yang terjadi antara investasi swasta dengan ketimpangan wilayah di Provinsi DKI Jakarta, semakin banyak investasi yang digunakan untuk melakukan proses produksi barang jasa, dimana tenaga kerja dapat diserap lebih banyak juga sehingga terjadi pemerataan pendapatan perkapita Sadono Sukirno,1985. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Budiantoro Hartono 2008 juga menghasilkan hubungan negatif antara investasi swasta dengan ketimpangan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah. Dalam penelitiannya Budiantoro mengemukakan bahwa setiap peningkatan investasi swasta yang berarti