Analisis Faktor Eksternal Analisis SWOT Dalam Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Keraton Surakarta Hadiningrat

dikaitkan dengan kunjungan wisatawan juga menjadi ancaman yang perlu diperhatikan. Kenaikan BBM sehingga daya beli masyarakat menurun, peristiwa bom Bali baru-baru ini merupakan situasi yang tidak kondusif yang dapat mempengaruhi motivasi dan keinginan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata.

4.5.3 Matrik SWOT dan Identifikasi Isu Strategis

Dari keseluruhan hasil analisis yang dilakukan diatas dengan berfokus pada teknik analisis SWOT maka dapat ditemukan strategi-strategi yang tepat untuk digunakan dalam pengembangan kawasan wisata Keraton Surakarta Hadiningrat. Strategi-strategi tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.11 berikut ini: TABEL IV.11 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KERATON SURAKARTA HADININGRAT BERDASARKAN ANALISIS SWOT EKSTERNAL INTERNAL Peluang - Letak yang strategis, dekat dengan pusat pemerintahan dan bisnis dan perdagangan serta kemudahan aksesibilitas dengan didukung adanya bandara Internasional Adi Sumarmo - Sumber wisata budaya yang potensial untuk dikembangkan. - Tingginya minat berinvestasi - Pengelolaan yang baik akan menjadikan simbiosis mutualisma bagi lintas sektor yang berada di kawasan tersebut. - Selain wisata budaya juga terdapat produk komplementer, misalnya kerajinan tangan dan batik tradisional. Ancaman - Pertumbuhan kawasan yang tidak terkendali - Kegiatan bisnis dan perdagangan dikhawatirkan akan menggeser konservasi budaya. - Tidak ada tindakan yang tegas bagi yang melanggar peraturan daerah yang melindungi kawasan cagar budaya Keraton Surakarta Hadiningrat dari kepentingan pembangunan kotapublik. - Obyek wisata budaya sejenis yang sudah cukup berkembang. - Kondisi sosial, ekonomi, politik dan keamanan Indonesia yang kurang kondusif jika dikaitkan dengan pariwisata. Kekuatan - Keunikan budaya dan bangunan purbakala menjadi daya tarik utama wisata - Keragaman atraksi dan even-even yang ditampilkan sepanjang tahun. - Aksesibilitas dan ketersediaan moda transportasi serta sarana pendukung wisata lainnya dan letaknya di kota Solo sebagai simpul di kawasan Subosukowonosraten. - Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan keraton tertua di Nusantara dan masih utuh tata cara kehidupan budaya dan pengaruhnya di masyarakat. - Perpaduan yang bagus antara kawasan wisata budaya dan wisata belanja - Banyaknya koleksi berbagai macam benda Strategi memanfaatkan kekuatan dan mengisi peluang : Mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki yaitu daya tarik wisata budaya, kemudahan aksesibilitas dan lokasinya di pusat pertumbuhan ekonomi dengan minat berinvestasi yang tinggi. Meningkatkan sarana promosi dan informasi sehingga lebih banyak wisatawan yang berkunjung. Membuka pasar baru dengan mengoptimalkan Bandara Internasional Adi Sumarmo. Menjalin kerjasama secara regional dengan satu kawasan Subosukowonosraten untuk jalur wisata. Strategi memanfaatkan kekuatan dan mengatasi ancaman : Dengan pengelolaan yang lebih profesional akan terjadi sinergis yang menguntungkan baik bagi kegiatan bisnis perdagangan dengan konservasi cagar budaya simbiosis mutualisme sehingga akan mendorong kemajuan pariwisata di kawasan ini yaitu dengan memadukan wisata budaya dan wisata belanja dalam satu kunjungan wisata. Peluang potensial investasi didorong untuk ikut bertanggung jawab dalam konservasi lingkungan sesuai dengan amanat UU Cagar Budaya. Perlu arah dan strategi yang jelas dalam pengembangannya dan harus dilindungi dan didukung dengan penegakkan hukum untuk melindungi kawasan cagar budaya Keraton bersejarah di museum keraton. Surakarta Hadiningrat dari kepentingan pembangunan kotapublik. Kelemahan - Keterbatasan biaya sehingga kondisi bangunan kurang terawat dan terpelihara dengan baik. - Kurangnya pengawasan internal sehingga banyak benda koleksi museum yang hilang. - Keterbatasan sumber daya manusia sehingga pengelolaannya belum optimal dan profesional. - Promosi dan informasi belum menjadi prioritas karena minimnya dana. - Konflik internal masalah suksesi yang berlarut-larut akan menurunkan wibawa dan kharisma keraton. - Dengan adanya konflik juga menjadikan hubungan yang kurang harmonis antara pengelola dengan pemerintah daerah. - Ketidakjelasan arah strategi dalam pengembangannya. - Ketidakpuasan pengunjung dalam mengakses semua bangunan bersejarah yang ada di keraton. - Kecenderungan penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung dalam 5 tahun terakhir. Strategi mengatasi kelemahan dan mengisi peluang : Diperlukan kerjasama dengan pihak ke III atau swasta apalagi dengan banyaknya investor yang ingin menanamkan modalnya di kawasan ini, sehingga menambah modal untuk pemeliharaan dan kegiatan promosi-informasi. Perlu segera adanya penyelesaian konflik intern keraton dan diharapkan dalam hal ini peran pemerintah sebagai mediator bagi kedua pihak yang bersengketa sehingga situasi yang tidak kondusif ini dapat segera diatasi. Meningkatkan manajemen pengelolaan keraton dengan penyegaran sumber daya manusia, mengoptimalkan kinerja dan fungsi-fungsi lembaga yang ada terutama bidang pengawasan terhadap aset-aset keraton. Meningkatkan pelayanan dan kenyamanan bagi wisatawan serta menampilkan citra yang kuat dan khas sebagai wisata budaya sehingga selalu menarik untuk dikunjungi. Strategi mengatasi kelemahan dan menghadapi ancaman : Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai kawasan cagar budaya dalam eksistensi dan proses perkembangannya memang menghadapi banyak permasalahan untuk itu diperlukan dukungan dari seluruh pihak terkait, baik pemerintah, pihak swasta dan masyarakat maupun pihak pengelola sehingga kelemahan yang ada dapat dieliminasi dan ancaman yang akan muncul dapat diminimalisasi. Sehingga semua pihak ikut merasa memiliki, menjaga dan melestarikan warisan budaya yang tidak ternilai harganya ini. Perlunya kebijakan bagi para pengunjung dalam mengakses semua bangunan bersejarah yang ada di keraton. Menjalin kerjasama dengan obyek wisata sejenis atau biro perjalanan dalam tour kunjungan wisata. Menggali dan menampilkan citra baru yang lebih kuat lagi sehingga berbeda dengan citra obyek wisata sejenis yang lainnya sehingga bisa lebih menarik wisatawan. Sumber: Hasil Analisis, 2005