xxxiv
Menganalisa pola
permintaan wisatawan
Mengetahui manajemen
pengelolaan Keraton
Kasunanan Surakarta
Informasi promosi
wisata Kebutuhan
atraksi wisata Kebutuhan
Sarana wisata Kebutuhan
Aksesibilitas wisata
Kebutuhan informasi
promosi wisata
Manajemen pengelolaan
- Pameran - Brosurleaflet
- Promosi di media masa
- Website - Jenis atraksi wisata
- Kelengkapan
atraksi wisata - Kebutuhan
akomodasi - Kebutuhan makan
minum - Kebutuhan belanja
Souvenir - Pemandu wisata
- Aksesibilitas menuju obyek
wisata -
Aksesibilitas dalam obyek
- Moda yang dipakai - Promosi media
masa - Brosurleaflet
- Pameran wisata - Website
- Manajemen
pengelolaan - Pembiayaan
- Permasalahan Untuk mengetahui :
- Penyampaian informasi promosi
wisata yg dilakukan
Untuk mengetahui : Atraksi wisata yang
menarik wisatawan Untuk mengetahui :
Kebutuhan wisatawan akan jasa wisata
Untuk mengetahui : Sarana dan prasarana
transportasi yang diinginkan wisatawan
Untuk mengetahui : Informasi dan
promosi yang dapat dijangkau wisatawan
Untuk mengetahui manajemen dalam
mengelola Keraton Kasunanan Surakarta.
Data Sekunder
Data Primer
dengan Kuesioner
Data Primer
Dinas Pariwisata
Dan pengelola
Responden Pengelola
Mengidentifikasi kondisi dan
karakteristik wisatawan
terhadap permintaan
wisata berupa atraksi wisata,
sarana wisata, aksesibilitas,
informasi dan promosi.
Sumber : Hasil Analisis, 2005
1.9.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1 Wawancara langsung yang diajukan kepada responden, yaitu pihak pengelola. 2 Angket questionaire, yakni dengan melalui daftar pertanyaan untuk diisi
oleh responden.
xxxv
3 Observasi lapangan atau pengamatan langsung di lapangan untuk meneliti atau mengukur obyek penelitian secara sistematis.
4 Dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder dengan cara mempelajari dan mencatat arsip-arsip atau data-data yang ada
kaitannya dengan masalah-masalah yang akan diteliti sebagai bahan menganalisis permasalahan.
Penelitian tidak dilakukan terhadap semua individu dalam populasi mengingat adanya berbagai keterbatasan dana, waktu dan kemampuan. Untuk itu
kuesioner diberikan kepada beberapa sampel yang dapat dianggap mewakili karakteristik dari keseluruhan populasi.
1.9.3 Teknik Pengolahan data
Setelah memperoleh data yang dibutuhkan maka tahapan selanjutnya adalah mengelompokan data yang bertujuan untuk mensistematiskan bermacam-
macam data yang telah diperoleh sehingga mempermudah dalam tahapan selanjutnya. Adapun data tersebut dikelompokkan menjadi data primer dan data
sekunder. Hasil dari data primer sifatnya masih mentah, sehingga agar data tersebut
lebih berguna bagi penelitian diperlukan suatu pengolahan dan penyajian data . Tahap-tahap yang dilakukan dalam teknik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Editing, merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap data yang masuk, apakah terdapat kekeliruan dalam pengisian atau kurang lengkap, palsu, tidak sesuai
dan sebagainya. Editing dilakukan dengan harapan akan diperoleh data yang benar-benar valid dan reliable , serta dapat dipertanggungjawabkan.
xxxvi
2. Coding, proses berikutnya setelah editing adalah pemberian kode. Kode diberikan pada catatan-catatan lapangan, hasil observasi, data dari
dokumentasi dan jawaban pertanyaan yang diberikan responden. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan analisa, yaitu memungkinkan untuk
menemukan dengan cepat dan menggolongkan seluruh bagian yang berhubungan dengan permasalahan tertentu, hipotesa, konsep maupun
tema. Jadi kode-kode yang diberikan tersebut merupakan alat untuk mengorganisasikan dan menyusun data yang berupa kata-kata.
3. Tabulating, yang merupakan tahap memasukkan data pada tabel-tabel
tertentu dan mengatur angka-angka sehingga mudah menganalisanya.
Langkah selanjutnya adalah dengan menganalisis data, dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Boston Consultans Group
BCG, Analisis SWOT dan Analisis Deskriptif Kualitatif .
1.9.3.1 Analisis BCG untuk kesesuaian antara penawaran dan permintaan.
Tahapan dalam analisis ini adalah sebagai berikut : a. Skoring.
Berdasarkan hasil survey primer, yang berupa observasi dan penyebaran kuesioner tentang permintaan wisata dan penawaran wisata dilakukan penilaian
terhadap variabel yang akan diteliti yaitu wisatawan, atraksi wisata, sarana wisata, aksesibilitas, informasi dan promosi, dan hasilnya diberi skor 2 dua untuk tinggi
dan skor 1 satu untuk rendah. Suatu komponen wisata, misalnya atraksi wisata memperoleh skor 2 atau tinggi jika lebih dari 50 wisatawan menyatakan atraksi
tersebut menarik untuk disaksikan dan sebaliknya memperoleh nilai 1 atau rendah
xxxvii
jika 50 atau lebih wisatawan menyatakan atraksi tersebut tidak menarik. Disini tidak ada skor tengah atau sedang karena dalam matrik BCG hanya ada dua
kuadran dari masing-masing penawaran dan permintaan yaitu tinggi atau rendah dan kriteria penilaian dari beberapa variabel yang diteliti menggunakan
prosentase. b. Matrik BCG
Setelah diketahui skor masing-masing variabel yang akan diteliti yaitu wisatawan, atraksi wisata, sarana wisata, aksesibilitas, informasi dan promosi,
maka selanjutnya dilakukan pemetaan posisinya ke dalam Matrik BCG Boston Consulting Group. Matrik BCG terdiri dari 4 bagian kuadran dengan garis
horizontal untuk permintaan wisata dan garis vertikal untuk penawaran wisata. RD.Jatmiko,2003:172
Selanjutnya setiap kuadran tersebut dipakai dengan istilah Star, Cash Cows, Problem Children dan Dogs.
Bila posisi pada Kuadran : Star berarti komponen penawaran dan permintaan bernilai tinggi
sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Problem Children berarti posisi penawaran tinggi tetapi permintaan
rendah. Dalam hal ini pengembangan kunjungan wisata perlu dikembangkan dengan meningkatkan promosi dan kualitas pelayanan
sedangkan produk wisata hanya perlu dipertahankan tidak perlu ditambah.
xxxviii
Cash Cows yang berarti posisi penawaran rendah tetapi permintaan tinggi. Maka dalam hal ini diperlukan usaha yang optimal untuk
membangun dan meningkatkan komponen produk wisata agar jumlah wisatawan bertambah.
Dogs berarti penawaran dan permintaan rendah yang berarti diperlukan biaya investasi yang tinggi bagi pengembangan obyek wisata tersebut,
jika perlu ditutup saja.
Rendah Tinggi PROBLEM
CHILDREN STARS
DOGS CASH COWS
Permintaan
GAMBAR I.2 MATRIK POSISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Sumber : RD.Jatmiko 2003:173
1.9.3.2 Analisis SWOT Untuk Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Keraton Surakarta Hadiningrat.
Alat analisis yang dipakai adalah SWOT Strength, Weakness, Opportunities, Threat yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam
bidang pariwisata analisis SWOT bermanfaat untuk merumuskan arahan dan strategi dalam pengembangan pariwisata.
Penawaran
xxxix
Analisis SWOT sebagai alat alat identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi berdasarkan logika yang dapat
memaksimalkan potensi dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalisasi kelemahan dan ancaman sehingga akan memberikan output
berupa target atau perlakuan untuk mencapai tujuan Santosa dkk, 2002:37
TABEL I.4 METODE ANALISIS SWOT
EKSTERNAL INTERNAL
Opportunities Peluang Threats Ancaman
Strength Kekuatan Strategi memanfaatkan
kekuatan dan mengisi peluang
Strategi memanfaatkan kekuatan dan mengatasi
kelemahan
Weakness Kelemahan Strategi mengatasi
kelemahan dan mengisi peluang
Strategi mengatasi kelemahan dan
menghadapi ancaman
Sumber: Santosa dkk, 2005:111
1.9.3.3 Analisis Deskriptif Kualitatif Untuk Analisis Pengelolaan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Analisis ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan
pihak-pihak terkait dalam pengelolaan kawasan wisata budaya Keraton Surakarta Hadiningrat. Analisis ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
manajemen pengelolaan, pembiayaan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Berikut dalam Gambar 1.3 pada halaman 24 dapat dilihat kerangka
analisis sebagai berikut:
xl
xli
1.9.4 Populasi dan Sampel 1.9.4.1 Populasi
Berkaitan dengan pengumpulan data primer, maka populasi yang menjadi sasaran penelitian ini adalah para wisatawan nusantara yang berkunjung ke obyek
wisata Keraton Surakarta Hadiningrat.
1.9.4.2 Jumlah Sampel
Agar sampel yang diambil cukup representatif untuk dapat mewakili keseluruhan populasi, maka diambil cara pengambilan sampel yang baik. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Rakhmat, 2001:82 yaitu:
N n =
1+ Nd
2
dimana : n
= Ukuran Sampel N
= Ukuran Populasi d
= Persen Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan derajat kecermatan sebesar 5-10
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah wisatawan nusantara, karena data menunjukan hampir 90 wisatawan yang berkunjung ke keraton
adalah wisatawan nusantara. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Surakarta pada tahun 2004, jumlah wisatawan nusantara yang
berkunjung ke Keraton Surakarta Hadiningrat sebesar 17.293 wisatawan dan dengan menggunakan rumus dalam Rakhmat 2001:82, maka jumlah sample
derajat kecermatan 10 yang dibutuhkan yaitu:
xlii
Populasi dan Sample Wisatawan
Populasi Wisnus : 17.293
Sample Wisnus : 17.293
= 100 Wisnus 1 + 17.293 x 0,1
2
1.9.4.3 Teknik Pengambilan Sample
Keberadaan sampel dalam suatu penelitian sangat diperlukan. Mengingat jumlah populasi yang banyak sangat sulit untuk diteliti satu persatu, dengan
demikian akan diambil sampel yang sekiranya dapat mewakili dan dijadikan sumber data yang akurat. Dalam menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, ada bebarapa acuan yang perlu diperhatikan. Menurut Singarimbun 1995, metode penarikan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat:
a. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya untuk seluruh populasi.
b. Sederhana sehingga mudah untuk digunakan. c. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang
serendah-rendahnya. d. Dapat menentukan tingkat ketepatan dari hasil penelitian dengan
menentukan simpangan baku dari taksiran yang diperoleh. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara:
xliii
1. Purposive Sampling yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh
sampel itu. Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian Nasution, 2004:98.
Teknik penarikan sampelpemilihan responden dalam studi ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman responden di bidang pariwisata dan
khususnya yang mengetahui dan memahami tentang pariwisata di Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam hal ini responden merupakan pengelola
Pengageng Pariwisata dan Museum dari obyek wisata di Keraton
Surakarta Hadiningrat
2. Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel pada saat responden dijumpai di tempat wisata. Disebarkan untuk para pengunjung
Keraton Surakarta Hadiningrat.
1.9.5 Laporan dan Penyajian Data
Setelah melalui beberapa tahapan di atas, yaitu mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, maka langkah terakhir dari penelitian ini adalah
memberikan laporan dan penyajian hasil penelitian dalam bentuk tesis. Dan diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dunia pariwisata
di Kota Surakarta pada umumnya dan di Keraton Surakarta Hadiningrat pada khususnya.
xliv
1.10. Sistematika Pembahasan
Untuk mencapai maksud dan tujuan penulisan studi ini, secara keseluruhan pembahasan dibagi menjadi 5 lima Bab sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN; berisikan penjelasan perlunya dan mengapa penelitian ini dilakukan. Dimulai sub bab latar belakang yang berisikan penjelasan
tentang situasi yang perlu diteliti. Perumusan permasalahan yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan penelitian dengan tujuan dan sasaran study yang ingin
dicapai. Ruang lingkup penelitian menggambarkan lokasi dan batasan penelitian serta kerangka pemikiran yang merupakan alur pikir penulis dalam menuangkan
pemikiran penulisan. Bab II : PENAWARAN DAN PERMINTAAN WISATA DALAM
PENGEMBANGAN PARIWISATA; berisikan teori-teori yang berhubungan dengan judul penelitian mengenai kepariwisataan, penawaran dan permintaan
wisata, manajemen pengelolaan serta pengembangan pariwisata. Dari hasil kajian pustaka dipakai sebagai acuan dalam proses perumusan masalah,
penentuan variable penelitian, penentuan metode dan teknik penelitian teknik sampling, instrumen pengumpulan data, analisis data
Bab III : KERATON SURAKARTA HADININGRAT; memberikan gambaran tentang kondisi dan potensi Keraton Surakarta Hadiningrat maupun gambaran
kepariwisataan kota Surakarta secara umum. Bab IV : ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN WISATA DALAM
PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DI KERATON SURAKARTA HADININGRAT; berisikan hasil analisis penelitian yaitu analisis penawaran dan