Manajemen Pengelolaan Keraton Surakarta Hadiningrat
SITARADYA MARDUYAGNYO PANTIWARDAYA
Kabupaten Keparak Kabupaten Anom Kabupaten Jurukunci Dan Mandarbudaya dan Sasanaprabu Imogiri
GAMBAR 4.19 STRUKTUR ORGANISASI KERATON SURAKARTA
Sumber : Keraton Surakarta. 2005
Struktur dari organisasi internal ini pada prinsipnya membagi habis fungsi serta kegiatan keraton menjadi 4 bidang pokok. Kedudukan setiap bidang
masing-masing dibawah koordinasi seorang pengageng dan langsung dibawah pengawasan Sinuhun Paku Buwono XIII. Bidang-bidang utama kegiatan tersebut
sebagai berikut: 1. Parentah Keraton
Dipimpin seorang pengageng dan lembaga ini membawahi 3 sub bidang yaitu: Sitoradyo Sekretariat, Marduyagnyo Pemerintahan dan
Pantiwardoyo Perbendaharaan, yang masing-masing juga diketuai seorang pengageng. Berikut ini akan diuraikan tugas dari masing-masing sub bidang di
atas: a. Sitoradyo, mempunyai tugas-tugas utama meliputi:
- Personalia dan ganjaran. - Pertanahan, pesanggrahan dan rumah-rumah milik raja.
- Kesehatan - Ekspedisi pengiriman surat-surat umum.
b. Marduyagnyo, bertanggung jawab atas: - Urusan umum.
- Pranatan peraturan-peraturan keraton. - Pengawasan Wismayana.
- Keamanan keraton. - Kebersihan lingkungan keraton.
- Listrik, air minum dan telepon. c. Pantiwardoyo, mempunyai fungsi dan tugas untuk mengelola:
- Anggaran keuangan. - Potongan gaji.
- Pensiunan abdi dalem dan janda abdi dalem. - Kas keraton Reksahardana.
2. Parentah Keputren, bertanggung jawab atas kegiatan: a. Sesaji dan dapur keraton.
b. Bedaya wanita penari. c. Pesinden atau waranggana.
d. Reksawanita semacam polisi wanita keraton. e. Kesehatanjuru rawat.
3. Sasana Wilapa, mempunyai tugas: a. Membuat surat-surat resmi.
b. Meneruskan perintah raja. 4. Kasentanan, urusan pekerjannya meliputi:
a. Segala urusan yang menyangkut keperluan putra-putra raja.
b. Menyelenggarakan surat-surat keputusan yang berkaitan dengan kepentingan putra-putra raja.
Dilihat dari struktur dan pembagian atau beban tanggung jawab, kedudukan Parentah Keraton dapat dikatakan paling pokok dan terkait erat dengan
pengelolaan pariwisata, karena lingkup kerjanya meliputi: pengembangan kesenian dan budaya, kehumasan, museum dan perpustakaan, pemeliharaan
gedung-gedung, kebersihan dan juga pengelolaan kas keraton yang di dapat dari tiket masuk dan iuran para kerabat keraton.
Walau sudah dibentuk organisasi dalam mengelola Keraton Surakarta Hadiningrat, akan tetapi lembaga tersebut belum bekerja secara optimal dan lebih
cenderung bercorak tradisional, hal ini nampak dari ciri-ciri sebagai berikut : 1.
Belum adanya program kerja perencanaan dalam kerangka meningkatkan dan mengembangkan pariwisata keraton secara jelas dan konseptual, yang
ada hanya program rutin yang selalu dilakukan setiap tahun. 2.
Tidak adanya evaluasi pelaksanaan tugas, sehingga organisasi di keraton hanya sekedar melayani atau mengerjakan hal-hal rutin tanpa aksi aktif.
3. Kurangnya pengawasan yang menyeluruh terhadap aset milik keraton,
sehingga ada. 4.
Kedudukan pengageng atau pemimpin gugus tugas, mulai dari bidang, sub bidang sampai unit urusan bersifat menetap sehingga tak pernah
terselenggara rotasi jabatan. Mengenai sumber daya manusia, keraton sebenarnya cukup
menyimpan potensi sumber daya manusia yang handal dan beragam untuk
mengelola dan mengembangan kawasan wisata Keraton Surakarta Hadiningrat. Wacana yang digulirkan oleh Alm. Paku Buwono XII pada hakekatnya ingin
menjadikan keraton sebagai pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, serta lebih peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan sosial kemanusiaan. Santosa, 2002:1
Masalahnya, potensi tinggi para kerabat serta abdi dalem belum sepenuhnya didayagunakan secara optimal bagi kemajuan keraton. Dengan
memberikan peluang dan kesempatan, diharapkan nanti lahir ide-ide besar dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Keraton Surakarta Hadiningrat. Gusti
Puger sendiri sebagai Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Surakarta Hadiningrat menyadari sistem manajemen yang diterapkan dalam mengelola
Keraton Surakarta Hadiningrat belum mapan atau belum optimal. Perlu adanya penyegaran sumber daya manusia karena secara situs, Keraton Surakarta
Hadiningrat landasannya sudah mapan. Untuk membenahi pola manajemen di Keraton Surakarta Hadiningrat
tidak cukup dengan pembentukan suatu badan pengelola organisasi saja tapi harus didukung dengan perencanaan yang matang,visioner dan menyeluruh,
dengan menempatkan keraton sebagai suatu cagar budaya yang harus selalu dijaga dan dilindungi dari kepentingan apapun, penempatan personal dan
penggerakannya yang sesuai dengan kapabilitasnya yaitu dengan merekrut dari orang-orang yang profesional dibidangnya tidak hanya dari kalangan keluarga
saja, serta harus ada koordinasi dan pengawasan terutama terhadap koleksi benda- benda bersejarah yang tersimpan di museum.