Analisis BCG ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN WISATA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DI KERATON SURAKARTA HADININGRAT - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

masyarakat yang tahu dan berminat untuk menyaksikan. Setelah promosi digalakkan, akan percuma jika tidak didukung dengan kemudahan akses, untuk itu langkah selanjutnya adalah dengan membuka akses yang seluas-luasnya dengan mengoptimalkan Bandara Internasional Adi Sumarmo sehingga bisa membuka pasar lebih banyak lagi, karena banyak wisatawan yang memanfaatkan jalur udara ini untuk menuju Kota Surakarta. Sebagai sebuah bandara internasional, frekuensi penerbangan yang ada masih sedikit, untuk rute domestik hanya ada 1 kota tujuan yaitu Jakarta sedangkan rute mancanegara ada 2 kota tujuan yaitu Singapura dan Kuala Lumpur. Dukungan dari semua pihak yang terkait baik itu pemerintah, pengelola, swasta maupun masyarakat sangat diperlukan untuk bekerja sama dalam menggali potensi keraton sebagai warisan wisata budaya sehingga dalam perkembangannya obyek wisata Keraton Surakarta Hadiningrat tidak mengalami kemunduran tetapi tetap eksis maju dan berkembang untuk masa yang akan datang.

4.4 Analisis Pengelolaan Keraton Surakarta Hadiningrat.

Keraton Surakarta Hadiningrat berdasarkan tata letaknya dapat dikelompokkan ke dalam 3 bagian besar, yaitu : 1. Komplek Alun –alun Lor atau Utara sebagai pelataran depan 2. Komplek Baluwarti yang merupakan bagian inti. 3. Komplek Alun-alun Kidul atau Selatan sebagai halaman belakang. Berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 1965 Tentang Pokok- pokok Pemerintahan Daerah, Keraton Surakarta Hadiningrat telah kehilangan haknya sebagai daerah istimewa. Hal ini berdampak pada berbagai bidang usaha yang selama ini dikelola dan menjadi sumber pendapatan Keraton Surakarta Hadiningrat beralih ke kekuasaan negara. Bidang-bidang usaha tersebut antara lain perkebunan teh, kopi, tembakau, gula, pabrik gula dan karung goni, dan lembaga jasa keuangan Bondo Lumakso. Keuntungan dari seluruh usaha-usaha tersebut ditambah pajak daerah sangat cukup untuk membiayai dan mengelola Keraton Surakarta Hadiningrat. Bahkan pada saat itu mulai dibangun proyek monumental yang manfaatnya masih bisa dirasakan sampai sekarang, diantaranya adalah: tanggul sekeliling Kota Surakarta, Kebon Raja Sriwedari, Museum Radya Pustaka, Stadion Sriwedari, Rumah Sakit Kadipolo, Apotik Panti Husada dan lain-lain.

4.4.1 Manajemen Pengelolaan Keraton Surakarta Hadiningrat

Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan jaman, untuk mengelola sebuah kawasan wisata budaya yang mempunyai luas 8 ha ini telah diterbitkan Kepmen. Pariwisata dan Budaya No. 10aUVII1989 tanggal 15 Agustus 1989 sebagai pelaksanaan dari Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1988 tentang Pembentukan Badan Pengelola Keraton Surakarta Hadiningrat Pada intinya, badan pengelola ini ditugasi untuk: 1. Mengadakan koordinasi guna meningkatkan, mengembangkan serta melakukan pengawasan dalam kerangka pengelolaan Keraton Surakarta Hadiningrat. 2. Menemukenali segala permasalahan yang ada atau yang akan timbul dalam rangka menyusun dan mengusulkan prioritas kegiatan yang segera dapat dilaksanakan guna memanfaatkan Keraton Surakarta Hadiningrat. 3. Menyusun rencana dan program peningkatan pengembangan dan pengawasan Keraton Surakarta Hadiningrat. 4. Menjalin kerjasama dan membina hubungan yang serasi dengan Badan Penasehat yang dibentuk oleh Kasunanan dan yayasan yang didirikan dalam kerangka pendanaan Keraton Surakarta Hadiningrat. 5. Memberikan saran dan laporan secara berkala kepada Dirjen Pariwisata atas segala kegiatan yang telah dilaksanakan. Menurut penjelasan Pramudiyanto dari kantor pengelola keraton, lembaga pengelola yang dibentuk berdasarkan Kepmen. Pariwisata dan Budaya No. 10aUVII1989 tanggal 15 Agustus 1989 sudah lama tidak aktif dan efektif dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Saat ini pengelolaan keraton dipegang oleh lembagaorganisasi yang dibentuk oleh pihak keraton dengan susunan sebagai berikut : S.I.S.K.S PAKU BUWONO XIII PARENTAH KEPUTREN PARENTAH KERATON SASANA WILAPA KASENTANAN