Pembiayaan Pengelolaan Keraton Surakarta Hadiningrat
ada 8 kegiatan yang wajib untuk dilaksanakan, yaitu Kirab malam 1 Suro, Sekaten, Gerebeg Mulud, Gerebeg Besar, Wiyosan Jumenengandalem,
Gerebeg Pasa, Malem Selikuran, Sesaji Mahesa Lawung. - Rp 30.000.000,00 setiap tahun untuk biaya langganan daya dan jasa
listrik, telepon dan facsimili. 6. Pemerintah Propinsi Jawa Tengah memberikan subsidi sebesar:
- Rp 700.000.000,00 untuk biaya kegiatan budaya Keraton Surakarta Hadiningrat selama 1 tahun penuh.
- Rp 800.000.000,00 untuk gaji para pegawai dan abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat. Dana ini diberikan pemerintah pusat melalui
propinsi. 3 Pemerintah Pusat
Untuk bantuan dari Pemerintah Pusat tidak bersifat rutin dan lebih bersifat inter departemen, misalnya Departemen Pendidikan Nasional memberi
bantuan untuk pemeliharaan dan pengembangan museum, Departemen Sosial untuk kegiatan sosial dan sekarang yang sedang berjalan adalah bantuan dari
Departemen Permukiman dan Pengembangan Sarana dan Wilayah untuk biaya revitalisasi Keraton Surakarta Hadiningrat, penataan kios cindera mata di Alun-
alun Utara, penataan PKL di sekitar Mesjid Agung dengan jumlah bantuan sebesar 7 milyar rupiah untuk tahun anggaran 2002, 2003 dan 2004.
Anggaran gaji pegawai dan abdi dalem sebesar Rp 800.000.000,00 dengan jumlah pegawai dan abdi dalem yang mencapai 400 lebih dirasa kurang
mencukupi, apalagi dengan melihat kondisi ekonomi seperti sekarang ini. Dengan
anggaran tersebut, pihak keraton hanya memberikan gaji terendah Rp 75.000,00 dan gaji tertinggi sebesar Rp 250.000,00.
Meskipun keraton tidak dapat menggaji dengan gaji besar, namun tetap banyak orang yang berminat menjadi abdi dalem, bahkan tidak sedikit yang
bersedia tidak digaji dengan harapan mendapatkan berkah dan ketentraman batin. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa Keraton Surakarta Hadiningrat masih
mempunyai kekuatan gaib dan menganggap bahwa Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai pepunden.
Anggaran rutin untuk pemeliharaan keraton tidak ada dalam alokasi subsidi dari pemerintah. Sedangkan biaya operasional dan pemeliharaan tidak
sedikit, sehingga untuk menutupi kekurangan, pihak keraton berusaha untuk mendapatkan dana dari sumber lain, yaitu dari tiket masuk ke obyek wisata yang
mendapat keringanan dari pemerintah berupa tidak kena pajak, juga dari wewenang yang diperoleh keraton untuk memungut biaya atas penggunaan lahan
di alun-alun saat berlangsungnya kegiatan sekaten. Disamping itu juga ada kas keraton yang diperoleh dari para kerabat keraton.
Karena keterbatasan biaya untuk operasional keraton sehari-hari, maka kegiatan promosi dan informasi belum menjadi prioritas utama sehingga usaha-
usaha yang telah dilakukan selama ini tidak optimal. Hasil analisis BCG juga menunjukkan bahwa komponen promosi dan informasi ini memperoleh skor
rendah. Gusti Puger menjelaskan bahwa Keraton Surakarta Hadiningrat yang
Csecara resmi dibuka untuk wisata sejak tahun 1963 ini belum maksimal dalam
hal pengelolaan dan pengembangannya. Keraton sebagai peninggalan sejarah perlu mendapatkan pemikiran, pembinaan dan perhatian yang lebih dari yang
selama ini didapat terutama dari pemerintah. Dalam penjelasannya, KRMH Satryo Hadinegoro mengharapkan peran
pemerintah sebagai fasilisator harus jelas dan memberikan ruang yang pas kepada Keraton Surakarta Hadiningrat supaya bisa bergerak menggali dan
mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Dalam mengelola keraton ke depan, bukan kemegahan yang akan ditonjolkan tapi isi atau filosofi yang
terkandung dari keraton. Sudah saatnya pihak pengelola Keraton Surakarta Hadiningrat
memikirkan sumber pembiayaan lain dari yang sudah ada, karena kalau hanya mengandalkan dari subsidi pemerintah atau tiket masuk saja dirasa kurang cukup.
Salah satu cara adalah dengan menggandeng investor atau pihak ketiga untuk ikut mengelola atau menanamkan investasinya, tentunya dengan persyaratan dan
tanggung jawab dalam kerangka ikut melestarikan budaya bangsa. Jangan sampai investor yang masuk menganggu atau merusak cagar budaya yang sudah ada.
Peluang bahwa kawasan ini sangat diminati oleh investor harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menggali dan mengembangkan semua potensi yang ada.
Disamping itu untuk lebih banyak menarik wisatawan mengunjungi Keraton Surakarta Hadiningrat sehingga bisa menambah uang kas untuk
pemeliharaan keraton perlu kerjasama dengan daerah sekitarnya yang sudah lebih maju dalam dunia pariwisatanya, misalnya Yogyakarta atau Bali. Kerjasama
antara pemerintah daerah atau agen perjalanan wisata dalam menentukan rute
perjalanan wisata dan yang pasti dengan meningkatkan pelayanan dan kenyamanan bagi para pengunjung.