Tata Cara Penawaran Lelang Serta Pembayarannya

B. Tata Cara Penawaran Lelang Serta Pembayarannya

Menurut Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK 072006, Penawaran Lelang dapat dilakukan dengan cara: 1. Lisan 2. Tertulis 3. Tertulis dilanjutkan secara lisan apabila penawaran tertinggi belum mencapai nilai limit. Pasal 18 Peraturan Menteri Keangan No. 40PMK 072006, mengatur kewenangan menentukan cara penawaran sebagai berikut : 1. Penjual dapat mengusulkan penawaran secara tertulis a. Penjual berhak mengusulkan penawaran secara tertulis b. Usul itu disampaikan kepada Kepala Kantor Lelang c. Dan disampaikan sebelum pengumuman lelang. Jika usul disampaikan sesudah pengumuman lelang, penjual dianggap tidak mengajukan usulan. Selain itu, penjual tidak diperkenankan mengusulkan penawaran secara parsial, yakni tidak boleh mengajukan usulan sebagian barang dengan cara penawaran tertulis dan sebagian lagi penawaran secara lisan. Dalam satu pelaksanaan lelang, sistem penawaran terhadap seluruh barang harus sama. Penawar tidak boleh mengajuan surat penawaran lebih dari satu kali untuk sama bidang tanah, bangunan atau barang tertentu. 2. Yang menentukan Penawaran Lelang ialah Kepala Kantor Lelang Apabila penjual tidak mengajukan usulan penawaran secara tertulis, kewenangan untuk menentukan cara penawaran, jatuh menjadi kewenanagan Universitas Sumatera Utara Kepala Kantor Lelang. Terserah menurut pendapatnya, cara penawaran yang dianggapnya tepat dan proporsional dengan pelelangan yang bersangkutan secara tertulis atau lisan.Yang dijelaskan diatas bertitik tolak dari Pasal 18 ayat 2 Kep. DJPLN No. 35PL2002. Akan tetapi, jika merujuk pada ketentuan Pasal 27 Kep. Menkeu No. 304KMK 012002 jo. No. 450KMK 012002, dan Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK 072006, acuan penerapannya ialah : a. Pada prinsipnya cara penawaran lelang ditetapkan oleh Kepala Kantor Lelang, dengan memperhatikan usulan dari penjual. b. Cara penawaran yang ditetapkan harus diumumkan di depan calon pembeli sebelum lelang di mulai. Akan tetapi, tanpa mengurangi ketentuan di atas, cara penawaran yang ditetapkan dapat didahului dengan pengumuman di media massa, selebaran, tempelan, media elektronik termasuk internet. 35 3. Harga Penawaran Tidak Dapat Diubah atau Dibatalkan Peserta Lelang a. Harga penawaran yang telah disampaikan, tidak dapat di batalkan peserta lelang yang bersangkutan b. Dengan ketentuan, apabila penawaran telah diterima dan di catat oleh Pejabat Lelang. Untuk mengetahui siapa yang berkompeten mengajukan penawaran, merujuk pada Pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK 072006: 1. Dilakukan Peserta Lelang Sendiri 35 Ibid. h. 149. Universitas Sumatera Utara Yang paling utama mengajukan penawaran adalah peserta lelang sendiri, karena dia yang paling berhak dan berkepentingan atas penawaran itu. 2. Dilakukan oleh kuasanya Pada dasarnya tindakan Penawaran itu termasuk bidang hukum perdata, peserta lelang dapat mewakilkan tindakan hukum itu kepada kuasa dengan syarat: a. Sebelum pelaksanaan lelang, peserta memberi kuasa kepada orang lain untuk mengikuti atau mengajukan penawaran lelang . b. Pemberian kuasa harus dibuktikan dengan surat kuasa yang bermaterai cukup dengan dilampirkan fotocopi KTPSIMPaspor Pemberi Kuasa. c. Penerima Kuasa tidak boleh menerima lebih dari satu kuasa untuk barang yang sama. Cara mengajukan penawaran lelang : 1. Pelaksanaan Lelang dilakukan secara Tertulis Pelaksanaan lelang dilakukan secara tertulis, cara penawarannya : a. Penawaran dilakukan secra tertulis yang disebut surat penawaran b. Dimasukkan dalam amplop tertutup, dan dimasukkan ke kotak transparan c. Dalam hal penawaran secara tertulis, peserta lelang tidak boleh mengajukan lebih dari satu Surat Penawaran terhadap barang yang sama. d. Dalam hal penawaran secra tertulis terdapat beberapa penawaran tertinggi yang harga penawarannya sama dan harga penawarannya sama Universitas Sumatera Utara dan harga penawaran mereka telah mencapai atau melampaui nilai limit. 36 e. Penawar tertinggi yang telah mencapai atau melampaui nilai limit, disahkan sebagai pembeli oleh Pejabat Lelang yang bersangkutan. 2. Penawaran Lelang dilakukan secara Lisan Cara penawaran lelang yang dilakukan secara lisan merujuk pada Pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK 072006 yang menggariskan tata caranya sebagai berikut: a. Pejabat Lelang dapat dibantu oleh Pemandu Lelang Menurut Pasal 1 Angka b Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK.072006, yang dimaksud dengan Pemandu Lelang adalah orang yang membantu Pejabat Lelang untuk menawarkan barang dalam suatu pelaksanaan lelang. Kehadiran dan keberadaan Pemandu Lelang membantu Pejabat Lelang dalam pelaksanaan lelang secara lisan tidak bersifat imperatif, tetapi fakultatif, yakni dapat dibantu Pemandu Lelang, dan Pemandu Lelang dapat berasal dari pegawai Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara atau dari luar Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara. b. Syarat Menjadi Pemandu Lelang 1 Pemandu yang berasal dari Pegawai Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara a Pendidikan serendah – rendahnya SMA atau yang sederajat 36 Ibid. h. 151 Universitas Sumatera Utara b Sehat Jasmani dan Rohani c Lulus Diklat Pemandu Lelang atau mendapat rekomendasi dari Kepala Kantor Lelang. d Memiliki kemampuan menawarkan barang. 2 Pemandu Lelang yang berasal dari luar Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara. Diusulkan oleh penjual kepada Kapala Kantor Lelang, Sehat jasmani dan Rohani, Pendidikan serendah – rendahnya SMA atau yang sederajat, Memiliki kemampuan menawarkan barang. Menurut Pasal 22 Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK 072006, pelaksanaan lelang yang tidak ada penawaran : 1. Oleh pejabat lelang di nyatakan sebagai Lelang Tidak Ada Penawaran 2. Untuk itu, Pejabat Lelang membuat Risalah Tidak Ada Penawaran, Dalam hal seperti ini, apabila penjual menghendaki dilakukan lelang ulang, maka menurut pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan No. 40PMK 072006 harus dilakukan lelang ulang. Peserta yang disahkan sebagai pembeli memikul kewajiban membayar: 1. Harga Lelang 2. Bea Lelang 3. Uang Miskin, dan pungutan lain yang diatur berdasarkan Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku. Tata cara pembayaran dan penyetoran dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pembayaran secara tunai Universitas Sumatera Utara Prinsip pembayaran uang hasil lelang secara tunai diatur pada Pasal 41 ayat 1 Peraturan Menteri keuangan jo. Pasal 27 Keputusan DJPLN dimaksud yang berbunyi: Pembayaran Uang Hasil Lelang dilakukan secara tunai atau dengan cek giro selambat – lambatnya 3 hari kerja setelah pelaksanaan lelang, Bertitik tolak dari bunyi pasal diatas, pembayaran harus dilakukan: a. Pembeli membayar uang hasil lelang dengan uang kontan. Akan tetapi, ketentuan itu memperluas pengertian secara tunai. Tidak mutlak harus dengan uang kontan. Namun, diperluas meliputi pembayaran dengan cek atau giro. Dan jika uang hasil lelang yang harus dibayar besar, tidak praktis melunasinya dengan uang tunai. Lebih aman dan efisien dengan cek atau giro. b. Selambat – lambatnya 3 hari kerja setelah pelaksanaan Lelang Paling tepat dan ideal, pembeli langsung membayar pada hari pelaksanaan lelang, yakni segera setelah seorang peserta dinyatakan dan disahkan sebagai pembeli oleh pejabat lelang, langsung melunasi pembayaran. Akan tetapi, jika jika jumlahnya besar, tidak mungkin pembeli pada hari itu juga menyiapkan pelunasan dengan uang kontan. Sehubungan dengan itu, beralasan memberi kelonggaran kepada pembeli untuk menyiapkan pembayaran dalam jangka waktu yang dianggap memadai. Selambat – lambatnya 3 hari kerja setelah pelaksanaan lelang, pembeli wajib menyelesaikan pembayaran Uang Hasil Lelang, baik dengan uang kontan atau dengan cek maupun giro. Universitas Sumatera Utara 2. Secara TundaTangguh Pasal 41 ayat 2 Peraturan Menteri Keuangan, membuka kemungkinan pembayaran secara dispensasi. Pembeli tidak dibatasi harus membayar paling lambat 3 hari kerja setelah pelaksanaan lelang. Akan tetapi, diberi kelonggaran jangka waktu yang lebih panjang dengan syarat sebagai berikut : a. Pembayaran secara Dispensasi Harus Mendapat Izin Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara Pembayaran Uang Hasil Lelang yang tidak tunai hanya dapat dibenarkan : 1 Setelah mendapat izin tertulis dari Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara atas nama Menteri keuangan. 37 2 Permohonan izin untuk itu, diajukan oleh penjual kepada Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara sebelum pengumuman lelang dilakukan. Tanpa izin dari Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara, pembayaran harus dilakukan secara tunai selambat – lambatnya 3 hari kerja dari tanggal pelaksanaan lelang. Dalam praktik dikenal beberapa bentuk dispensasi pembayaran. a Pembayaran Tunda atau Tangguh untuk sebagian Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara dapat memberi izin dispensasi dalam bentuk pembayaran tunda untuk sebagian. Dalam hal yang demikian: 37 Ibid. h. 155. Universitas Sumatera Utara 1 Pembeli Lelang wajib membayar tunai untuk sebagian paling lambat 3 hari kerja dari pelaksanaan lelang. 2 Sedangkan yang sebagian lagi ditunda pembayarannya sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara dalam surat izin dimaksud. Pada cara pembayaran tunda untuk sebagian, pembeli lelang langsung membayar tunai untuk sebagian, dan sisanya akan dilunasi kemudian, paling lambat dalam batas jangka waktu yang ditentukan dalam syarat izin Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara. Dan apabila si penanggung sudah menunjukkan benda – benda kepunyaan si berhutang dan pula memberikan persekot biaya yang diperlukan untuk melakukan penyitaan dan pelelangan penyitaan dan pelelangan itu yang harus melakukan adalah Kreditur sendiri, artinya Jurusita atas permintaan Kreditur, maka si penanggung dibebaskan dari tanggungan tentang ketidakmampuan si debitur yang terjadi sesudah itu. Misalnya Kreditur tidak segera melakukan penyitaan, sehingga ada barang – barang yang sudah dijual oleh Debitur, ini adalah kesalahan Kreditur sendiri. 38 b Pembayaran Tunda untuk Keseluruhan Bentuk dispensasi yang kedua, pembayaran tunda, untuk keseluruhan kepada pembeli di beri izin untuk menunda seluruh pelunasan uang hasil lelang secara tunai. Pembayaran ditunda sampai batas waktu yang ditetapkan dalam surat izin Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara. 38 R.Subekti,, Aneka Perjanjian, Bandung ,Citra Aditya Bakti, Cetakan kesepuluh, 1995. h. 170. Universitas Sumatera Utara Tujuan dispensasi pembayaran tunda untuk keseluruhan adalah memberi kelonggaran kepada pembeli melunasi pembayaran dalam jangka waktu yang relatif memadai. b. Pembayaran Tunda dengan Jaminan Pada dasarnya, masalah pembayaran uang hasil lelang merupakan salah satu syarat yang ditetapkan penjual dalam permohonan lelang Kepala Kantor Lelang. Penjual dapat menentukan syarat pembayaran yang diinginkan, seperti: 1 Dilakukan secara tunai. 2 Pembayaran tunda untuk sebagian, misalnya 50 tunai dan 50 tunda paling lama 20 atau 50 hari tanggal pelaksanaan lelang. 3 Pembayaran tunda untuk keseluruhan, misalnya paling lambat 30 hari dari tanggal pelaksanaan lelang. Dalam hal seperti itu, apabila penjual dalam permohonannya mencantumkan syarat pembayaran tunda, dapat dijadikan dasar oleh Kepala Kantor Lelang untuk menerbitkan izin pembayaran secara tunda untuk sebagian atau keseluruhan. Akan tetapi, jika bertitik tolak dari Pasal 41 ayat 2 Peraturan Menteri Keuangan jo. Pasal 27 ayat 3 Keputusan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara dimaksud: a Pencantuman syarat pembayaran tunda yang dibuat penjual dalam permohonan lelang tidak cukup dijadikan dasar oleh Kepala Kantor Lelang untuk menerbitkan izin dispensasi. Universitas Sumatera Utara b Dan juga harus diajukan oleh penjual secara tertulis dalam bentuk permohonan izin tersendiri kepada Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara sebelum pengumuman lelang. Dengan demikian, pemberian izin dispensasi pembayaran, tidak dapat diajukan penjual, lalu dalam dokumen persyaratan umum permohonan lelang. Akan tetapi, harus sengaja dimohonkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara yang akan bertindak memberi izin atas nama Menteri keuangan. 39 Pada dasarnya ketentuan di atas tidak bertentangan dengan Pasal 22 ayat 5 Peraturan Lelang, yang menegaskan Pengawasan Kantor Lelang berwenang memberi izin tertulis kepada pembeli untuk melakukan pembayaran tangguh tunda. Cuma sekarang kewenangannya di berikan kepada Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara atas nama Menteri keuangan. c. Pembayaran dispensasi dalam bentuk tunda dikaitkan dengan Pasal 26 Peraturan Lelang Menurut ketentuan ini, apabila kepada pembeli di beri dispensasi pembayaran tunda, baik untuk sebagian ataupun keseluruhan, pembeli wajib menyerahkan jaminanagunan. Kewajiban itu merupakan asas yang tidak terpisahkan dari dispensasi penundaan penangguhan pembayaran Uang Hasil Lelang. Setiap dispensasi penundaan pembayaran harus diikuti dengan jaminan. Bentuk izin penundaan yang diberikan kepada pembeli, diikuti dengan pemberian jaminan, berupa: 39 Ibid. h. 156. Universitas Sumatera Utara 1 Hipotek kapal berdasarkan Pasal 314 ayat 3 KUHD jo. Pasal 49 ayat 1 UU No. 211992 jo. Pasal 1168-1227 KUHPerdata atau Hipotek pesawat terbang berdasarkan Pasal 12 UU NO. 151992, jo. Pasal 1162- 1232 KUHPerdata. 2 Hak Tanggungan berupa tanah, berdasarkan UU No. 4 Tahun 1996. 3 Jaminan Fidusia, berdasarkan UU No. 421999. 4 Berbentuk borgtocht berdasarkan Pasal 1820 KUHPerdata. 5 Dan juga berbentuk gadai berdasarkan Pasal 1150 KUHPerdata. Agar pemberian jaminan proporsional dengan prinsip utang dilindungi jaminan secured debt dan penjual berada pada posisi terjamin secured sehingga dikategori sebagai tagihan yang terjamin secured claim, nilai jumlah jaminan harus melebihi besarnya kewajiban yang harus dibayar pembeli. Pemberian jaminan yang cukup pada cara pembayaran tunda, merupakan syarat yang layak diterapkan dan dipenuhi pembeli. Oleh karena itu, dalam surat izin pemberian dispensasi pembayaran tunda yang diterbitkan Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara sebaiknya digantungkan pada klausul pemberian jaminan dari pembeli. 40

C. Aspek – Aspek Hukum secara Umum yang dapat timbul dalam